Normal pov
Dor!!
Suara tembakan terakhir ini begitu menggema di udara. Pria berambut pirang kini tersenyum bahagia tanpa paksaan, pria ini membalikkan badannya dan berjalan menjauh dari pemandangan yang menurutnya menjijikan namun membahagiakan itu
"Ahaha!, Rasanya sangat menyenangkan sekali tuan muda!, Sama seperti ketika aku membunuh ibumu, Rasanya seperti aku dihantui bertahun-tahun!"
Ucapnya sambil berjalan menjauh, Eren kini tengah memeluk levi
"Levi!"
Hanji mendekati Levi yang kini tengah berada dalam pelukan Eren, peluru itu menembus melalui perutnya dan kini darah sudah mewarnai pakaian levi juga Eren.
"Levi, h-hey, tetap sadar levi, kumohon!"
"Ughh, Er-en"
Hanji duduk diantara mereka berdua, ia merobek celana miliknya untuk membalut luka levi sehingga ia tidak banyak kehilangan darah. Mata emerlard itu begitu frustrasi, pelukan dari kedua tangannya begitu erat seolah-olah tidak akan membiarkan levi pergi darinya lagi. Salah faham yang begitu membuat Eren seperti orang bodoh, jika ia mendengarkan apa ucapan levi dari sebelumnya mungkin sekarang orang yang dicintainya tidak terbaring lemah seperti ini.
"Er-en, A-aku tidak bermaksud.., menipu dan mem-bohongimu"
Tangan kanan Eren menahan kepala levi, mencium keningnya perlahan
"Hanji, tolong kau bawa levi ke rumah sakit, bawa mobilku yang terparkir di depan, apa lenganmu tidak masalah menggendongnya?"
"Aku usahakan Eren"
Hanji menerima kunci mobil dari Eren, ia mencoba mengangkat levi namun lengan kanannya terasa sakit karena tembakan Eren sebelumnya
"B-biar saya bantu membawa sir levi!"
Bocah yang waktu itu duduk bersebelahan dengan levi kini menggendong levi dengan brigdal style dengan mudahnya, mata Emerlard miliknya bertemu dengan mata milik Eren
"Serahkan ini pada kami sir, saya akan pastikan sir levi baik-baik saja"
Eren mengangguk padanya, hanji berjalan mendahului prajurit lelaki yang membawa levi. Akhirnya mereka bertiga sudah pergi dengan mobil itu, Eren mengambil sebuah Machinegun milik salah satu anggota mafianya yang tergeletak di tanah.
"Erwin!!, keluar kau keparat sialan!"
Eren masuk ke dalam gedung resepsi miliknya, ia bahagia pernikahannya gagal total dan malah terganti dengan pembantaian dengan anggota CIA juga para mafia miliknya, tapi yang parahnya lagi kedua belah pihak itu tidak ada yang menang. Pasti anak lelaki yang tadi tidak tau siapa Eren hingga ia dapat tersenyum manis seperti itu.
"Ah.."
Telinga eren mendengar sesuatu yang menjijikan untuknya, apa mereka berdua berani berbuat mesum dalam tempat yang sudah diwarnai dengan darah ini.
"Heh, kalian berdua sangat cocok ya, sama-sama brengsek!"
Eren mengangkat senjatanya dan
Dor!!
"Ahh!"
Erwin menggunakan tubuh Historia sebagai tameng untuk melindungi dirinya, dia kemudian mengambil pisau dari sabuk belakangnya.
"Heh, kau benar-benar gila pria tua"
Dor! Dor!
Meleset, peluru itu meleset. Eren membuang Machinegunnya dan mengambil belati milik ibunya yang selalu ia simpan di sabuk belakangnya, kadang itu membuat Eren tenang juga fokus.
"Pisau itu digunakan ibumu untuk menusuk perutku, namun sayangnya leher ibumu itu mudah untuk dipatahkan"
Mata Emerlard eren menggelap sementara si pirang itu sedang asyik tertawa
"Kalau begitu, aku yang akan menggantikan ibuku untuk menusuk perutmu sensei"
Eren berlari ke arah Erwin dan langsung mengincar perut bidangnya itu, tangan Erwin menarik tangan Eren yang memegangi pisau kemudian mengangkatnya. Eren menendang leher Erwin dengan keras sehingga pria itu melepaskan tangannya, dengan sigap Eren mengarahkan belatinya untuk merobek wajah Erwin
"Ngaah!!!"
Jerit si pirang itu, Mata Eren semakin mendingin dan hatinya melupakan sisi manusiawi dirinya ketika melihat wajah Erwin yang robek itu, Eren memainkan belatinya di atas kulit lengan dan kaki Erwin. Pria tua itu semakin histeris dan akhirnya jatuh, bukannya membiarkannya terkapar dan berdarah, Eren justru menduduki badan Erwin.
"A!, ampuni A-aku!"
"Heh, waktu itu ibuku kehilangan satu matanya karenamu kan?, ketika di makamkan aku melihat bola matanya telah hilang, dan ternyata Mata itu kau simpan di kamarmu?, keparat sekali kau ini"
Eren menusukkan belatinya pada mata kanan Erwin, semakin pria dibawahnya itu meronta, Eren semakin menikmati penyiksaan kecil yang ia lakukan ini. Ia terus memutar-mutar belatinya dalam mata Erwin hingga bola matanya itu terlepas dan terbagi dua.
"He, lihat ini Erwin, mata birumu terbelah dua, sebagai gantinya aku tidak akan menyimpan ini, tapi aku akan membakarnya, Oh ya"
Eren menancapkan belatinya dalam perut erwin, kedua mata itu kini tertutup dan tubuhnya tidak bergerak lagi. Dia sudah mati
"Ini adalah balasan untuk siapapun yang berani menyakiti orang yang aku cintai, heh"
Eren menutup pintu aula besar itu, ia menunduk sambil berjalan. Air mata yang ia tahan mulai turun melalui pipinya
"Dan ini yang kedua kalinya, aku membiarkan orang yang aku cintai terluka.."
Eren menjatuhkan dirinya dalam posisi bersujud, kedua tangannya mengepal dan memukul-mukul tanah hingga tidak terasa lagi darah mulai keluar dari pori-pori tangannya. Handphone-nya bergetar, dia mengangkat telfonnya sambil mencoba mengatur suaranya
"Eren, kau cepat ke rumah sakit Sina 12.., Levi sedang di operasi"
"Baiklah"
Eren berdiri, ia mengelap air matanya dengan bajunya. Ia segera berlari menuju rumah sakit yang tidak jauh jaraknya dari tempat pernikahan Eren yang gagal total ini.
"Please god, let me hug him and tell him I'm sorry, give me a chance to love him once again"
Gumamnya sambil berlari. Eren menyesal dia terlalu terbawa emosi sehingga terlihat sangat sangat bodoh, kini ia akan berusaha menembus semua kesalahannya
[[ Eren with his Machinegun]]
To be continueJangan lupa vote dan follow akunku yaa!!😋😋😋
See you later guys😆❤❤-bayititan._.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Alpha ✅
FanfictionWARNING BOY X BOY STORY (R-18) -OMEGAVERSE- UKE LEVI AND SEME EREN DO NOT COPY MY STORY VULGAR LANGUAGE, VIOLENCE AND OTHER🔞 Sebuah cerita cinta terlarang Eren Jaegar si penerus mafia dengan Levi Ackerman salah satu agent CIA yang berusaha menangka...