Plak!
Tamparan keras dirasakan oleh Edgar. Ayahnya yang murka atas pengakuan Edgar yang sudah menghamili gadis yang masih sekolah. Edgar hanya diam mendapatkan tamparan dari ayahnya. Sementara, Neira hanya terdiam dan menunduk dengan menggenggam erat ujung bajunya."Dasar anak kurang ajar! Kamu mau menghancurkan nama baik keluarga kita? Hah? Papa suruh kamu menikah, bukan suruh menghamili anak orang yang jelas jelas masih sekolah. Kamu taruh dimana otak kamu? Hah?" Tyo, ayah Edgar sudah sangat kesal. Rahangnya mengeras, kepalan tangannya semakin kuat dan urat urat di tangan dan lehernya mulai keluar.
"Edgar gak sengaja pah, Edgar mabuk malam itu. Edgar gak tau kalau dia masih sekolah. Edgar tau Edgar salah, Edgar udah ngerusak mimpi Neira," Edgar menunduk dengan tubuhnya yang masih bersimpuh di bawah kaki ayahnya.
Neira mulai terisak dan setetes demi setetes air mata mulai mengalir di pipinya. Tiana, ibu Edgar yang melihat Neira terisak langsung memeluk dan mengusap punggung Neira. "Jangan menangis lagi, semua akan baik baik saja," Ucapnya.
"Seminggu lagi kalian akan menikah! Biar Papa yang urus semuanya, kalian hanya perlu menyiapkan diri kalian masing masing! Dan untuk kamu Neira, kamu sebaiknya berhenti sekolah!" Ucap Tyo dan pergi menuju kamarnya.
"Kita akan bicara dengan orang tua kamu ya nei, dimana kedua orang tua kamu?" Mendengar pertanyaan Tiana, Neira semakin terisak bahkan air matanya semakin deras.
"Kedua orang tua aku sudah meninggal tan... " Ucap Neira masih dengan isakkan. Edgar yang mendengar ucapan Neira pun terkejut.
"Maaf nei! Apa kamu masih ada keluarga yang lain?" Tiana mengusap punggung Neira dan menghapus air matanya.
"Aku tinggal sama bibi aku, tapi aku sudah diusir...hiks hiks dan bibi aku gak mau akuin aku lagi semenjak dia tahu aku hamil. Cuma bibi aku aja yang aku punya sekarang," Jelas Neira. Bagai disambar petir, Edgar menganga mendengar tuturan Neira yang sama sekali belum ia ketahui. Tiana, ibu dari Edgar menatap Edgar sambil menggelengkan kepalanya.
"Sekarang kamu tinggal dimana?" Tanya Tiana lagi.
"Aku tinggal di rumah Kiki, sahabat aku."
"Sekarang kamu tinggal disini sampai pernikahan kalian. setelah pernikahan kalian, kalian akan tinggal di apartemen Edgar. Sekarang kamu ambil barang barang kamu di rumah teman kamu dan Edgar antar Neira!" Seru Tiana. Edgar yang menyetujui ucapan Tiana pun mengambil kunci mobil.
"Ayo!" Ajak Edgar. Neira yang menerima ajakan Edgar pun berdiri dan pamit kepada Tyo dan Tiana.
•••
"Maafin gw!" Edgar yang sedang menyetir mobilnya memulai pembicaraan. Neira yang mendengar ucapan Edgar menoleh ke arah Edgar yang sedang menatap lurus ke depan. Neira hanya menganggukkan kepalanya tanpa jawaban dari mulutnya. Walaupun Edgar menatap lurus ke depan, ia tahu kalau Neira mengangguk.
"Maafin gw, udah ngerusak hidup lo! Maafin gw juga udah ngerusak mimpi lo dan karna gw juga lo diusir sama keluarga lo," Lanjutnya sambil menoleh ke arah Neira sekilas. Neira lagi lagi hanya mengangguk. Edgar hanya menghela nafasnya atas jawaban Neira yang hanya dengan anggukan saja.
Setengah jam berlalu, mereka sampai di depan pintu rumah Kiki, sahabat Neira. Selama perjalanan mereka tadi, tidak ada satupun dari mereka yang mengeluarkan suara setelah permintaan maaf Edgar. Terlebih lagi dengan Neira yang memang sangat pendiam dan irit bicara. Ia hanya akan merespon omongan orang hanya dengan anggukan atau gerakan tubuh saja. Terkecuali kalau pertanyaannya memerlukan jawaban yang pasti, ia akan berbicara namun sesingkat mungkin dengan suara yang lembut dan pelan.
Mereka, Neira dan Edgar berjalan menuju depan pintu rumah Kiki. Neira sangat bingung apa yang harus ia bicarakan kepada Kiki. Ia sangat bingung, pasti Kiki akan sangat marah mendengar dirinya akan menikah. Walaupun Kiki tau Neira hamil.
Neira memberitahu akan kehamilannya karna cowo brengsek atau Edgar itu kepada Kiki. Kiki sangat marah bahkan mengucapkan sumpah serapahnya untuk Edgar. Kiki tahu akan mimpi mimpi Neira yang sudah ia impikan sejak dulu dan setelah mendengar mimpi itu sirna karna lelaki brengsek itu membuat Kiki kesal dan marah.
Kiki memang sangat peduli kepada Neira karna ia adalah sahabatnya sejak kecil. Bahkan Neira dekat dengan orang tua Kiki. Dan karena mereka dekat maka Kiki dan keluarganya menerima Neira setelah ia di usir oleh bibinya. Kedua orang tua Kiki pun kasihan dan menyemangati Neira.
"Ketuk pintunya!" Suruh Edgar setelah mereka sampai di depan pintu rumah Kiki. Neira pun mengetuk pintu rumah Kiki. Dan keluarlah Kiki dengan pakaian santainya.
"Neira! Kemana aja lo?" Seru Kiki setelah dia membuka pintu rumahnya. Dahinya mengernyit melihat kehadiran Edgar di samping Neira. Dalam hatinya bertanya-tanya siapa laki laki itu? Dan apa hubungannya dengan Neira?
•••
Sekalian hehe😁
Don't forget to vote and comment!!! See you to next part!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Wife
Teen FictionSemua karna "Takdir" Yang membuat Neira harus merasakan kehidupan baru di saat ia masih SMA. Dengan kepolosannya dan sifat pendiamnya dia harus merasakan hamil di luar nikah karna seorang Edgar Hyanantyo, seorang direktur muda yang masih bersikap la...