38

3.2K 124 11
                                    

Gilang menelungkupkan kepalanya kemeja, tak sanggup menerima kenyataan bahwa esok ia akan sangat sulit bertemu Belva

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gilang menelungkupkan kepalanya kemeja, tak sanggup menerima kenyataan bahwa esok ia akan sangat sulit bertemu Belva. Salah satu tangan Ketos kini terjulur sudah, menggenggam erat tangan Belva seolah gadis itu tak boleh pergi.

"Kak bangun, kaka kenapa sih? Sakit? Atau ngantuk."

"Sakit."

"Sakit apa? Kepala."

"Hati Bel." Wajah Gilang masih menelungkup. Suara isakan pun mulai lirih terdengar.

"Kak bangun gih, coklatnya diminum."

Gilang hanya menggelengkan kepalanya namun wajahnya masih ia sembunyikan.

"Kaka kenapa aih kok jadi gini."

"Kan dah bilang sakit hati!"

"Kak, jan gitu juga dong. Beneran gak sakit kepala atau semacamnya?"

"Bel! Please jan pergi." Gilang mengangkat wajahnya. Rautnya memerah, matanya mulai berkaca-kaca, suaranya mulai terisak. Begitulah kondisi Gilang sekarang.

"Kak udah deh, jan nangis gitu kenapa sih." Belva menyembunyikan rasa prihatinnya. Sebenarnya hatinya pun sekarang ikut terpukul.

Gilang menyilakan ponynya keatas dan menghembuskan nafas gusar. Punggungnya ia sandarkan pada kursi dengan pasrah.

"Udah jam 1 lebih pulang yuk. Udah malem banget kak."

"Gamau."

"Ko gitu sih!"

"Temani aku sampai pagi."

"Kak jan ngawur! Besok kejogja aku jam setengah enam udah di kereta!"

"Huft," Gilang meneguk segelas coklat hangat yang sudah tersaji sejak beberapa menit lalu didepannya.

"Yaudah yuk ah." Gilang beranjak pasrah.

•••

Gilang masuk mobil terlebih dahulu, kini ia sedang duduk melamun di kursi pengemudi, anggota badannya terasa enggan untuk menyalakan mesin lalu mengendarainya.

"Kak jalan."

"Kak?" Belva menaik turunkan tangannya didepan wajah Gilang.

Tangan Gilang menangkap lemas tangan Belva.

"Awas lo besok sampai hilang kontak! Akhir pekan gue bakalan main kejogja, entar kita wajib ketemuan oke!" Omel Gilang.

Untuk saat ini Belva rasa ia harus sedikit berbohong, kalau tidak bakalan gagal misinya.

Belva menganggukan kepalanya ragu.

"Dah jalan." Perintah Belva lagi.

"Kak ko lambat banget, ini udah jam berapa liat."

"Rada cepetan dong."

Gilang menekan gasnya dengan kecepatan tinggi menuju angka seratus.

Kini mereka sudah kembali berada di jalan tol, kecepatan laju Gilang pun semakin meningkat. Makin serunya lagi, lagu dusk till dawn yang mereka putar menambah kesan seolah sedang bermain di film ataupun mv western. Gemuruh angin pun seolah menciptakan backsound tersendiri.

ULAH KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang