t u j u h b e l a s . s a t u

5.7K 516 67
                                    

Seolah turut bersedih, langit tampak mendung sore hari ini. Beberapa orang yang masih tersisa, tampak masih terdiam. Di hadapannya, sebuah makam yang masih baru tampak masih memerah.

Nisa masih berlutut di samping pusara. Tangannya mengusap nisan yang bertuliskan nama anaknya. Matanya tampak sembap karena semalaman ini menangis.

Segala skenario buruk yang selama ini hanya ada di dalam pikirannya, pada akhirnya terjadi. Tidak pernah terbayangkan olehnya, bahwa sang putra yang meninggalkannya terlebih dahulu. Padahal, ada banyak hal yang ingin dilakukannya bersama.

"Kak, Adek belum ngeliat kamu, lho," ucap Nisa lirih. Ia berusaha tersenyum, namun gagal. Ujung pakaian yang dikenakan ternodai oleh tanah, tetapi Nisa tidak peduli sama sekali. Ia tidak berpindah dari posisinya sedikit pun. Dari sekian banyak orang yang merasa kehilangan, hanya Nisa yang benar-benar tidak menutupi kesedihannya. "Masa, udah nyerah aja. Kakak 'kan janji mau ngajak Adek main nanti."

Chiko melingkarkan lengannya di pundak Nisa. Ia mengusapnya perlahan, berusaha untuk menyalurkan kekuatannya. Meski bukan anak kandungnya, Chiko tetap merasakan kesedihan yang mendalam.

Di hadapannya, Nada juga ikut berlutut. Di sebelahnya pula, terdapat Rafa, sebagai ayah kandung seseorang yang harus pergi tadi malam. Wajahnya tampak lelah. Tetapi, binar ketegaran tampak jelas di matanya.

Rafa tahu, cepat atau lambat, hal ini pasti akan terjadi. Walau sebenarnya, rasa menyesal masih terasa membekas di dadanya. Ia adalah seorang dokter, tetapi salah satu anaknya meninggal karena penyakit yang biasa ia tangani.

Perlahan, Rafa bangkit. Ia berjalan menghampiri Nisa dan berjongkok di sebelahnya.

"Jangan menangis lagi, Nisa. Anak kita sudah tenang. Dia nggak harus ngerasain sakit lagi," ucapnya lirih. Ia mengusap punggung Nisa perlahan. "Kamu harus kuat."

Nisa menggigit bibir bawahnya. Ia menunduk dan mengangguk pelan. Kemarin, Nisa sudah berjanji di hadapan putranya tersebut. Ia harus kuat. Apapun yang terjadi, Nisa harus dapat menjalani kehidupannya seperti biasa.

*****

A/n

Tebak-tebakan, yuk! Itu siapa.

TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang