28

70K 3.4K 196
                                    

Berkas, berkas dan berkas yang harus dihadapi Edgar. Hari ini begitu sibuk padahal Edgar sebenarnya mau menemani Neira di apartemen. Namun, karna tuntutan perkerjaan ia harus meninggalkan Neira di apartemen. Untung saja dia sudah menyuruh ibunya untuk menemani Neira. Jadi Neira tidak sendiri.

Fikiran Edgar tak pernah lepas dari Neira. Ia takut Neira akan kembali pendarahan dan calon bayinya akan kenapa kenapa. Untung saja ia juga menyuruh Tiana untuk membantu Neira jika ia butuh apa apa. Dan Edgar juga bilang agar Neira tidak turun dari tempat tidur.

•••

Masih pagi, namun kedua teman Edgar sudah ada di dalam kantornya. Nathan dan Kevin sudah duduk di sofa yang terdapat di kantor Edgar. Sebenarnya Edgar sedikit marah, karna mereka tidak bisa diam. Namun mereka tidak menghiraukan.

"Berisik!" Ucap Edgar sambil melempar pulpen ke arah Nathan yang baru saja tertawa keras.

Bukannya marah atau diam, Nathan justru mengambil pulpennya dan memasukkannya ke dalam sakunya. "Makasih, tau aja gw lagi krisis pulpen,"

"Emang lo berdua gak punya kerjaan? Hah? Pagi pagi udah bikin kantor orang berisik!" Ucap Edgar.

"Gw gak, urusan kantor gw serahin ke asisten. Bosen kali berhadapan dengan berkas, ya gak vin?"

"Iyalah, butuh refreshing!" Sahut Kevin.

"Refreshing apa lo berdua? bikin kacau kantor orang," Edgar sedikit kesal.

"Lagian, karyawan lo kan banyak, lo juga direktur. Santai aja kali!" Ucap Nathan yang menyampah kulit kacang.

"Santai gimana? Kalo nih perusahaan bangkrut, gw bisa digantung sama bokap gw," Jawab Edgar.

"Yaudah, kita disini bantuin lo!" Ucap Nathan yang masih memakan kacangnya. Begitupun dengan Kevin yang ikut menyampah juga.

"Bantuin apaan? Ada juga lo semua nyampah!" Edgar sangat kesal, ruangannya yang biasanya bersih menjadi ruangan penuh kulit kacang.

"Iya iya, nanti Kevin beresin." Ucap Nathan santai.

"Gw?  Lo aja kali," Kevin melempar kulit kacang ke wajah Nathan.

"Suit dulu, kalo gw menang lo yang beresin, tapi kalo gw kalah lo yang beresin. Setuju!"

"Oke," Nathan menyetujui tanpa berfikir.

"Gw gak tau dimana otak lo than," Ucap Edgar geleng geleng kepala.

Edgar kembali berkerja dan berusaha tidak menghiraukan teman temannya yang rusuh itu. Namun ia teringat akan satu hal dan ingin berbagi kepada teman temannya. Namun, ia berfikir dahulu sejenak untuk memberitahu atau tidak kepada teman temannya. Lalu ia memutuskan untuk membicarakannya kepada temannya.

"Oh iya gw mau cerita," Ucap Edgar serius. Kedua temannya yang sedang bergurau berhenti dan memperhatikan Edgar seakan penasaran.

"Kemarin pas Neira pulang dari rumah sakit, gw kaya liat Claudia keluar dari ruangan dokter. Iya sih gw masih ragu itu beneran Claudia atau bukan, menurut kalian gimana?"

"Gimana apanya? Yah walaupun itu beneran Claudia, lo gak harus ngapa ngapain. Inget dgar lo udh ada neira sama bayi lo!" Ucap Nathan.

"Gw setuju sama Nathan dgar," Timpal Kevin.

Edgar tampak diam dan tidak bisa bicara apa apa. Ya, walaupun Claudia kembali, ia tidak bisa apa apa. Sekarang ia sudah menikah dengan Neira. Ia tidak seharusnya memikirkan Claudia. Sampai sampai kemarin satu hari penuh ia tampak diam dan terlihat tidak peduli dengan Neira. Ia merasa bersalah kepada Neira.

Silent WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang