35

75.7K 3.4K 278
                                    

"Jangan gila!" Teriak Edgar sambil berusahan mengambil pisau buah yang sedang Claudia arahkan ke leher jenjangnya.

"Peduli apa kamu?" Claudia tetap mengarahkan pisau tersebut ke lehernya.

Edgar berusaha melepaskan pisau tersebut dari tangan Claudia, namun Claudia menahannya. Suster suster dan dokter pun berusaha untuk melarang Claudia melakukan hal itu.

"Lepas dulu pisaunya!" Teriak Edgar.

"Buat apalagi aku hidup? Buat liat kamu ninggalin aku?" Claudia masih tetap berusaha mengarahkan pisau tersebut ke lehernya, hingga Edgar mampu menariknya namun melukai tangan kanannya.

"Edgar, aku_" Claudia histeris melihat darah yang bercucuran dari tangan Edgar.

"Aku gak apa apa, ok? Kamu tenang!" Ucap Edgar memberitahu Claudia.

"Sus jaga nona Claudia, saya obati pak Edgar dulu," Ucap dokter yang berada disana dan  membawa Edgar untuk mengobati lukanya tersebut.

•••

"Tangan kamu gak apa apa," Tanya Claudia saat Edgar kembali lagi ke kamarnya.

"Aku gak apa apa," Edgar mendekati brankar Claudia.

Claudia memeluk Edgar saat Edgar sudah tepat di samping brankarnya. "Aku minta maaf, aku gak maksud buat bikin kamu luka," Claudia mengeluarkan air matanya.

"Aku gak apa apa, jangan gila lagi!" Edgar mengusap kepala Claudia.

"Tergantung, kamu pergi apa nggak,"

Edgar menghela nafasnya. "Aku disini," Ucap Edgar.

"Makasih," Claudia makin mengeratkan pelukannya saat Edgar duduk di brankarnya.

Tak lama kemudian, Claudia tidur di pelukan Edgar. Edgar berusaha untuk membenarkan posisi tidur Claudia, namun Claudia seperti menolak. Ia tetap ingin tidur dengan posisi dalam pelukan Edgar. Edgar hanya bisa menurutinya saja.

Edgar mengecek handphonenya yang ternyata mati. Tadinya ia ingin mengabarkan Neira untuk pulang terlebih dahulu. Namun, karena handphonenya mati dan ia tidak membawa charger ia tidak bisa mengabari Neira.

"Semoga aja Neira langsung pulang, gak tunggu gue," Ucap Edgar dalam hati.

•••

"Kakak, om mana?" Tanya Ica yang sejak 30 menit lalu sudah bangun dari tidurnya dan Neira sudah menunggu Edgar sejak 2 jam yang lalu.

"Om lagi ada keperluan dulu," Ucap Neira.

"Aku mau pulang," Rengek Ica.

"Iya sayang nanti," Neira mencoba menenangkan Ica.

"Gak, maunya sekarang!" Mata Ica mulai berkaca kaca.

"Oke, kita telepon mami aja ya?" Ica menangguk. Neira langsung menelpon kakak iparnya itu untuk menjemput Ica. Ia sudah mencoba untuk menelpon Edgar, namun nomornya tidak aktif.

Setelah 45 menit kemudian, Widya telah tiba di taman hiburan diantarkan oleh supirnya. Widya menghampiri Cafe yang dikunjungi Neira.

"Mami!" Teriak Ica memeluk Widya yang menggendong adiknya Ica, setelah ia sampai di Cafe tersebut.

"Edgar kemana?" Tanya Widya yang terlihat kesal.

"Aku gak tau mbak," Jawab Neira.

Widya mengeluarkan handphonenya dari tas selempangnya dan menghubungi seseorang. Ia menghubungi Edgar yang ternyata nomornya tidak aktif.

"Edgar, dasar kamu ya. Ninggalin istri sama keponakan, kurang ajar," Gumam Widya sambil terus menelpon Edgar. Lalu ia duduk di seberang sofa yang diduduki Neira.

Silent WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang