36

3.2K 119 3
                                    

Hari semakin larut malam, kecepatan mobil Gilang melesat menjadi 100km perjam, lagu dusk till dawn pun mengiringi perjalanan mereka menuju sebuah kota. Gedung-gedung tinggi sudah tak tampak lagi, hanya deretan lampu-lampu yang nampak menghiasi pinggiran jalan tol. Jauh diseberang sana lampu-lampu permukiman pun bertebaran seperti bintang yang ikut meramaikan suasana malam ini yang mulai berangsur cerah. Deru angin dan suara tenang khas mobil memberikan kesan tersendiri dalam perjalanan.

"Seru ya, bisa jalan kek gini. Yang jauh sekalian gitu." Gilang membuka lagi suara ditengah-tengah laju mobilnya yang sebentar lagi mendekati gardu tol.

"Iya, tapi ini yang terakhir." Gerbang tol pun mulai terlihat.

"Jan bilang gitu! Gue gak suka, benci tau ngga. Kita tuh bakalan bareng lagi!" Omel Gilang tak tahan dengan emosinya.

Belva bungkam, ia memilih menelisik lampu-lampu jalanan ketimbang membalas perkataan Gilang.

"Sampai kapanpun, kita gabakal berpisah. Ngerti!" Gilang menggenggam tangan kanan Belva erat.

Kini mobil mereka sudah keluar dari jalan tol dan sedang berada dikawasan perumahan elit.

"Bel itu rumahku tuh." Gilang menunjukkan dengan jarinya sebuah unit rumah mewah.

"Dih ngaku-ngaku kak Gilang." Belva tak semudah itu percaya.

"Hehe tau aja."

"Hmm. Eh kak ngomong-ngomong kak Gilang anak keberapa?"

"Anak tunggal."

"Oow kasian gak punya temen." Belva terkekeh.

"Nggak juga, temen mah banyak."

"Disekolah!" Teriak Belva kekuping si Ketos.

"Dirumah juga ada. Ada Ily sama Lula kangen aku tuh sama mereka."

"Siapa dia."

"Tadi kita bahas apa?"

"Teman?"

"Nah itu."

"Temen nya cewe? Dirumah?"

"Iya emang kenapa?" Gilang menyeringai jail.

"Kok gitu kak? Itu rumah yang di Cijawa atau di Merak?"

"Merak. Cantik-cantik lagi."

"Ooo ekhem bungkuus ya kak ditaro rumah?"

"Iya dong cantik-cantik masa dianggurin, pungut aja dari jalan kasian."

"Jan gitu kali kak masa pungut si."

"Eemang kenyataannya."

"Kelas berapa dia?"

"Dia gak sekolah."

"Kenapa?"

"Karna dia itu Kucing. Bhahaahahaa." Tangan Gilang memukul stir, namun terkena klakson mobil.

Tiinn.

Mobil yang berisi ayam pun langsung meminggirkan posisi mobilnya.

"Ckckck." Belva mendesih.

"Duh. Duh. Belva. Hahaaha." Gilang masih tertawa.

"Huft. Dasar nyebelin." Sentak Belva dengan mengalihkan padangannya sebentar kearah Ketos.

ULAH KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang