Chapter twelve📍

4K 153 0
                                    

Decitan suara pintu arah masuk terdengar,haikal ada di belakangnya. Ia baru saja melaksanakan mandi sore.Handuk putih masih menggantung di bahunya,ia menggosok-gosokkannya pada rambutnya yang masih basah.

Haikal mendekat ke arah nakas miliknya,haikal membuka salah satu laci untuk mengambil parfum,namun tak hanya parfum yang ia lihat di sana juga masih ada kalung yang bisa ia pungkiri itu adalah milik adiba,gadis pujaannya.

Haikal membawa kalung itu dan menatapnya,kalung yang sangat indah untuk seorang adiba.

"Gue kasihin ga ya ini kalung" gumamnya "Kalo gue kasihin nanti gue ga bisa modus deketin dia dong" ucapannya terjeda,ia mengerutkan dahinya "Tapi kalo gue ga kasihin ini kalung,kasian juga dia nyariin" lanjutnya

Haikal menghela nafasnya gusar,ia terlihat sedang berfikir.Haikal tidak mau kehilangan salah satu barang kesayangan milik adiba,tapi adiba kehilangannya sekarang.

Ia berdecak dan kembali menatap gantungan huruf A pada kalung itu.Tak lama kemudian decitan pintu terdengar,haikal sontak terkejut,ia menyembunyikan tangannnya di belakang badannya.

Afnan,Faisal dan Rifki mendekat ke arahnya,tubuh haikal sedikit menegang.Pasti orang-orang ini akan mewawancarainya kemudian menceramahinya.Menyebalkan.

"Ngapain antum?" tanya rifki melihat tampilan haikal dari bawah sampai atas

Haikal diam tak bergeming.

"Apa itu yang ada di belakang? Ko di sembunyi-sembunyiin gitu?" kali ini afnan yang bertanya

"Keppo amat lo pada kaya dora" ketus haikal

"Antum monyetnya" ucap faisal tak kalah ketus

"Sembarangan"

Faisal dan dua orang lainnya kembali ke tempatnya masing-masing membuat haikal sedikit lega.

"Gue cabut dulu" pamit haikal menyambar jacket levis miliknya kemudian memakaikan di tubuhnya

"Udah malem,mau kemana sih antum?" sahut faisal

"Elahh,sebentar kok" ucap haikal yang keluar dari asramanya.

***

Kini adiba dan dua orang temannya sedang belajar di meja belajar kamarnya.

"Ehh bentar yaa,aku mau bikin teh manis dulu" pamit adiba seraya bangkit dari kursinya

"Iya dib,hati-hati" ucap ajizah yang di balas senyuman oleh adiba

"Ga nyebrang ko jiz" sahut adheeva tanpa melihat ke arah ajizah,ajizah sendiri hanya mendengus kesal.

Adiba langsung pergi ke dapur santriwati dan mulai membuat tiga gelas teh manis untuknya dan untuk temannya.

Di luar sana,haikal terlihat sedang mengendap endap di daerah kawasan santriwati.

Pak mumin selaku penjaga asrama sedang berada di daerah asrama santriwati untuk menjaga keamanan.Di tangannya sudah terpegang buku tts yang sedang ia isi sedikit-sedikit.

"Makanan khas dari garut?" gumam pak mumin terjeda "Apa yaa?" lanjutnya berfikir

Haikal yang mendengar suara pak mumin itu sesegera mungkin sembunyi di balik semak-semak.

Namun pak mumin mendengarnya,ia mengalihkan pandangannya menjadi melihat ke arah semak itu.

"Siapa di sana?" tanya pak mumin menyelidik,tak ada jawaban.Pak mumin mendekat ke arah semak itu.

Haikal membekam mulutnya sendiri,ia merundukan badannya sebisa mungkin agar tak terlihat oleh pak mumin.Nihil,karena semak itu lebih kecil dari tubuh haikal sehingga pak mumin dapat melihat bahwa haikal ada di balik semak itu.

Assalamualaikum Calon Imam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang