28

3.3K 113 4
                                    

Ara bersender pada tembok pengaman dirooftop, rambutnya berkibar-kibar karna begitu kencangnya angin yang meniup kepalanya. Dia tak sendirian ada Pinky dan Lily sahabatnya.

"Lama banget itu bocah ih, panas nih untung banyak angin." Pinky menggerutu.

"Lama-lama kulit gue jadi item nih." Tambah Lily.

"Sabar dong, gue juga cape nungguin nih, awas aja itu bocah kalau gak jadi! Bakalan mampus." Gumam Ara namun masih dapat didengar oleh kedua sahabatnya.

Belva akhirnya muncul juga didepan Ara dan sahabatnya itu. Belva melihat tatapan begitu sinis dari mereka, bahkan rasanya pertarungan sengit akan dimulai.

"Bel sini cepet." Peritah Pinky.

Belva melihat arloji pinknya menunggu jarum panjang mengarah angka dua belas.

10,11,12

"Dah, ada apaan kak." Kini tatapannya beralih memandang Ara setelah memastikan jarum jam untuk menjadi patokan.

"Heh! Pelakor! Berhenti deh gangguin Gilang." Omel Lily yang ikut campur urusan Belva dan Ara.

Belva hanya menatap Lily, Belva bungkam tak mau menanggapinya.

"Dieeemmm! Lo punya mulut kan!" Pinky berteriak didepan wajah Belva.

"Heh Bel!" Kini Ara yang maju.

"Lo! Berhenti gak! Pacaran sama Gilang."

"Apa hak kakak?" Ucap Belva pelan namun dingin.

Hal itu cukup memancing emosi Ara. Ara menarik kerah baju Belva kuat-kuat.

"Loo! Cewe gila! Yang ngerebut milik orang! Dan gatau diri! Gue peringatin mulai detik ini! Jika lo ga berhenti pacaran sama Gilang Gue bakalan bikin hidup lo-" Teriak Ara dengan amarahnya yang mencuat.

"Maaf waktu udah habis, kelewat 38 detik." Belva memotong dengan raut wajah datar namun terkesan sinis.

Belva menarik tangan Ara untuk berhenti mencengkram kerahnya.
Belva mendekatkan wajahnya ke wajah Ara dengan tatapan miris sontak gadis itu membelalak.

"Urus, dirimu sendiri!" Belva langsung berbalik arah dan sempat melirik Pinky dan Lily yang mematung.

"Ckk." Ara mendesih. Dengan penuh kekesalan Ara melangkah maju dan langsung menarik rambut Belva.

"Aaa- isshh." Ringis Belva menahan sakit dikepalanya efek jambakan ulah Ara yang begitu kuat.

"Lepas gak kak!" Bentak Belva.
Ara melepaskan jambakannya disertai dorongan pada kepala Belva.

Belva meniup ponynya.

Tanpa basa-basi Belva langsung pergi dan tak ada niat untuk membalasnya, menurutnya hal itu membuang-buang waktu saja, Belva lebih menghargai teman-temannya yang menunggunya dikelas untuk latihan drama ketimbang meladenin nenek lampir.

"Bel rambut lo berantakan amat?" Tanya Shela penasaran. Mahendra pun beralih menatap Belva yang tadinya sibuk membaca skrip drama.

"Gatau tadi, ketemu singa ngamok." Jawab Belva asal.

"Hah? Siapa?" Shela membelalakan matanya.

ULAH KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang