8

101K 4.5K 43
                                    

"Lo yakin nei?" Kiki mengeluarkan suaranya setelah mereka cukup lama diam sambil mengepak barang Neira. Neira melihat ke arah Kiki dan dia mengangguk sambil tersenyum.

"Neira, inget ya kata gw! Kalo lo diapa apain bilang gw, biar gw patahin lehernya," Peringat Kiki kepada Neira. Neira hanya tersenyum dan mendekat pada Kiki dan memeluknya.

"Makasih ya ki," Neira terisak dengan air mata yang terus terusan turun dari matanya. Kiki yang dipeluk oleh Neira pun membalasnya dan menenangkannya.

"Nanti gw dateng ke pernikahan lo," Ucap Kiki seraya melepaskan pelukannya dari Neira dan menghapus air mata Neira. Mereka kembali membereskan barang Neira dan memasukinya ke dalam tas Neira.

Selesai mereka mengepak barang Neira. Mereka keluar dari kamar Kiki dan berjalan ke arah ruang tamu. Edgar yang melihat Neira sudah keluar dari kamar Kiki pun berdiri dari duduknya.

"Udah selesai?" Tanya Edgar yang mendapatkan anggukan dari Neira. Mereka pun keluar dari rumah Kiki menuju mobil Edgar.

Edgar memasuki mobilnya, namun tidak dengan Neira. Kiki menahannya sebentar dan memeluknya. Ia berpesan apa saja yang Neira boleh lakukan dan yang tidak boleh Neira lakukan. Kiki sengaja searching tentang kehamilan untuk Neira. Neira terkekeh dengan sifat Kiki yang over protective.

"Inget ya, kalo dia ngapa ngapain lo bilang ke gw!" Pesan terakhir Kiki sebelum Neira memasuki mobil Edgar.

Setelah Neira memasuki mobil Edgar dan perlahan lahan mobil Edgar menjauhi rumah Kiki, hanya ada rasa canggung dan kesunyian di dalam mobil Edgar. Neira yang memandang keluar jendela dan Edgar yang fokus menyetir namun sesekali melirik Neira yang masih bertahan untuk memandang keluar jendela.

"Gak mau kasih tau ke bibi lo?" Edgar yang memulai pembicaraan membuat Neira menoleh. Neira hanya menghela nafasnya dan berfikir bagaimana reaksi bibinya. Bahkan Neira tidak bisa membayangkan marahnya bibinya padanya saat ia ke rumah itu lagi. Ia masih teringat dengan ucapan bibinya yang tidak memperbolehkan Neira untuk kembali.

"Lo masih takut? Kita coba aja dulu, siapa tau bibi lo baik lagi setelah denger kalo gw bakal tanggung jawab," Ucap Edgar.

Neira hanya menunduk. Baik lagi? Kapan bibinya bersikap baik padanya setelah orang tuanya meninggal. Namun, Neira membenarkan perkataan Edgar. Siapa tau kalau bibinya mengetahui bahwa Neira akan menikah, setidaknya ia masih menerima Neira sebagai keponakannya.

"Gimana? Kita kesana?" Neira hanya mengangguk mendengar pertanyaan Edgar. Mereka pun melesat ke rumah bibi Neira yang sebenarnya adalah rumah Neira. Edgar menjalankan mobilnya dengan unjukan arah dari Neira, walaupun Neira hanya menunjukkannya dengan jari dan tanpa suara.

•••

"Sudah saya bilang, saya sudah gak anggap kamu sebagai keponakan saya lagi! Mau kamu menikah atau mati pun saya gak peduli! Lebih baik kalian pergi!" Bibi Neira marah setibanya Neira dan Edgar di rumahnya. Ia memaki Neira setelah mendengar Neira berkata akan menikah.

Neira yang mendengar ucapan bibinya pun mulai menitikan air mata. Edgar yang merasa iba dan tidak terima pun memaki balik bibi Neira. "Anda tidak punya hati atau memang anda iblis? Neira memberitahu anda, karna dia menghormati anda. Kalau memang anda tidak mau mengakui Neira, tidak apa. Saya yang akan menjadi suaminya akan membahagiakan dia dan tidak menyakiti hati dia. Saya peringatkan, kalau ada apa apa dengan anda jangan pernah hubungi Neira! Karena Neira bukan lagi keponakan anda!"

Neira pun terkejut mendengar ucapan Edgar, tak terkecuali bibinya. Ia merasa tidak terima sudah dimaki dan diteriaki. Wajahnya sudah sangat kesal dan menatap tajam Edgar.

"Pergi kalian dari sini!" Usir bibinya. Edgar pun langsung menarik tangan Neira, walaupun dengan sedikit paksaan karna Neira menahannya.

Mereka memasuki mobil Edgar dan Edgar menjalankannya dengan kelajuan tinggi. Ia sangat merasa bersalah, karna salahnya ia harus mengorbankan gadis yang tidak berdosa. Harus melihat gadis itu merasakan sakit yang amat sangat perih.

Setelah meredam emosinya, Edgar pun menjalankan mobilnya dengan kecepatan normal. Ia sedikit melirik ke arah Neira yang sedang berusaha menghapus air matanya. Ada sedikit rasa sakit dihatinya melihat Neira menangis. Akhirnya ia memberhentikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi. Ia keluar dari mobilnya dan membuka pintu penumpang sebelah Neira. Ia menarik Neira dan membekapnya dalam pelukannya.

"Kalau mau nangis, nangis aja! Keluarin semua emosi kamu! Kamu mau pukul, tendang, atau apapun itu ke aku, silahkan!" Edgar mengeluarkan suara lembut dan tanpa sadar kata 'lo dan gw' menjadi 'kamu dan aku'.

Edgar mengelus rambut Neira dibawanya kepala Neira ke dada bidangnya. Neira pun langsung menangis tersedu sedu. Tangannya yang berada di punggung Edgar pun mulai meremas kemeja Edgar. Sesekali Edgar merasakan remasan di kulit punggungnya. Namun, baginya rasa sakitnya tidak sebanding dengan rasa sakit hati Neira.

Tetesan tetesan air mata membasahi kemeja Edgar. Acara tangis menangis itu pun sudah berakhir setelah 15 menit kemudian. Neira yang merasa sudah puas menangis pun melepaskan pelukannya. Edgar pun menghapus bekas air mata Neira.

"Kalo mau luapin kesedihan kamu, kamu bilang aja ke aku! Biar kamu bisa cakar cakar lagi punggung aku!" Ucap Edgar yang sukses membuat Neira merasa bersalah dan Neira pun menundukkan kepalanya.

Edgar terkekeh dan mengelus kepala Neira. "Gak apa apa nei, lagi pula sakitnya gak sebanding sama sakit hati kamu!" Neira mengangguk.

"Mau pulang?" Tanya Edgar. Dan mendapat anggukan kepala dari Neira. Setelah, itu mereka pun masuk kembali ke mobil Edgar dan berjalan menuju rumah Edgar.

•••

Annyeonghaseyo!!!
Othor inmida!!!

Mau tanya kalian tentang cerita othor itu kayak gimana? Seru gak? Kalo gak seru, othor mau hapus aja! Please comment ya!!!

Oke sekian dulu! Gomawo!😙

Silent WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang