Chapter Twenty Eight📍

4.4K 147 6
                                    


Hari berganti waktu berlalu,begitu juga hati yang berhenti mencintai.Dia adalah satu cahaya di antara ribuan cahaya yang pernah menyemangati hati💛

-Haikal Anindito Argani.

***

Degan tergesa-gesa,ustadz mukhlis masuk ke dalam ruang guru untuk mengumumkan bahwa salah satu santriwati-nya ada yang telah berpulang ke hadapan sang pencipta.

Di dalam ruangan itu hanya ada dirinya dan ustadz alifh yang sedang mengerjakan tugasnya.Ustadz alifh yang terheran dengan prilaku ustadz mukhlis,langsung menghampirinya.

"Kenapa? Ko kaya yang buru-buru gitu? Mau ngumumin apa sih?" tanya ustadz alifh beruntun

"Adiba meninggal" ustadz mukhlis masih membenahi speaker di ruangan itu agar bisa terdengar di seluruh area pesantren.

Ustadz alifh terkejut bukan main,kemarin adiba masih terlihat biasa-biasa saja sebelum ia di hukum di lapang.Memang,maut itu datangnya tiba-tiba dan secara rahasia.

"Inalillahi,masa sih? Kamu yang bener aja?" ustadz alifh tak percaya dengan jawaban ustadz mukhlis atas pertanyaan yang ia tanyakan.

"Masa iya aku bohong,tadi ustadz manaf yang telpon" jelas ustadz alifh

"Ko bisa dia sampai meninggal gitu? Apa operasinya gagal?"

Ustadz mukhlis berdecak kesal "Bisa diem dulu ga sih? Aku mau umumkan ini dulu,nanti aku jawab pertanyaannya"

"Yaudah cepet"

Ustadz mukhlis mengetuk-ngetuk mix yang di pegangnya "Tes... Tes...khemm" ustadz mukhlis menarik nafasnya terlebih dahulu sebelum mengumumkan berita duka tentang adiba.

"Assalamualaikum waramatullahi wabarakatuh,Inalillahi wa inaillaihi rajiun"

Para santri maupun santriwati bahkan ustadz dan ustadzah pun keluar dari kelasnya untuk mendengar lebih jelas pengumuman dari ustadz mukhlis.

Perasaan adheeva dan ajizah sudah tak enak,jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

"Telah berpulang ke rahmatullah,saudari kita,keluarga kita,dan rekan kita" ustadz mukhlis menjeda ucapannya yang membuat orang-orang yang mendengarkan pengumuman semakin penasaran "Syakila adiba alfiyah,pada pukul sepuluh lebih tiga belas menit siang tadi"

Adheeva maupun ajizah mematung tak percaya,air matanya terjun tanpa di perintah di pipinya.

Andyra,silmi dan hasna pun terkejut.Apa ucapannya menjadi do'a? Tapi sumpah demi apapun itu hanya becanda.

"Mari kita do'akan agar saudari kita di terima amal ibadahnya,di ampuni segala dosanya dan di tempatkan oleh Allah di tempat yang paling mulia,alfatihah" lanjut ustadz mukhlis

Para santri dan santriwati serta ustadz dan ustadzah membacakan surah alfatihah untuk adiba.

"Sekian yang dapat saya sampaikan,wabillahitaufik walhidayah Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" ustadz mukhlis mematikan kembali speaker-nya

"Ga mungkin adiba meninggal,ga mungkin" histeris ajizah dengan isak tangisnya

Ajizah melirik ke arah andyra dan teman-temannya,ia menelan salivanya serta mengepalkan tangannya kuat-kuat.Ajizah segera menghampiri andyra dengan api-api emosi yang sudah tak bisa di tahan.

"Ini semua gara-gara lo!!" ajizah mendorong pundak andyra hingga andyra memundurkan beberapa langkahnya "Gara-gara lo so suci di depan ustadzah biar lo bisa jadi santriwati teladan di pesantren ini, terus adiba bisa lo singkirin,adiba jadi meninggal,dia udah ga ada lagi di sini,dia pergi untuk selamanya,dan lo puas hahh?" bentak ajizah terbawa emosi

Assalamualaikum Calon Imam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang