23

4K 121 3
                                    

Seperti biasanya Belva berangkat sekolah, namun ada sedikit yang berbeda pada dandanannya kali ini, biasanya ia mengurai rambut sebahunya kini ia kucir satu kebelakang, mungkin efek rambutnya yang mulai memanjang. Tak lupa make up simpel ala ulzzang pun ia praktekan hal itu membuat kesan cute tersendiri diwajahnya yang mungil. Sweater coklat model klasik tak luput ia kenakan.

Hari ini terasa berbeda baginya karna Ayahnya pulang dari Jogja alhasil kali ini ia berangkat sekolah tidak menggunakan kendaraan umum seperti bus melainkan ayahnya yang mengantarnya kesekolah.

^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

^^

Mahendra turun dari motornya berjalan menuju ruang kelasnya yang berada cukup jauh dilantai dua. Sesampainya di lobi ia berpapasan dengan Belva. Mahen membulatkan matanya melihat dandanan Belva yang tak seperti biasanya. Merasa aneh dengan tatapan Mahen, Belva akhirnya membuka suara.
"Apa lo liat-liat" tanya Belva sengaja mengeluarkan ekspresi sinisnya.
"Lo cantik" seketika Belva menjadi blushing beruntunglah hal itu tertutup blushonnya yang tipis.
"Lo juga ganteng" balas Belva.
"Tapi..." ucap Belva.
"Bo ong?" Mahen memotong perkataan Belva.
"Jomblo" ucap Belva bersamaan dengan Mahen.
"Anjayy" Mahen melontarkan kekesalannya dengan hampir menendang kaki Belva.
"Yuk masuk ke kelas mbloo" Belva menarik tangan Mahen. Seketika Ara melihat mereka berdua berjalan bersama dengan bergandengan tangan.

"Oke lo sama Gilang sama-sama selingkuh Bel! jadi gak akan lama ko hubungan kalian bertahan, cinta kalian itu maksa! Lebih baik udahan deh main-mainnya" batin Ara.

^^

Gilang memasuki ruang kelasnya, Rino sahabatnya menghampiri Gilang yang baru saja berangkat.
"Tos, printer sekolah rusak, belum diprint sama si Hima" keluh Rino.
"Kewarnet lah!" ucap Gilang.
"Tau tuh Hima" ucap Rino.
"Lah gimana si harusnya kan hari ini udah dipasang pengumumannya di mading" ucap Ketos layaknya seorang atasan yang memarahi bawahannya.
"Masa iya mau tulis tangan manual?" ucap Gilang asal.
"Ya nanti kewarnet paling lah"
"Hima manatuh bocah? Kenapa gak bilang dari kemarin" Gilang mengabsen teman sekelasnya namun tak ditemukannya seseorang yang ia cari.
"Hima belum berangkat"
"Yaudah sana kewarnet selagi masih pagi, bawa motor gak? Ni gue pinjemin biar cepet" Gilang menyodorkan kontaknya.
"Yaelah lu pikir warnet jam segini udah bukak pea?" ucap Rino tak kalah kesal.
"Ada apa si ribut-ribut" Ara tiba-tiba datang.
"Hima belum ngeprint Ra" ucap Rino.
"Ckk gimana si tuh anak, belom berangkat lagi"
"Masa iya ke ruang tu, ntar kalau ditanya printernya rusak gimana" Gilang menghembuskan nafasnya kasar.
Hima akhirnya tiba diruang kelas.
"Assalamualaikum brotherr" ucapnya cetar.
"Waalaikumussalam" ucap Rino dan Ara,
"Woi Hima gimana si masa baru ngabarin tadi pagi" ucap ketos kesal, sifat kemajikannya muncul.

"Eh eh eh pagi-pagi udah marah salam gue dijawab dulu batok" ucap Hima tak terima baru saja ia datang sudah disambut omelan siketos.
"Iya Waalaikumussalam cantikkk" ucap
Gilang dengan muka fake menahan emosinya.
"Nah gitu dong cakep!"
"Iya sorry gue baru ngabarin tadi pagi, kuota gue abis soalnya" ucap Hima.
"Trs gimana dong Ma?" tanya Ara.
"Nantilah istirahat pertama kewarnetnya ntar temenin gue ya lang" pinta Hima kepada Gilang.
"Ko gue" tanya Gilang.
"Lo kan yang bawa motor ae lah"
"Hmm yelah yelah akuuu juga" mendadak menirukan gaya ismail bin mail.
"Apa sama gue aja?" tanya Ara.
"Lo bawa motor emangnya ra?" tanya Hima.
"Maksudnya gue sama Gilang aja" jelas Ara.
"Gak papa ra gue aja, gue gak enak inikan tugas gue jadi sekertaris, lagian kan ntar lo bakalan bertugas ngasiin kertas ke kelas lain"
"Iiya sih,," ucap Ara kikuk.

^^

Bel istirahat pun berbunyi, Belva berniat menuju kantin sekolah yang berada dekat tempat parkiran sepeda motor siswa Sudirman.
"Ki kantin yuk" ajak Belva.
"Ntar suapin abang ya" goda Mahen sambil menyipitkan satu matanya.
"Iya tapi pake pisau mau?"
"Jahat lu"

Belva beranjak pergi dan Mahen menyusulnya. "Bel lo mau kekantin apah?" tanya Sabrina. "Iya kenapa? Yuk bareng" ajak Belva. "Nitipp.." Belva menanggapi dengan raut malas. "Titip apaan"
"Gue pen pempek sama teh pucuk aja" pesannya.
"Yaelah pempek gue males ngantri"
"Aaaah plis dong"
"Nitip ke gue aja sini" ucap Mahen menimbrung.
"Nah gituu dong Mahen baik love youu mmuah"
"Love you too upah sepuluhriboo" balas Mahen.
"Ckckkck anjay" ucap Belva bergidik ngeri.
"Eeeh jan gitu dong cintaaa.." Sabrina pasang puppy eyes.
"Woii..!" teriak Sabrina namun sengaja Mahendra pura-pura tak mendengarnya ia melenggang pergi mengikuti Belva.
^^

Setibanya dikantin Mahen mengantri didepan gerobak etalase. Sedangkan Belva sibuk memilih jajanan aneka macam kue.
"Bel bel" ucap Mahen tiba-tiba.
"Apaaa? Lo mau ini?"
"Bukann liat deh itu"
"Itu apa-" Belva langsung mengalihkan pandangannya mengikuti arah kemana mata Mahen melihat.

Terlihat siketos bersama Hima berjalan bersama dan menuju kesebuah parkiran.
"Hmm biarin cuma jalan berdua doang" ucap Belva positif tingking.
Namun Mahendra masih tetap melihat siketos.

"Bel mereka tuh berduaan, boncengan" Mahen menepuk bahu Belva.
"Ae lah apaan si brisik"
"Liat tuh woy"
Belva melihat siketos bersama Hima, tak luput dari penglihatannya ia menangkap tangan Hima memegang pinggang siketos.
"Baru aja putus.. udah berulah" Belva bergumam.
"Hah apa putus?" tanya Mahen.
"Ah nggak-nggak papa"
"Kalian putus?" tanya Mahen sekali lagi.
"Brisik ah" Belva menyenggol sikunya ke samping perut Mahen.
"Au etdah kenapa gue disuruh ikut ngerasaain sakit"

^^

Belva dan Mahen kembali kekelas, mereka melewati koridor yang lumayan panjang, di perjalanan Mahen tak henti-hentinya menyanyikan lagu hal itu bermaksud menyinggung teman sebangkunya itu.

"Pengganti dirikuuu.., bisakah kau menghargaii.. sedikit perasaan ku tak terhitung hariii kau tak sendiri lagiii.." Merasa risih dengan nyanyian Mahendra. Belva menanggapinya.

"Woi gak ada lagu lain apah"

"Kemarinn ku cintaah kamu nya bertingkahh syuaakiit syuakitt kau duaakannn"

"Diem ga kalo engga gue puter tuh mulut!"

"Wik wik wik wik ahh"

"Brisikk ihh!!"

"Wik wik wik auwwwww!!" Belva menginjak kaki Mahendra lumayan keras.

"Auww- Sakitt Anjir"

"Sama kuping gue juga!"

"Alah bilang aja hati lu yang lagi sakit"

^^

ULAH KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang