Chapter Eight📍

4.8K 203 3
                                    

Setelah selesai shalat dzuhur berjama'ah,para santri dan santriwati di beri ijin untuk pergi ke pasar atau ke pusat perbelanjaan lain untuk membeli keperluan masing-masing.

Adiba dan ketiga orang temannya masih bersiap-siap di dalam kamarnya.

"Yuu berangkat,nanti keburu abis waktunya" ajak adheeva yang di angguki oleh ajizah.

Adiba masih belum siap,ia membuka laci nakasnya untuk mengambil dompet dan begitu ia mengambilnya ada sebuah kalung di bawah dompet itu.Adiba mengingatnya,itu adalah kalung pemberian almarhum ayahnya dulu.

Sambil tersenyum adiba mengambilnya dan menyimpannya di dalam saku bajunya.

"Yuu berangkat" sahut adiba

Mereka keluar dari kamarnya dengan membincangkan segala hal.

Sedangkan Haikal,sekarang ia tengah berdiri di depan gerbang dengan pandangan yang menyapu pada suasana dalam pesantren tengah mencari-cari adiba.

Tepat,indra penglihatannya menemui wanita yang tengah ia cari dari tadi.Adiba dan tiga orang temannya melewatinya,haikal tersenyum ke arah adiba,adiba pun membalasnya sekilas yang membuat hati haikal berdegup sangat kencang.

Adiba berhenti di depan jalan untuk menyegat angkutan kota.Haikal terus menatapnya tanpa henti.

"Dib,ongkosnya udah di kamu kan?" tanya adheeva memastikan.

"Iya ini" ucap adiba merogoh saku bajunya dan mengambil uang satu lembar sepuluh ribu.

Tak sadar bahwa ada barang yang jatuh dari sakunya.Angkutan kota berhenti di hadapan mereka,tak tunggu lama merekapun naik ke dalam angkutan tersebut.

Haikal melangkah maju ke arah tempat di mana adiba dan temannya berdiri tadi namun tatapannya tertuju lurus pada angkutan yang adiba naiki.

Setelah angkutan itu berlalu,haikal tersadar akan lamunannya.Hendak melangkah pergi,namun kakinya menginjak sesuatu.Haikal menundukan kepalanya dan merunduk untuk mengambil beda itu.

Kalung itu ada di tangannya kini.Haikal memutar-mutar kalung itu menganalisis siapa pemilik kalung itu.

"A" kalung itu berhuruf A,apakah itu milik adiba atau teman-teman yang bersama adiba tadi.

Ah entahlah,haikal tak tau.

Haikal tersenyum simpul dan langsung memasukan kalung itu ke dalam saku celananya.

***

Seperti biasanya,ketika libur tiba geng roger melakukan rutinitasnya mengelilingi kota untuk memadati jalan dan membuat onar tentunya.

Roy menepikan motornya ketika bersebrangan dengan salah satu pondok pesantren.Para pengikutnya juga ikut menepikan motornya.

Roy membuka helm full facenya dan berbalik belakang menghadap kepada teman-temannya.

"Napa roy?" tanya fito yang belum membuka helm di kepalanya.

"Lo liat deh cowok yang ada di depan gerbang pesantren itu" tunjuk roy dan teman-temannya langsung melihat ke arah yang di tunjuk roy.

"Haikal bukan sih?" lanjut roy menyipitkan matanya menyelidik

"Iya tuh haikal gue apal bener dangdanannya" sahut afsein

"Apa jangan-jangan haikal mondok di sono" ucap rifal

"Masa sih" timpal roy yang tatapannya masih tertuju pada pria yang ia pandangnya.

Mereka melihat bahwa pria itu masuk ke dalam pesantren itu.Mereka yakin itu adalah musuh bebuyutannya.

"Iya tuh bener haikal,gue yakin seratus persen" ucap rifal lagi

Assalamualaikum Calon Imam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang