His Madness

8.8K 878 61
                                    

Normal pov

"Levi!, keluarlah kau!, jika tidak aku akan membunuh lelaki berambut pirang dan gadis berambut merah itu!"

Levi menelan ludahnya dengan paksa, psikopat ini masih saja meneriakan sebuah perintah dan banyak sekali ancaman yang tertuju pada keluarga tersayangnya. Ia berusaha tegar dan mencoba menyusun sebuah rencana agar ia dapat melarikan diri, sial sekali ponselnya terjatuh dan tidak sempat ia ambil saat Erwin menyeretnya ke rumah menyeramkan ini.

Suara langkah kaki Erwin terasa sekali saat ia menaiki tangga diatas kepala Levi, ketika langkah kaki itu sudah samar si suar hitam mengintip dengan mengeluarkan kepalanya.
'aman' batinnya, ia mengeluarkan badannya perlahan dan berjalan menuju pintu yang masih terbuka itu.
Karena terlalu tergesa-gesa kaki levi tidak sengaja menyentuh benda tajam yang membuat kakinya terluka dan ia terjatuh dan meringis kesakitan.

Dengan sigap ia berdiri memaksakan dirinya dan berlari tanpa menutup pintu itu dan berhasil keluar dari rumah yang menyeramkan itu. Kakinya berlari sekencang yang ia bisa menuju lokasi dimana handphone-nya terjatuh, ketika ia hendak berbelok ke kanan tubuhnya menabrak sesuatu, lebih tepatnya seseorang.

"Eren!!"

Tubuh levi langsung memeluk tubuh besar dihadapannya sekarang ini, sambil menangis dan memegangi jaket yang Eren kenakan dengan Erat. Tangan besar Eren mengusap kepala berambut hitam itu dengan perlahan.

"Shh, tenanglah, aku ada disini, ceritakan padaku apa yang terjadi?"

"Er-win!, d-dia masih...hidup, d-dia membunuh banyak wanita da-dan tadi.., dia ham-hampir memangsaku dan men-menyiksa a-aku..."

Mendengar hal itu Eren terkejut dan sangat marah, dia mengecup pipi levi agar dia bisa tenang. Tangan Eren menarik pinggang kecil levi dengan cepat saat ia mendengar langkah kaki mendekati mereka, Eren mendekap wajah levi yang kini menghadap dada bidangnya.

"Dimana kau!!, berani sekali kau melarikan diri dariku!"

Mata Emerlard Eren mendingin, ia mengambil revolver dari sakunya dan menggenggamnya dengan tangan kiri. Ia kini menatap wajah levi dan menyerahkan ponsel Eren pada levi

"Telfon polisi, dan bersembunyilah"

Levi mengangguk, mau tidak mau ia harus menuruti perintah Eren. Lagi pula ini situasi darurat, levi berlari kecil menuju ujung gang dan bersembunyi dibalik tempat sampah yang lumayan besar. Jari-jarinya membuka ponsel Eren dan kemudian ia terkejut melihat wallpaper dirinya tengah tersenyum bahagia saat SMA dulu, ia merasa tersipu malu si brunette ini menggunakan fotonya. Apa eren tulus mencintainya?

'fokus levi fokus!, cepat telfon polisi!'

Ia kemudian mengetik nomor polisi dan langsung menelfonnya, terdengar seorang lelaki menjawab telfon darurat nya

"Halo?, ini atas nama Levi Ackerman, kami dalam posisi darurat, terdapat psikopat yang sudah banyak membunuh wanita dan sekarang ia mengincarku juga temanku, kami berada di dekat jalan der praccuo , sebuah lorong antara hotel dan rumah publik, tolong segera kemari dan bantu kami"

"Dimengerti mr. Levi, kami akan segera menuju lokasi, harap mengamankan diri sebelum kami kesana"

Telefon terputus, mata levi mengintip apa yang terjadi didepannya. Eren masih diam disana dengan memegang senjatanya. Si brunette maju dan kemudian menghilang dari pandangan levi.

Sementara itu, Eren kini sedang berhadapan dengan lelaki yang ia benci. Pria ini sudah membuatnya kehilangan ibunya dan membuat salah paham besar antara Levi dan Eren hingga ia menyakiti levi dan membuat mereka berdua jauh seperti ini. Amarah mulai membara dalam jiwa Eren, wajah dan aura alpha yang Eren keluarkan kini benar-benar menyeramkan

"Heh, tak aku sangka seorang bastard sepertimu masih hidup, apa haruskah aku mencabut jantungmu keluar dari tubuhmu agar kau dapat enyah dari hidupku dan hidup orang yang aku cintai?"

Mendengar ucapan Eren yang agak konyol Erwin tertawa keras, ia nampak merendahkan mantan majikannya ini. Dia menyeret kapak yang ia bawa, wajahnya sama sekali tidak menggunakan topeng. Hal ini membuat Eren sangat jijik melihat wajah hancur yang dimiliki Erwin padahal semua itu perbuatannya

"Konyol sekali tuan muda, sampai aku membunuh Levi, aku tidak akan mati terlebih dahulu, silakan serang aku jika kau bisa melakukannya Jaëgar"

"Wajahmu lebih konyol daripada perkataanku Smith, dan kali ini aku pastikan ajalmu membawamu pergi ke neraka, atau haruskah kau mendekap dalam jeruji besi dalam kondisi tanpa kaki?"

Mendengar hal itu Erwin langsung mengayunkan kapaknya sambil berlari ke arah Eren, sementara si brunette langsung menembakan 2 pelurunya ke jantung Erwin dalam jarak waktu yang sangat singkat. Pria itu menyentuh dadanya, ia tertawa kemudian jatuh dan terbaring dengan darah mulai mewarnai tanah disekitarnya

"Eren!, apa kamu terluka?"

"Aku tidak apa, sekarang dia sudah mati, maafkan aku karena telah membiarkanmu ketakutan lagi, maaf aku tidak bisa melindungimu Levi"

Pandangan mata biru-abu levi meluluh, hatinya terasa tersentuh atas ucapan Eren. Ia memeluk pria brunette itu dengan tulus, kehangatan yang ia rindukan kembali padanya saat ini. Levi mengakui, ia masih cinta dan menyayangi Eren. Semua orang pantas diberi kesempatan lagi, ya kan?

Ceklek...

Telinga levi mendengar sesuatu yang begitu familiar baginya, tarikan pelatuk handgun yang siap melepaskan peluru. Tapi siapa yang memegang handgun?, jangan-jangan...

"Eren!!"

Dor!

"Arghh"

Eren meringis, lengan atasnya tertembak. Levi membawa tubuh Eren agar ia menunduk dari peluru, mata biru-abu itu melihat tangan si pirang yang memegang handgun

"Die you shitty asshole!"

Levi menusukkan serpihan botol kaca kedalam jantung Erwin, ia muak, ia takut namun ia tidak boleh diam. Setelah mengecek si pirang dihadapannya tidak lagi memiliki denyut nadi, levi bergegas berlari ke arah Eren dan memeluknya, wajah Eren begitu pucat. Tangannya dingin dan tubuhnya tidak berhenti berdarah, Levi takut si brunette ini akan kehabisan darah dan meninggal.., tidak!, levi tidak menginginkan itu terjadi!

"Eren please eren.., don't go, stay with me please stay.., I do eren!, I do!, so please don't go...."

Ucapnya sambil terisak-isak, dadanya begitu sesak dan sakit. Rasanya ia tidak bisa berhenti menangisi pria yang kini ada dalam pelukannya ini, salah dia juga yang tidak langsung menerima lamaran Eren dan menyadari cintanya. Dia masih terhalang oleh sakit hatinya yang dulu....

Tak lama kemudian polisi datang dan membantu levi membawa Eren ke rumah sakit. Darah Eren sudah memenuhi baju yang dikenakan tubuh putih pucat itu, Levi terus berdoa dalam hatinya berikan mereka kesempatan sekali lagi untuk bersama dan membangun keluarga sendiri.

Berikanlah kesempatan untuknya bahagia dengan cintanya,

Apakah Eren akan selamat atau justru meninggalkan Levi terlebih dahulu?

To be continue

Night readers!!
Yang pengen happy end atau sad end mana suaranya?
Jangan lupa vote dan jangan jadi silent readers ya😫
Sedekah vote itu baik hehe😚😜
See yu later gaes!❤

My Possessive Alpha ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang