Neira telah mandi. Ia memakai kaos Edgar. Dan benar saja kaos Edgar telah menjadi dress baginya. Walaupun ia tidak memakai celana stretch, namun ini lebih baik dari pada harus memakai lingerie.
Neira keluar kamar mandi dengan rambut basahnya. Dan ia tidak mendapatkan tubuh Edgar di sana. Fikirnya, mungkin Edgar tidur di kamar lain. Itu lebih baik dari pada harus sekamar. Jika saja sekamar, ia pasti akan lebih memilih tidur di sofa.
Neira menaiki tempat tidur dan rebahan di atasnya. Ia mengelus perutnya yang masih rata itu. Ia tersenyum karna ia akan mendapatkan anak, walaupun dengan cara yang salah. Biarlah itu menjadi masa lalu, semoga ke depannya menjadi yang terbaik. Fikirnya.
Neira mulai mengantuk. Ia menarik selimut hingga ke dadanya menutupi hampir seluruh tubuhnya. Neira mulai memejamkan matanya dan menjelajahi dunia mimpi.
•••
Neira mengerjapkan matanya. Ia terbangun dari tidurnya. Ini belum pagi, namun ia merasa terganggu karna seperti ada sesuatu yang melekat pada perutnya. Kini posisi tidurnya miring ke arah luar jendela.
Neira mencoba melihat benda apa yang ada di perutnya. Ia melihat di balik selimut. Dan ternyata sebuah tangan yang melekat pada perutnya. Yang lebih parahnya lagi, kaos Edgar yang ia kenakan terangkat sampai atas perutnya. Dan itu membuat pakaian dalamnya terlihat. Yang berarti tangan itu memeluk perutnya yang terekspos. Neira mulai takut. Ia takut ada seseorang yang ingin berbuat macam macam.
Ia mencoba melihat siapa yang memeluknya. Dan menemukan wajah Edgar di belakang kepalanya. Edgar sedang tertidur. Saat ia tertidur wajahnya sangat tampan. Walaupun dengan anting di salah satu telinganya, saat tertidur wajahnya sangat polos.
Neira coba melepaskan pelukan dari Edgar, namun Edgar semakin mempererat pelukannya. Neira tidak patah semangat ia coba melepaskan kembali pelukan dari Edgar dan kali ini ia membangunkan Edgar.
"Kenapa?" Tanya Edgar dengan suara khas bangun tidurnya. Ia masih memejamkan matanya walau tak sepenuhnya.
"Aku... Mau ke toilet kak!" Ucap Neira dengan pelan. Edgar ber oh ria dan melepaskan pelukannya, membiarkan Neira memasuki toilet.
Neira pun lekas bangun dan berjalan menuju toilet. Sebenarnya ke toilet hanya alasannya saja. Ia fikir ia tidak sekamar dengan Edgar. Walaupun mereka sudah menikah, namun Neira masih canggung.
Neira membiarkan dirinya di toilet selama 30 menit. Ia sengaja. Ia yakin pasti Edgar sudah tertidur saat ia di toilet selama 30 menit. Dan sebelum ia ke toilet Edgar terlihat mengantuk. Tidak menutup kemungkinan ia sudah tidur.
Neira keluar dari toilet. Namun saat keluar, fikiran dan kenyataan itu tidak sama. Edgar masih bangun. Ia sedang memainkan gadgetnya. Dan sekarang Neira bingung. Kalau ia tidur di sofa, pasti Edgar akan menanyakan alasannya. Tapi, kalau tidak tidur ia sangat mengantuk.
Edgar memalingkan pandangannya ke arah Neira yang baru saja keluar toilet. "Udah? Kamu ngapain aja di toilet 30 menit?" Tanya Edgar. Seperti biasa Neira hanya menggeleng.
"Yaudah, kamu lanjut tidur aja! Aku mau lanjut main game!" Edgar kembali lagi menatap layar ponselnya dan fokus terhadap game-nya. Sementara Neira duduk di pinggiran tempat tidur.
"Kamu gak ngantuk?" Edgar yang mengetahui Neira belum bergegas tidur pun menoleh.
Neira menggelengkan kepalanya. Bohong. Neira sebenarnya sangat mengantuk. Namun ia tidak mau tidur terlebih dahulu. Ia tidak mau Edgar memeluknya kembali. Terlalu percaya diri? Biarlah, itu hanya waspada baginya.
Edgar hanya ber oh ria. Ia langsung melanjutkan memainkan gamenya tanpa lelah. Neira pun bingung. Setelah seharian mereka menggelar acara, apakah tidak ada sedikitpun lelah di diri Edgar? Fikirnya.
Sudah 45 menit, namun Edgar masih setia memainkan game online-nya. Neira sungguh sangat mengantuk. Kapan Edgar akan tidur. Saat nanti Edgar sudah tidur ia akan langsung tidur di sofa. Biarlah ia tidur di sofa, yang terpenting ia tidak satu ranjang dengan Edgar. Kenapa? Karna Neira belum sepenuhnya percaya dengan Edgar.
Edgar yang merasa Neira belum bergegas tidur pun menoleh dan memberhentikan game-nya sebentar. "Nei, kamu itu udah ngantuk. Kenapa belum tidur? Gak baik buat kandungan kamu!"
Neira menundukkan kepalanya. Ya, benar ia tidak boleh egois. Ada bayi di dalam perutnya. Ia sudah sangat lelah, seharusnya ia istirahat. Biarlah, hanya untuk malam ini saja.
Neira kembali rebahan dan mulai menutup matanya. Ia tidak peduli Edgar akan memeluknya lagi. Hanya untuk malam ini saja. Besok ia akan mencoba meminta untuk memiliki kamar sendiri.
Edgar melirik Neira yang sudah tertidur. Ia mengelus kepala Neira sambil tersenyum.
'Aku tau kamu belum percaya sama aku nei! Izinin aku buat kasih bukti ke kamu, kalo aku serius!' batin Edgar.
Edgar mematikan ponselnya dan menaruhnya di atas nakas. Lalu, ia berbaring dan mulai menjelajahi mimpinya.
•••
Annyeonghaseyo!!!
Othor balik lagi!!!Maaf banget othor yang gak sesuai janji ini. Sebenarnya kemarin mau update tapi jaringannya bermasalah. Maaf banget... 😔
So... Gimana part ini?
Edgar kalo Neira gak mau dipeluk... Othor siap gantiin 😋 (gadeng bercanda!!! Walaupun othor jomblo tapi othor bukan pelakor!!! Anjay😎)
Ya sudah, sekian dari othor!!! Gomawo!!! 😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Wife
Teen FictionSemua karna "Takdir" Yang membuat Neira harus merasakan kehidupan baru di saat ia masih SMA. Dengan kepolosannya dan sifat pendiamnya dia harus merasakan hamil di luar nikah karna seorang Edgar Hyanantyo, seorang direktur muda yang masih bersikap la...