Levi's pov
Sudah 2 tahun aku tinggal bersama anak perempuan bernama petra dan kini ia benar-benar menganggapku sebagai mommy-nya, petra sangat membantuku mengurus rumah farlan. Mulai dari bersih-bersih dan aku mengajarkannya memasak resep dari berbagai belahan dunia jadi ketika kami bertiga pulang larut ia sudah makan dan tidak kelaparan.
Kami berdua berencana membuat kue ulang tahun untuk Farlan sementara mereka berdua pergi untuk acara camping yang diadakan oleh keluarga Farlan dan Isabel, Tapi ketika aku sedang mengaduk adonan kue itu dengan mixer kesadaranku hilang untuk beberapa saat, membuat mixer itu jatuh dan berantakan. Petra yang kawatir langsung menghampiriku yang tengah terduduk dilantai sambil memegangi kepalaku.
"Mom-mommy!, ada apa?, apa mommy sakit?"
"Tidak, aku baik-baik saja petra, hanya sedikit pusing"
"Mommy!, mommy mimisan..!!"
Aku memegangi hidungku, darah mulai mengalir kemana-mana dan petra mulai panik. Mencoba mencari obat kesana kemari, aku memberitahunya untuk mengambilkan ku handuk kecil untuk darah dihidungku agar tidak kemana-mana. Dia membawaku ke sofa dan membantuku bersandar juga membuatkanku secangkir teh
"Pe-petra.., tolong belikan aku obat-obatan herbal, tapi jaraknya lumayan jauh dari sini"
"Tidak apa mommy, apapun agar mommy kembali sehat"
"Uhh, baiklah.., ini uangnya dan kamu bisa pakai sepedah milik Farlan agar tidak terlalu lelah, hati-hati saat dijalan ya"
Ujarku padanya, ia mengangguk dan kemudian mengambil topi merah kesukaannya dan langsung pergi menutup pintu. Aku memejamkan mataku dan mencoba untuk relaks, untung saja petra sempat membawakan es batu dalam kantong untuk pusing yang menyerang kepalaku.
"Permisi, permisi, Tuan Levi Ackerman"
Aku membuka mataku, seseorang mengetuk pintu dan menekan bel berkali-kali. Siapa?, di siang bolong seperti ini
"Ya!, berhenti menekan bel berkali-kali....., E-eren..?"
"Hai kitten, sudah lama sekali kita tidak bertemu, apa aku boleh masuk ke rumahmu?"
Aku terpaku, tidak dapat berkata apapun. Eren memakai kaos putih dan jaket kulit juga dengan celana jeans yang begitu cocok dipakai olehnya, namun banyak hal yang membuatku begitu terkejut melihatnya ada disini, di Amsterdam dan rambutnya di ikat satu yang justru membuatku semakin pangling.
"A-apa yang..., k-kau lakukan disini?"
"Melihatmu tentu saja, dan aku ingin membicarakan sesuatu, aku masuk"
"H-hei!"
Dia meberobos masuk begitu saja kedalam rumah, membuka sepatunya dan kemudian menaruh jaketnya di gantungan yang tidak jauh dari pintu depan. Dia kemudian duduk di sofa dan menatapku dengan lekat
"Hei, aku seorang tamu, tidakkah kamu memberiku sesuatu untuk diminum sambil bicara?, sangat tidak sopan untuk seorang mantan agent CIA "
Aku menggerutu pada diriku sendiri, kesal dan marah juga bingung menjadi satu perasaan yang campur aduk. Banyak pertanyaan yang menumpuk di kepalaku
1. Bagaimana dia tau aku tinggal disini
2. Mengapa ia kembali padaku?
3. Mengapa ia menjadi sangat tinggi dari yang terakhir ku ingat
4. Siapa yang memberitahu semua informasi tentangku padanya
5. Mengapa ia bisa begitu.., tampan (?)"Hei, hati-hati jika sedang memegang air panas, nanti kamu terluka kitten"
Hangat, tidak..., rasanya panas ketika Eren berdiri tepat dibelakangku dan kepalaku menyandar di dada bidangnya. Hatiku mulai marathon, adrenalin begitu memasuki jantungku dan juga diriku. Sentuhan tangan Eren ketika mengambil alih teko panas dari tanganku begitu....
Hangat dan nyaman.., apa aku merindukan ini?, apakah ini bagian yang hilang dari diriku?
"J-jangan dekat-dekat denganku, kau berbahaya"
Ketika aku mendorong dadanya, justru dengan dorongan itu dimanfaatkan oleh Eren untuk menarikku kedalam dekapannya. Aroma maskulin dari tubuh Eren begitu merasuki hidungku, tangannya merayap menuju pinggangku dan memeganginya. Tubuhku terasa begitu panas dan aku dapat mencium bau panggilan mate yang Eren lakukan untuk menundukkan aku seperti dulu
"Ahh!, lep-lepas!"
Tangannya merayap lagi dan kini memegangi leherku sehingga aku kini menatap mata emerlardnya yang begitu memikat, tangan Eren menarik rambutku hingga aku tidak dapat bergerak..
Ia mengunci pergerakanku, sial..
"Er!, mmmh...!"
Dia mencium bibirku, dengan begitu ganas dan hasrat yang tinggi. Namun aku juga dapat merasakan rindunya melalui ciuman ini, tapi.., aku tidak dapat membiarkan serigala ini memakanku lagi!
"Nggahh!!, ti-dak..!, lepas!!"
Dia membalik tubuhku sehingga kini aku menghadap tembok dapur, kedua tanganku menapak di tembok sementara Eren menjilati leherku dan menghisapinya, meninggalkan jejak "kepemilikan" darinya padaku. Aku mengerang ketika dia menjepit nipples ku yang menegang karenanya dengan kedua jarinya, menggesekan kedua jarinya itu diantara benjolan dadaku
"He-hentikan!, ku..mohon...., ahhn"
Tangan Eren masuk kedalam celana yang aku pakai sekarang dan mengocok milikku, dengan gerakan cepat sementara tangan satunya lagi asyik memainkan benjolan dadaku
"Aku merindukanmu, aku sungguh-sungguh soal ini levi, kembalilah pada hidupku, Menikahlah denganku.."
Mataku terbelalak, menikah?, aku dengannya..?
Apa itu mungkin..?
Setelah semua perbuatan mesum dan keji yang ia lakukan padaku.., namun kenapa aku enggan untuk menolak?To be continue ··
Kurang panas?, ohh sip tunggu lanjutannya ya dan maaf kalau pendek😄😄😄
Biar kalian penasaran setengah mati hehe😋😋😚😚
See yu later! Jangan lupa vote kalau ingin aku double update ya😄❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Alpha ✅
FanfictionWARNING BOY X BOY STORY (R-18) -OMEGAVERSE- UKE LEVI AND SEME EREN DO NOT COPY MY STORY VULGAR LANGUAGE, VIOLENCE AND OTHER🔞 Sebuah cerita cinta terlarang Eren Jaegar si penerus mafia dengan Levi Ackerman salah satu agent CIA yang berusaha menangka...