"Nei aku mohon nei, jangan pergi!" Edgar menahan lengan Neira yang hendak pergi membawa semua pakaian dan barangnya.
Neira terus berjalan tanpa menghiraukan Edgar. Air matanya juga terus menerus mengalir. Edgar pun tetap menahannya, hingga Neira berhenti di depan pintu apartemen.
"Aku gak bisa sama kakak lagi. Kita masing masing aja kak. Gak ada untung juga kakak larang aku. Kakak punya pilihan kakak sendiri, aku cuma rasa tanggung jawab kakak aja,"
Edgar menatap Neira dengan wajah memelas. "Nei, aku tahu aku salah. Tapi aku janji gak akan ngulangin lagi,"
"Gak kak, kita gak akan bahagia," Neira melepas genggaman Edgar pada pundaknya.
"Nei, tolong denger penjelasan aku dulu!" Mohon Edgar.
Edgar mengambil tas Neira dan membantingnya ke dalam apartemen. Neira hanya diam memalingkan wajahnya. Ia menahan tangisannya, namun itu percuma. Air matanya tidak bisa berhenti sedari tadi.
"Apa yang mau kakak jelasin lagi? Kakak mau ngelak? Gak bisa kak, itu udah nyata. Kak Nathan liat kakak sama pacar kakak. Terus aku harus disini? Diem aja? Terima semua perlakuan kakak? Terus terusan sakit hati? Iya?" Neira memberanikan diri menatap Edgar dan ia sedikit membentak.
"Iya, aku jujur, aku ada hubungan sama Claudia. Tapi aku cuma kasihan sama dia nei, dia sakit, dan gak ada saudara disini." Edgar menundukkan kepalanya.
"Apa bantu orang harus ada hubungan spesial?" Neira membuat Edgar kehabisan kata kata. Edgar hanya diam dengan wajah menyesal.
"Maaf kak, ini yang terbaik," Neira mengambil tasnya dan berjalan pergi meninggalkan Edgar.
"Neira!"
Edgar terbangun dari tidurnya dengan wajah ketakutan. Dilihatnya Neira yang sedang tertidur diatas lengan kanannya. Ia pun langsung memeluk tubuh Neira erat dan menciumi kepala Neira. Tak terasa air matanya pun turun. "Aku gak mau kehilangan kamu nei," Batinnya.
Karena merasa sesak, Neira pun terbangun dan sudah mendapatkan Edgar yang memeluknya erat. Dengan pelukan Edgar yang erat membuat perut Neira terhimpit. Neira pun mendorong tubuh Edgar agar tidak menghimpit perutnya. Namun Edgar tidak melepaskan pelukannya.
"Perut aku sakit," Dengan kalimat Neira itu, Edgar baru melepaskan pelukannya. Namun, Edgar kembali memeluk Neira tetapi tidak menghimpit perut Neira.
"Lepas!" Neira mendorong tubuh Edgar.
"Sebentar!" Edgar tak melepaskan pelukannya.
Edgar bermanja manja dengan Neira. Ia menciumi seluruh wajah Neira, yang membuat Neira jengah. Namun Edgar tidak berhenti, ia malah menaruh kepalanya di pundak Neira dan menciuminya.
Neira yang merasa jengah dan tak nyaman akhirnya menarik rambut Edgar. Edgar meringis dan menatap wajah Neira seakan bertanya kenapa ia menarik rambutnya.
"Sakit Nei," Edgar mengusap kepalanya.
Neira hanya diam dan menatap Edgar sebal. Lalu ia membalikkan tubuhnya membelakangi Edgar dan mulai menutup matanya kembali karena ini masih terlalu malam dan Neira sangat lelah.
Edgar masih menatap Neira yang sudah berbalik badan sambil mengusap kepalanya akibat Neira menarik rambutnya. Lalu ia ikut tidur sambil memeluk Neira dari belakang. Ia mendekatkan wajahnya ke telinga Neira. Lalu ia berbisik. "Aku mau ngomong, sebentar nei," Bisik Edgar.
"Aku ngantuk," Singkat Neira sambil mendorong wajah Edgar agar menjauh dari telinganya. Neira juga menepis tangan Edgar yang memeluknya.
"Ayolah nei, sebentar," Mohon Edgar yang kembali memeluk dan mendekatkan wajahnya ke telinga Neira.
Neira tidak bergeming, ia lebih memilih memejamkan matanya karna ia terlalu lelah. Ia juga ingin memulai untuk menjauh dari Edgar. Ia tak mau jatuh semakin dalam.
Edgar yang melihat Neira memejamkan matanya hanya bisa menghela nafas. "Aku mau jujur sama kamu nei," Dalam hati Edgar. Edgar pun langsung menyusul Neira untuk menjelajahi mimpinya.
•••
"Gimana perkembangannya pak?" Widya sedang menelpon seseorang.
'Saya masih belum bisa memberitahu dengan detail bu, semua tentang nona Claudia dilindungi. Saya hanya bisa beritahu, kalau dia sedang di rumah sakit. Tapi saya tidak tahu dimana dia dirawat. Mohon maaf bu, saya akan usahakan lagi.'
"Tolong usahakan pak, saya rasa ada yang tidak beres." Widya menatap luar jendela dengan serius.
'Baik bu,'
Panggilan itu terputus. Widya kembali ke tempat tidurnya. Rayhan yang melihat Widya gelisah pun khawatir terhadap istrinya itu. Ia pun bertanya kepada istrinya itu.
"Kamu kenapa lagi?" Rayhan menarik kepala Widya pelan untuk bersandar di dada bidangnya.
"Aku rasa ada yang gak beres sama Edgar mas, tadi aja dia bertengkar hebat sama Neira. Aku rasa ada sesuatu yang disembunyiin Neira." Widya seperti memikirkan sesuatu.
"Aku tau kamu peduli sama adik kamu, tapi kamu juga harus tetap jaga kesehatan kamu. Kamu kurangin waktu tidur kamu setiap malam, ASI kamu juga gak lancarkan? Kasihan Qila, cuma itu yang bisa dia makan. Kamu gak mau kasih dia susu formula kan? Tapi kamu juga gak jaga pola makan kamu," Rayhan mengusap kepala Widya.
"Aku minta maaf, tapi aku gak bisa diam aja mas. Aku gak mau Edgar kaya dulu lagi,"
Widya memang sangat khawatir dengan adiknya itu. Ia sudah sangat senang dengan perubahan Edgar yang menjadi lebih baik berkat Neira. Ia tak mau Edgar kembali seperti dulu lagi karena perempuan yang tak baik di luar sana. Ia rela melakuan apapun demi adiknya itu. Ia juga tidak mau hati adik iparnya tersakiti.
"Ya sudah, nanti aku kirim orang aku buat bantu kamu," Rayhan mencium kepala Widya dengan sayang.
"Iya mas," Widya mengangguk kecil.
"Sekarang kita tidur aja," Rayhan merebahkan tubuhnya begitupun Widya. Tak lama kemudian mereka sudah menjelajahi mimpi masing-masing.
•••
'Good job! Gue suka cara kerja lo, terusin sampe tuntas. Gue mau dia hancur sehancur hancurnya. Gue gak peduli kalo harus korbanin istri sama anaknya, yang penting tujuan gue terlaksana.' Suara laki laki dari telepon Claudia.
"Ya gue ngerti, yang penting bayaran gue buat ini semua setara. Gue juga udah muak sama cowo tolol itu. Gue harap gue bisa pergi secepetnya dari dia!" Claudia menelpon sambil meneguk segelas alkohol.
'Ya, kita emang harus cepet. Kayanya ada orang yang mau ngerusak rencana kita.'
"Ah, pasti cewe tolol. Ah dia kira gue bakal pergi selamanya dengan uang segitu? Coba aja dia kasih gue lebih dari itu, gue bakal pergi. Ya kali gue mau sama adiknya yang goblok itu." Claudia memutar matanya malas.
"Tapi lo bisa handle kan?" Claudia bertanya lalu ia meneguk kembali alkohol yang ada di tangannya.
'Untuk sementara ini gue bisa, tapi gue harap lo secepetnya bikin dia luluh sama lo dulu. Baru kita bisa lanjutin rencana kita. Dan ngehancurin dia.'
"Yaudahlah," Claudia memutuskan panggilan tersebut.
"Widya widya, dasar cewe tolol. Mau ngerusak rencana gue lagi? Coba aja lo kasih apa yang gue mau. Seenggaknya gue gak ikut campur urusan si Rangga gila itu. Ah, karena gue belum puas sama yang lo kasih, jadi gue harus kerja sama dan dapetin apa yang gue mau." Claudia kembali meneguk alkohol itu hingga habis tanpa tersisa.
•••
Annyeonghaseyo!
Othor come back guys.Maaf ya yang tunggu cerita ini lama, othor banyak banget tugas 😭. Ini baru bisa nafas, kemarin kemarin jangankan tulis cerita, tidur aja kurang.
Maaf ya, part kali ini juga othor agak gak PD, maaf kalo kalian kecewa.
Oh iya, karena semakin banyak yang terkena Corona, othor minta kalian tetap stay di rumah ya. Jangan keluar kalo gak ada keperluan. Tetap jaga pola hidup bersih dan sehat. Jangan termakan hoax, tetap ikuti anjuran pemerintah dan tim medis.
Sekian dari othor
Gomawo😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Wife
Teen FictionSemua karna "Takdir" Yang membuat Neira harus merasakan kehidupan baru di saat ia masih SMA. Dengan kepolosannya dan sifat pendiamnya dia harus merasakan hamil di luar nikah karna seorang Edgar Hyanantyo, seorang direktur muda yang masih bersikap la...