Sekarang Neira sedang mengantarkan pesanan tiap pesanan ke para pelanggan. Ia diterima lagi berkerja. Ia sangat bersyukur, semoga saja perkerjaannya ini lancar.
Setelah Neira mengantarkan pesanan para pelanggan, Neira kembali lagi ke dapur. Ia menata makanan dan minuman untuk pesanan selanjutnya.
Neira mengantarkan kembali makanan yang sudah ia tata tadi. Begitu seterusnya. Sebenarnya perkerjaan ini sangat melelahkan, namun karna masalah ekonomi ia harus tetap berkerja seperti ini setiap hari setelah pulang sekolah.
Dengan keadaan hamil seperti saat ini, Neira merasakan lelah yang lebih. Dan yang terlebih parah lagi, Neira belum makan sedikitpun. Di apartemen ia tidak sarapan, di sekolah pun sama. Mual, itulah sebabnya.
Neira berkerja hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, bahkan sering ia dimintai uang oleh bibinya. Bibi Neira adalah janda anak satu. Anaknya yang tak lain adalah sepupu Neira umurnya lebih tua 2 tahun dari Neira. Bibinya berkerja di sebuah pabrik. Namun, bibinya tidak mau menampung dan membiayai Neira. Maka dari itu Neira berkerja.
•••
Edgar kini sedang mengendarai mobilnya menuju Cafe Mentari. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang. Ia harus sampai di cafe tersebut sebelum Pak Radit datang. Maka dari itu ia melajukan mobilnya cepat.
Waktu menunjukkan pukul 2.45 sore, Edgar telah sampai di Cafe Mentari. Ia memasuki cafe tersebut bersama sekretarisnya yang juga telah sampai dengan mobil pribadinya. Edgar dan sekretarisnya menduduki salah satu meja yang terdapat di dekat jendela. Edgar sengaja tidak memesan terlebih dahulu, ia lebih memilih menunggu Pak Radit terlebih dahulu.
"Semuanya sudah disiapkan?" Tanya Edgar saat mereka sudah menempati meja tersebut.
"Semuanya sudah siap pak!" Cindy menjawab pertanyaan Edgar.
"Pastikan semuanya lancar!"
"Baik pak!"
5 menit kemudian Pak Radit dan sekretarisnya sudah datang. Ia menghampiri Edgar dan bersalaman dengannya.
"Selamat sore pak!" Sapa Edgar dengan masih bersalaman.
"Selamat sore!" Jawab Pak Radit membalas sapaan Edgar.
Edgar beralih bersalaman dengan sekretaris Pak Radit. Dan menyilahkan Pak Radit dan Sekretarisnya untuk duduk.
"Bagaimana kamu tau ini tempat favorit saya?" Tanya Pak Radit saat ia sudah duduk.
"Benarkah? Saya memilih duduk disini karna disini nyaman saja kelihatannya," Jawab Edgar. Edgar akan berbicara formal kalau berurusan dengan perkerjaan.
"Mau memesan terlebih dahulu atau..." Ucap Edgar.
"Kita mulai saja dulu!" Potong Pak Radit. Edgar hanya mengangguk dan memulai rapatnya.
•••
Neira sekarang sedang mencuci piring. Sebenarnya ada pencuci piring, namun ia harus pulang karna anaknya sakit. Akhirnya, Neira yang disuruh bosnya untuk menggantikan.
Neira tidak masalah, malahan perkerjaan ini lebih mudah dan ringan dari pada bolak balik untuk melayani para pelanggan. Dengan hanya mencuci piring itu akan sedikit saja mengurangi energi Neira yang sudah tinggal sedikit saja.
"Neira! Tolong antarkan pesanan ini ke meja no. 12!" Ucap salah satu pegawai yang sudah senior.
Neira mengangguk dan mengeringkan tangannya dengan handuk. Ia menghampiri pesanan itu dan mengambilnya serta mengantarkannya.
•••
Rapat kini sudah selesai, mereka sekarang sedang menunggu pesanan yang mereka pesan. Edgar hanya memesan kopi susu dan yang lain memesan makanan serta minuman favoritnya masing masing.
Tak beberapa lama kemudian, pesanan mereka datang. Edgar memandang pelayan yang mengantarkan pesanannya. Dan ia terkejut bukan main. Ya, itu adalah Neira.
Neira yang melihat Edgar pun terkejut. Ia hanya menunduk karna Edgar sekarang memandangnya dengan tatapan tajam. Kenapa bisa seperti ini? Fikirnya.
Neira menaruh pesanan dengan perlahan dan berakhir dengan pesanan kopi milik Edgar. Ia sedikit gemetaran karna Edgar masih menatapnya tajam. Saking gemetarannya, Neira tanpa sengaja ia menumpahkan kopi itu ke jas Edgar. Gelas kopi itu pun pecah.
Edgar terkejut lantaran rasa panas menyentuh kulitnya. Dan pecahan gelas membuat semua orang tentu saja dengan Pak Radit dan sekertaris memperhatikan mereka. Dan tak lama kemudian bos cafe tersebut datang. "Ada apa ini?" Ucapnya.
Bos cafe tersebut melihat jas Edgar yang basah dan gelas yang sudah menjadi keping di lantai. Lalu ia menatap Neira marah.
"BAGAIMANA CARA KERJAMU? APA KAMU TIDAK BISA LEBIH HATI HATI? HAH?" Gertaknya kepada Neira. Neira hanya menunduk dan mengeluarkan setetes air mata.
"Maaf Pak! Saya akan membereskan pelayan saya yang tidak berguna ini! Kami juga akan bertanggung jawab dengan jas bapak!" Bos cafe itu bicara dengan sopan kepada Edgar.
"Kamu ikut saya!" Bos cafe itu menarik Neira dengan kasar menuju dapur.
Edgar yang melihat Neira diperlakukan tidak baik merasa kesal. Ia pun mengikuti Neira yang ditarik oleh bos cafe tersebut.
•••
"Kamu tau gak? Dia itu Edgar Hyanantyo! Pengusaha besar! Kamu mau cafe saya ditutup? Huh?" Bos cafe tersebut meneriaki Neira sampai sampai Neira menangis.
"Jawab!" Gertaknya lagi sambil menggoyangkan bahu Neira. Namun, Neira masih diam dengan sedikit isakkan. Entah mengapa ia merasa sangat sedih digertak seperti ini. Padahal biasanya ia hanya diam dimarahi seperti ini.
"Kamu bisu hah? Kamu tau gak jas seorang Edgar Hyanantyo bisa setahun gaji kamu! Siapa yang mau ganti rugi huh?" Bos cafe itu masih menggoyangkan bahu Neira.
Tak menyadari, ternyata Edgar sudah berdiri sambil menyaksikan perbuatan bos cafe itu. Edgar yang melihat Neira menangis, namun bos cafe itu tidak ada kasihan sedikitpun terlihat kesal. Ia menghampiri Neira dan merangkul pundaknya.
"Gak masalah dia merusak jas saya! Dia istri saya dan saya peringatkan untuk anda, jangan membentak apalagi menyentuh istri saya!" Edgar menepis tangan bos cafe itu yang masih memegang bahu Neira.
"Saya gak tau apa jadinya tempat ini kalau gak ada pelanggan," Edgar merangkul Neira yang masih menangis keluar dari dapur. Sementara, bos cafe itu hanya diam tak menyangka. Dan ia juga ketakutan akan omongan Edgar yang ia artikan sebagai ancaman.
Edgar berpamitan kepada Pak Radit untuk pulang terlebih dahulu. Lalu ia mengajak Neira untuk pulang ke apartemennya.
•••
Holla!!!
1 part dulu ya,,, nanti nyusul 2 part lagi,,, sekalian pengumuman.
Oke,,, please comment tentang ceritanya ya!!!
Sekian dulu dari othor,,, gomawo!!! 😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Wife
Teen FictionSemua karna "Takdir" Yang membuat Neira harus merasakan kehidupan baru di saat ia masih SMA. Dengan kepolosannya dan sifat pendiamnya dia harus merasakan hamil di luar nikah karna seorang Edgar Hyanantyo, seorang direktur muda yang masih bersikap la...