Bukan untuk pertama kalinya kedua orang tua Haikal menginjakan kaki di ruang kepala sekolah,dengan alasan yang tak jauh beda juga dengan sebelumnya.Tauran dengan sekolah sebelah.
"Maaf pak,saya sudah tak sanggup untuk membimbing haikal lagi jadi saya serahkan lagi haikal kepada ibu dan bapak" jelas pak bambang selaku kepala sekolah."Tapi pak,saya mohon sekali lagi agar haikal masih bisa sekolah di sini,saya akan bayar berapapun agar haikal tetap di sini saya mohon pak" ucap pak Anbari memohon
"Maaf pak,ini surat tanda pengeluaran sekolah dan ini raport anak bapak selama dua semester" ucap pak bambang sambil menyodorkan beberapa lembar kertas
"Baiklah jika ini yang terbaik,makasih pak sudah membimbing anak saya selama sekolah di sini dan maaf kan atas kelakuan anak saya pak" ucap pak Anbari menerima kertas-kertas itu.
***
Matahari sudah tenggelam,dan hari sudah mulai gelap.Sementara si brandal itu belum juga pulang ke rumahnya.
Ainuha,perempuan paruh baya yang kini mengkhawatirkan putranya yang mendadak jadi bang toyib,ga pulang-pulang.Berbeda dengan Anbari yang mimik mukanya sudah tidak bisa di jelaskan lagi,rahangnya mengeras dan tangannya terkepal sudah tak kuat lagi menghadapi kelakuan putra semata wayangnya itu.
Terdengar suara decitan pintu yang membuat keduanya menengok ke arah pintu utama rumah megah itu.Haikal ada di balik pintu itu dengan badan yang sempoyongan,mungkin karena minuman yang memabukan itu.Ia masih mengenakan seragam sekolahnya dengan baju yang di keluarkan dan dua kancing atas yang di buka.
"Malam pah,mah" ucap haikal dengan senyam senyum
"Dari mana ajah kamu?" tanya pak Anbari to the point
"Biasa pah,rutinitas remaja" jawab haikal tanpa rasa takut
"Rutinitas apa? Mabuk kamu? Mau jadi apa nantinya kalau kamu kaya gini?" ucap pak anbari yang emosinya sudah meluap-luap.
"Siapa yang mau jadi penerus perusahaan papah kalau kamu gini?" sambung pak anbari
Sementara ainuha hanya mengelus-elus punggung anbari agar anbari tetap sabar menghadapi putranya itu.
"Kaya yang dulunya baik ajah" sindir haikal yang ia tujukan kepada anbari dengan senyum sinis di bibirnya
Tak tahan lagi,anbari melayangkan telapak tangannya dan mendaratkannya di pipi haikal
Haikal hanya bisa mematung di tempatnya,kemudian melirik ke arah ayahnya dengan tatapan tajam tak suka.
Sementara ibunya hanya bungkam tak tau harus berbuat apa sekarang.
"Lancang ya kamu,siapa yang ngajarin kamu kaya gini?"
"Fakta kan?" ucap haikal seenak jidat
"Emang ngedidik anak harus pake tampar-tamparan?" tanya haikal
"Makannya kalau nge-bacot itu fikir-fikir dulu" sambung haikal
Kali ini anbari mendaratkan kepalan tangannya di perut haikal sehingga membuat haikal meringis kesakitan.Wajarlah pak anbari adalah mantan panglima tempur di geng taurannya dulu di masa SMA nya.
Memang pada faktanya pak anbari brandalnya sama seperti haikal saat ini,namun bagaimana pun juga se-brandal-brandalnya orang tua,pasti menginginkan anak yang baik.
"Di ajarin sama siapa kamu ga sopan sama orang yang lebih tua?!"
"Pokonya papah ga mau tau,kamu harus masuk pesantren besok" sambung pak anbari
![](https://img.wattpad.com/cover/166478986-288-k139324.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Calon Imam [END]
Narrativa generaleUntukmu calon imam masa depanku. Ketahuilah tentang diriku,Aku memang tidak secantik zulaikha,akhlakku tak sebaik khadijah dan akupun tak semulia fatimah. Aku hanyalah wanita lemah yang membutuhkan sandaran dalam hidupnya. Aku hanya muslimah akhir z...