Normal pov
Levi terdiam menyenderkan kepalanya pada kaca mobil yang dingin karena AC.
Lagu pillowtalk milik zayn mengisi mobil hanji yang sepi. Menghela nafas dengan malas si agent mungil yang kini mengenakan wig pirang dan berpenampilan seperti wanita itu kembali memikirkan Eren.
Bagaimana jika kini ia bertemu dengan kekasihnya itu?
"I love to hold you close tonight and always, I love to wake up next to you"
Lirik itu berputar di dalam kepala levi, ia merindukan Eren yang baru saja pergi meninggalkannya beberapa menit yang lalu.
"Ada apa denganmu cebol?" tanya hanji, "Jangan-jangan kamu mulai jatuh cinta dengan anaknya Grisha itu?"
"Bukankah itu kewajibanku untuk membuat lawan tunduk di kakiku?"
"Ya tapi jangan sampai sebaliknya. "
Levi tersedak ludahnya sendiri. Dia berusaha untuk mengatur kembali dirinya yang sempat kaget karena ucapan kacamata sialan ini.
'' Oh? Am I right?"
Mata biru-abu itu mengeluarkan revolver milik nya dan mengarahkannya tepat ke sebelah kiri kepala hanji. Dia siap menarik pelatuk kecil itu yang siap mengambil nyawa siapapun,
"Shit hanji, shut the fuck up!"
Wanita-pria berkacamata itu terkekeh, pria mungil di sebelahnya terheran heran dan terkadang menganggap rekannya ini gila.
"Chill out shorty, aku dapat merahasiakan ini dari kantor juga Mike, lagipula jika itu memang cinta maka kamu tidak akan bisa menolaknya. "
Celetukan hanji tadi membuat Levi berfikir keras. Antara takut kehilangan Eren atau takut jatuh miskin lagi seperti pada saat sebelumnya dia bergabung menjadi agent CIA. Tapi jika Eren memutuskan untuk menghianati organisasi mafianya itu, juga levi yang mundur dari CIA apakah mereka akan hidup tenang?
Si mata biru-abu kembali terduduk dengan benar. Dia kembali menyembunyikan senjata kesukannya di balik rok hitam pendek yang ia kenakan. Susana mobil kembali sunyi seperti sebelumnya, levi memejamkan matanya itu sambil menyender pada kursi mobil hanji.
Lalu tiba-tiba ponsel hanji berdering keras. Dia mengangkatnya dan memencet ikon "speaker"
Sementara itu di kediaman Grisha, Eren juga para mafia lainnya sedang berunding dalam samaran sebuah family party. Eren mengenakan tuxedo hitam dengan dasi kupu-kupu yang membuatnya terlihat sangat jantan juga tampan.
Dia mengambil segelas wine setelah terduduk dengan manis di sebelah ayahnya. Dihadapan dia meja yang biasanya sederhana kini dihiasi dengan banyak lilin merah juga makanan dari beberapa negara yang bermacam macam, Para wanita menatapnya dengan tatapan kagum juga tergoda. Si tampan ini hanya tersenyum palsu dengan tampannya.
"Ya, silakan menikmati jamuan sederhana yang kami persiapkan"
Ucap grisha sambil mengangkat satu gelas wine yang kemudian di ikuti tamu mafianya itu.
"Bersulang untuk keberuntungan kita nanti di Miami. "
Eren terkejut mendengar hal itu, jadi ini alasan kenapa diadakan party besar besaran?
Semua orang bersorak sambil tertawa, mengetahui penghasilan mereka dari penjualan senjata illegal, narkotika juga hal lainnya akan berjalan lebih mulus dari sebelumnya.
"Ayah,"
Grisha yang tadinya sedang mengobrol dengan Erwin menoleh pada putra tampannya.
"Ada apa?"
"You didn't tell me about Miami,"
Grisha tertawa, "Erwin, Jelaskan semuanya pada pemuda ini."
Mata emerlard Eren menyorot si pirang itu, kenapa hanya Eren yang tidak tau soal ini?
Erwin sialan, jika dia berani menyembunyikan soal ini Eren tidak akan ragu memotong beberapa jari si pirang itu. Eren berdiri dan menggerakan tangannya sebagai isyarat pada Erwin untuk mengikutinya, "Saya permisi"
Ucap Eren sopan lalu dia berdiri dari kursinya dan berjalan keluar dari aula penjamuan tadi. Eren berhenti melangkahkan kakinya tepat di depan ruang penyiksaan miliknya. Dia membalik badannya dan menatap ke arah Erwin, kedua mata itu bertemu
"Jelaskan semuanya. "
"Begini tuan muda, sekitar 6 hari lagi, tuan grisha merencanakan sebuah pertemuan antara organisasi mafia Serbia juga mafia Kolombia di miami beach, pertemuan ini ditujukan untuk ajuan kerja sama untuk membunuh agent elit CIA. "
Eren menyalakan rokoknya, dia menghisapnya dan mengeluarkan asap dari mulutnya. Mata emerlardnya tersorot cahaya bulan purnama, "Kenapa ayah tidak memberitahuku tentang ini?"
"Maafkan aku tuan, tapi sepertinya tuan grisha ingin mengejutkan anda dengan pertemuan ini kita akan mendapat lebih banyak kekuatan. "
Eren mengangguk pelan, dirinya bahagia karena dia akan segera memiliki pajangan tengkorak kepala milik petinggi CIA sialan itu, dia terkekeh namun hatinya terasa berat mengetahui dia akan berpisah lagi dengan levi. Padahal kemarin dia baru saja menemui cintanya itu dan kini dia harus pergi lagi.
"Mr. Jaegar, perkenalkan saya historia. "
Eren mematikan rokoknya, dia menatap seorang gadis cantik dengan rambut pirang juga mata biru langit yang indah.
"Ada urusan apa denganku?"
"Lebih baik kita membicarakannya di dalam aula saja. "
Eren menurut, tapi dia terheran heran soal kedatangan gadis ini yang tiba-tiba, semua ini pasti rencana ayah sialannya.
Sesampainya di aula, semua orang masih sibuk dengan dirinya masing-masing. Grisha menatap anaknya yang kini berdiri di sebelahnya, pria berkacamata itu mendehem dan menyuruh pelayan untuk memukul kecil gelas agar semua perhatian kembali terpusat padanya.
"Perhatian semuanya tamu-tamuku yang terhormat, aku ada suatu pengumuman penting tentang perkerjaan spesial kita ini. "
Entah kenapa Eren merasakan sesuatu yang buruk akan segera menimpanya.
"Kami keluarga Jaegar sudah memutuskan untuk menjodohkan Historia Reiss dengan putra kami, Eren Jaegar. Pernikahan ini akan dilaksanakan setelah pertemuan kita dengan mafia Kolombia"
Semua orang bertepuk tangan antusias karena dengan pernikahan ini otomatis kedua mafia itu akan bersatu menjadi lebih kuat. Harta juga budak mereka akan semakin banyak.
Eren menggeram, seperti biasa ayahnya sudah mempermainkan dirinya lagi. Secara tidak langsung grisha menjual Eren sebagai sarana kekayaan lagi.
Tangannya mengepal kesal, dia serasa ingin menembaki semua orang dengan machine gun miliknya.
Eren tidak akan mungkin menikah dengan seseorang yang tidak ia kenali, dia akan lebih memilih levi untuk dinikahi. Tapi jika dia melawan ayahnya, amarah seperti apa yang akan grisha tunjukkan?
Gadis pirang itu tersenyum manis ke arah Eren, sedangkan si brunette hanya tersenyum palsu,
Eren harus segera memikirkan sebuah rencana sebelum dia pergi ke Miami. Tapi apa dia bisa melakukannya dengan waktu 6 hari?
Eren tertawa di dalam keadaan frustrasi yang menjebaknya.
To be continue
Yoooowwoooo semuaa
Akhirnya beres juga nih ngetik somethingnya😄
Next chapter bersiap siap baper ya!
See you later guys😂
Jangan lupa vote and komen ya❤😜
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Alpha ✅
FanfictionWARNING BOY X BOY STORY (R-18) -OMEGAVERSE- UKE LEVI AND SEME EREN DO NOT COPY MY STORY VULGAR LANGUAGE, VIOLENCE AND OTHER🔞 Sebuah cerita cinta terlarang Eren Jaegar si penerus mafia dengan Levi Ackerman salah satu agent CIA yang berusaha menangka...