Chapter twenty one📍

3.4K 139 4
                                    


Acara porseni itu akhirnya berlangsung dengan sempurna.Para orang tua wali dapat pulang lagi ke kediamannya masing-masing.

"Mamah pulang dulu ya nak,jaga diri dan adab kamu di sini" ucap ainuha mengecup kening putra semata wayang-nya.

"Jangan buat malu keluarga,anak papah harus sukses" sambung anbari menepuk-nepuk pundak haikal

Haikal hanya manggut-manggut tanpa menyahuti ucapan ayah dan ibu-nya.

"Nih oleh-oleh buat kamu" ainuha memberikan beberapa paperbag yang cukup besar pada anak-nya

Haikal menerimanya "Ini ga kebanyakan mah?" gerutu haikal

"Ya bagi-bagiin sama temen kamu"

Haikal mengintip-intip paperbag yang di berikan sang ibu,ia berdecak pelan.Selalu saja repot sendiri.

"Yaudah mah,ayo pulang nanti terlalu larut pulangnya" sahut anbari

"Ihh bentar dong pah,mamah kan masih rindu sama anak kita" elak ainuha menolak

Anbari menghela nafasnya pelan dan memberikan sedikit waktu luang untuk istrinya melepas rindu pada sang putra.

"Gimana pembelajaran kamu di sini?" tanya ainuha pada haikal

"Ya gitu" jawab haikal dengan nada malas

Anbari melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya yang menunjukan jarum panjang arloji pada angka 10 dan jaruk pendek pada angka 3,sudah malam sekali dan di sekitar pesantren pun sudah banyak mobil pribadi yang berlalu pergi.

"Mah ayo pulang,udah malam nanti kapan-kapan kalo ada waktu luang kita kesini lagi" Bujuk anbari pada sang istri

"Mana ada waktu papah buat haikal" ketus haikal menyahuti

"Apa maksud kamu?!!" tegas anbari menanyakan maksud dari ucapan haikal

"Udah dong,gimana sih kalian ini dalam keadaan yang begini masih sempat-sempatnya buat keributan" lerai ainuha

"Ayo pulang" anbari menarik tangan istrinya dan menyuruhnya masuk ke dalam mobil.

Setelah istrinya masuk dan duduk di dalam mobil,anbari pun menyusul masuk dan langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan normal.

Haikal menatap kepergian ayah dan juga ibunya,sedikit rasa ingin ikut pulang dengan mereka bergelayut di hatinya.

***

Di tempat lain,adiba berdiri di samping ambang pintu aula acara porseni.Ia menatap haru teman-temannya yang sedang berpamitan dan melepas rindu pada orang tua masing-masing.Tak seperti adiba yang bernasib berbeda dari yang lain.

"Darr" ucapan itu keluar dari mulut adheeva yang di sertai dengan menepuk pundak adiba.Adiba sedikit terpelonjat,ia melirik ke arah sang pelaku yang sedang cengengesan.

"Udah dib,kamu ga usah sedih gitu ihh ga suka aku liatnya" cerocos adheeva

"Kamu ga pernah ada di posisi aku sih" jawab adiba melirik ke arah adheeva sekilas

"Kamu jangan gitu dib,ga boleh ngerasa paling terluka gitu aku juga ga jauh beda nasibnya sama kamu ya apalagi aku yang sampai saat ini ga tau keadaan ayah aku sama sekali semenjak dia nikah lagi sama pelacur itu" ucap adheeva meratapi nasibnya

Air bening nan hangat itu keluar dari pelupuk mata adiba dan mulai membasahi pipinya,adheeva menyeka air mata adiba yang mengalir begitu saja "Jangan sedih dib,kamu masih punya aku,ajizah dan yang lainnya yang insyaallah selalu ada buat kamu" adheeva memegang pundak adiba "Kita bukan hanya sekedar sahabat,tapi kita juga udah jadi keluarga di sini" sambungnya

Assalamualaikum Calon Imam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang