Neira sekarang sedang menyiapkan makan malam untuk Edgar. Keluarga Edgar masih menunggu di ruang tengah sambil berbincang dan bergurau.
"Aku mau pake itu nei," Ucap Edgar sambil menunjuk lauk yang diinginkannya. Neira hanya diam dan mengambil apa yang diinginkan oleh Edgar.
Sekarang posisi Neira sedang berdiri di samping Edgar yang sedang duduk. Setelah Neira selesai menyiapkan makan untuk suaminya dia berniat pergi. Namun Edgar malah menariknya sehingga posisi Neira berada di pangkuan Edgar.
"Temenin aku," Ucap Edgar.
Neira tetap mencoba untuk bangun, namun Edgar menahannya. Edgar menciumi pundak Neira secara mendalam. Neira mencoba menghindar dengan mengangkat bahunya, namun Edgar tetap mencium pundaknya secara mendalam. Tak pantang menyerah, Neira berusaha mendorong kepala Edgar dengan tangannya, namun kepala Edgar tetap tidak berpindah.
"Kak," Ucap Neira seraya mendorong kepala Edgar.
"Kenapa?" Edgar menampakkan wajah kecewanya. "Kamu istri aku, salah aku minta dimanjain?" Tanya Edgar.
Neira diam, bukannya dia tidak mau, Neira hanya tidak siap. Ia takut jatuh kepada Edgar. Ia tidak siap, untuk merasakan sakit hati. Walaupun saat ini ia tau Edgar berselingkuh, namun ia tetap merasakan jatuh hati kepada Edgar. Dan sekarang ia tidak mau jatuh semakin dalam. Karena ia tau, ia dan Edgar akan berpisah.
"Banyak orang kak," Ucap Neira yang masih di dalam pangkuan Edgar.
"Aku gak peduli," Edgar menaruh kepalanya di ceruk leher Neira dan kembali menciumi lebih dalam bagian tubuh Neira itu.
Tak lama kemudian, Ica menghampiri mereka. "Kakak," Ucap Ica. Edgar pun langsung melepaskan Neira. Neira lalu bangun dari pangkuan Edgar.
"Apa sayang?" Ucap Neira menghampiri Ica yang berada di pintu dapur.
"Aku mau pipis," Ucapnya berbisik. "Mami suruh aku sendiri, tapi aku takut," Ica masih berbisik kepada Neira. Neira tersenyum dan mengelus kepala Ica, lalu ia mengantarkan Ica ke kamar mandi. Edgar pun terlihat kesal.
"Makasih Ica," Ucap Neira saat mereka sudah berada di kamar mandi.
"Makasih apa kak?" Tanya Ica heran yang sedang membuang apa yang perlu ia buang.
"Gak apa apa, kamu cantik," Ucap Neira.
"Makasih udah bantu kakak lepas dari om kamu itu," Ucap Neira dalam hati.
•••
Sekarang pukul 9 malam, semuanya masih berkumpul di apartemen Edgar. Semuanya masih bercerita tentang masa kecil mereka masing masing dan kisah cinta para pasangan itu.
Di saat mereka bercerita, Edgar malah bermanja kepada Neira. Ia terus menerus menaruh kepalanya di pundak Neira dan lengannya terus menerus mengusap perut Neira. Sesekali ia menciumi pipi Neira dan pundaknya. Neira hanya diam, sesekali ia menolak dengan menggerakan pundaknya, namun Edgar tidak bergeming.
"Kamu tuh dgar, masih ada orang malahan sok manja manja," Ucap Widya yang sudah tidak sabar lagi melihat kelakuan adiknya sedari tadi.
"Kalian kapan pulang?" Tanya Edgar.
"Kamu usir kita hah?" Tanya Widya kesal.
"Edgar cuma mau manjain Neira mba, tapi kalo ada kalian Neira malu," Ucap Edgar.
"Apa? Bukannya kamu yang manja sama Neira?" Widya terlihat kesal dengan ucapan Edgar.
Tyo dan Tiana hanya bergeleng kepala saat melihat kedua anaknya bertengkar. "Sudah, ini juga sudah malam. Ayo kita pulang," Lerai Tyo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Wife
Teen FictionSemua karna "Takdir" Yang membuat Neira harus merasakan kehidupan baru di saat ia masih SMA. Dengan kepolosannya dan sifat pendiamnya dia harus merasakan hamil di luar nikah karna seorang Edgar Hyanantyo, seorang direktur muda yang masih bersikap la...