24

3.5K 108 1
                                    

"Nih sab pucuknya" Belva memberikan satu botol teh pucuk pesanan Sabrina.

"Pempeknya mana beb" merasa ada yang kurang Sabrina menanyakan pesanannya lagi.

"Sama si sepray" ucap Belva singkat. Sabrina hanya melongo mendengar jawaban Belva. Tiba-tiba Mahendra muncul dari balik pintu kelas.

"Nih pesenan lo" Mahen mengacungkan sekantong plastik pempek pada Sabrina.

"Makasih sayanggg" Sabrina tersenyum lebar akhirnya makanan favoritnya datang juga. Mahen hanya membalas senyuman.

"Kembaliannya?" Sabrina menyodorkan tangannya meminta uang kembalian.

"Lah takira buat gue" ucap Mahen meledek.

"Hehe bercanda, yaudah sono ambil" ucap Sabrina malu-malu.

"Gue juga bercanda nih ambil lagi" Mahen menaruh selembaran sepuluh ribu pada meja Sabrina.

"Lah?" Sabrina melongo heran menatap tingkah Mahendra.

^^

"Bel " Mahendra mencoba mengecek keadaan apakah Belva baik-baik saja.

"Hmm" gumamnya singkat. Belva tengah asyik bermain ponselnya tanpa membalas kontak mata lawan bicaranya.

"Lo udah putus apah sama si ketos?" tanya Mahen penasaran.

"Lah trus? Kalo iya kenapa kalo enggak kenapa?" tanya Belva penasaran, sepertinya Mahen tak henti-hentinya menanyakan hubungannya dengan si ketos.

Mahen diam gelagapan merasa ia salah baru saja menanyakan hal pribadi pada Belva. Memang si apa urusannya dengan dirinya dia lagian bukan sahabat Belva ia hanya sebatas teman sebangku itupun efek muridnya cewe cowo ganjil.

"Ohh gue tau pasti loo.. mau.." Muka Mahen hampir memerah kini ia merasa sedang dibaca pikirannya oleh gadis disampingnya.

"Apa?" tantang Mahen seolah menutupi rasa malunya.

"Lo mau nyanyiiin lagu gaje lagi iya!" Bentak Belva kesal padanya.

"Huft" Mahen menghembuskan nafasnya kasar. "Tau aja lo.." ucap Mahen mengiyakan ketika ia kehabisan ide untuk mengelak.

"Dasarr jail banget ih" Belva menggerutu.

^^
Ara menerima kertas formulir pendaftaran lomba dari Gilang sedangkan Hima sibuk memasang pengumuman di mading tentang acara Lomba pada bulan bahasa.

"Ara nih bagiin ya" perintah siketos.

"Lang, temenin yuk masa iya gue sendirian" Ara memohon.

"Gak sama pinky aja, biasanya sama dia" Gilang rada sedikit malas untuk berkeliling kelas membagikan kertas formulir.

"Gak deh dia lagi sibuk sendiri, sama kamu aja yuk" Ara menggandeng tangan Gilang berjalan memulai dari ruang kelas sepuluh hingga dua belas. Gilang hanya pasrah menuruti langkah Ara.

Didepan koprasi Gilang dan Ara bertemu Rino dan Iqbal mereka yang asyik memakan jajan sambil tongkrongan menghadap lapangan basket.

Gilang merasa kesal melihat teman-temannya itu yang sedang asyiknya makan sedangkan dirinya mencoba menahan lapar dan melewatkan jam istirahat pertama untuk tugas osis apalagi Ara yang tak mengerti perasaannya hatinya eh perasaan perut laparnya.

ULAH KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang