Edgar dan Neira sekarang sedang di supermarket. Mereka akan pulang hari ini, namun mereka ingin membeli kebutuhan sehari-hari mereka di supermarket. Mereka pulang bukan ke rumah Tyo melainkan apartemen Edgar. Entahlah Edgar bersikukuh untuk langsung tinggal di apartemennya, padahal Tiana menyuruh mereka tinggal beberapa hari lagi di rumah Tyo.
Edgar dan Neira sekarang sedang memilih milih sayur-sayuran. Edgar yang mendorong troli dan Neira yang memilih milih sayur. Sebenarnya Neira agak sungkan, namun Edgar yang memaksanya. Ia bilang Neira harus terbiasa untuk menjadi ibu rumah tangga.
Sebenarnya Neira sudah biasa untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Namun, ia takut memilih milih barang terlalu banyak dan mengakibatkan uang Edgar keluar dengan banyak. Tapi, Edgar bilang ia tidak apa apa. Toh itu untuk kebutuhan mereka sendiri. Dan lagi pula Edgar seorang direktur yang tak mungkin kekurangan uang.
"Nei! Aku mau kesana sebentar. Kamu tunggu sini ya!" Perintah Edgar, Neira pun mengangguk dan Edgar pun pergi menuju tempat yang ia ingin tuju.
Neira kembali lagi memilih milih sayur dan kali ini ia sedang memilih milih wortel yang bagus. Edgar bilang ia ingin Neira memasakkannya sop ayam, untung saja Neira sudah terbiasa untuk memasak saat tinggal bersama bibinya dulu.
Saat Neira sedang asik memilih milih wortel, Neira mendengar seorang laki laki memanggil namanya. Neira pun menengok dan menemukan tubuh Agam, kakak kelasnya. Entah dari mana Agam kenal Neira, Neira pun mengenalnya karna Agam sering menyapa dan memberikannya makanan.
"Neira! Lo disini?" Agam mendekati Neira yang sedang berada di tempat sayuran di supermarket itu. Neira mengangguk dan tersenyum.
"Kemana aja seminggu ini?" Agam menanyakan hal yang membuat Neira bingung. Neira hanya diam dan memikirkan alasan yang tepat, tak mungkin ia bilang ia sudah menikah. Apalagi ia berniat untuk meminta sekolah lagi dengan Edgar, bisa bisa ia di tolak karna Agam memberitahu pihak sekolah bahwa Neira sudah menikah.
"Sakit ya? Muka lo tuh agak pucet!" Agam menunjuk wajah Neira yang memang pucat. Sebenarnya wajah Neira pucat karna tadi pagi ia mengalami morning sickness yang parah lagi, sampai sampai ia tidak nafsu makan dan berakhir menjadi lemas dan wajah pucat yang ia dapatkan. Namun itu memudahkan ia membuat alasan.
Neira mengangguk dan tersenyum kecil. Agam mengelus kepala Neira dan berkata sesuatu. "Cepet sembuh deh, supaya cepet sekolah!" Ucapnya.
Di lain tempat dan waktu yang sama, ada Edgar yang sedang memperhatikan mereka. Edgar sengaja diam tidak memergoki mereka. Edgar ingin tau apa yang sedang Neira perbuat.
Neira hanya diam mendapat perlakuan seperti itu dari Agam. Sebenarnya ia risih dan takut ketahuan oleh Edgar. Walaupun ia tidak tahu Edgar akan marah atau tidak, namun Neira tetaplah istri Edgar.
"Tau gak? Selama lo gak masuk pak Sapta keteteran beresin buku di perpus. Sampe sampe yang mau minjem buku harus yang sesuai dengan pelajaran. Terus dia bilang kalo mau minjem komik atau novel nanti aja, sekarang lagi cuti. Gw tau, dia gak mau ribet. Buku pelajaran aja udah banyak yang berantakan apalagi ditambah komik sama novel," Ucap Agam. Ya, selama Neira sekolah ia membantu pak Sapta untuk memrapihkan perpustakaan. Dari itu ia mendapatkan upah yang walaupun tak seberapa.
Neira tertawa karna Agam pun tertawa. Agam yang melihat Neira tertawa merasa bahagia. Karna ini baru pertama kalinya Neira tertawa, biasanya hanya senyum kecil dan anggukan kepala saja.
Di lain tempat di waktu yang sama, Edgar merasa iri Neira bisa tertawa bersama laki laki itu. Neira hanya tersenyum kecil kepadanya, namun ia tertawa bersama laki laki itu. Apa itu pacar Neira? Fikirnya.
"Yaudah nei, gw mau ke nyokap gw dulu! Cepet sembuh biar cepet sekolah!" Ucap Agam yang lalu ia pergi meninggalkan Neira.
Beberapa menit kemudian Edgar kembali dengan wajah masamnya. Tak ada senyum di wajahnya melainkan wajah dingin yang cukup menyeramkan.
"Ayo!" Ucap Edgar dingin. Edgar berjalan menuju kasir yang masih setia dengan wajah masamnya.
Neira yang melihat Edgar seperti marah, merasa bersalah. Apa ia punya salah? Atau jangan jangan Neira belanja terlalu banyak? Neira bingung, namun ia hanya diam tidak berani bertanya tanya.
Setelah semua barang selesai di bayar, mereka pun langsung menuju apartemen Edgar.
•••
Neira sekarang sedang merapihkan sayur sayuran yang ia dan Edgar beli tadi di supermarket. Neira menyusun sayur sayuran itu dengan rapih di kulkas. Tak lupa ia juga menyusun bumbu bumbu masak dan bahan lainnya.
Edgar hanya memperhatikan Neira sambil menyesal kopi kalengnya. Ia memperhatikan Neira dari meja makan dengan wajah dinginnya yang sejak tadi tidak berubah.
Sebenarnya Neira sangat risih di perhatian seperti itu, apalagi dengan wajah dinginnya. Namun ia tidak berani protes, mungkin saja Neira yang menyebabkan Edgar marah. Dan sedari tadi Neira pun memikirkan kesalahannya.
"Kalo udah selesai langsung ke kamar!" Ucap Edgar dingin sambil membuang kaleng kosong itu ke tempat sampah. Edgar lalu pergi menuju kamarnya. Neira hanya menghela nafas dan cepat cepat menyelesaikan pekerjaanya.
5 menit kemudian, Neira sudah selesai menyusun sayur sayuran itu. Sekarang ia beranjak ke kamar Edgar. Dan ia juga sudah mengumpulkan keberanian untuk bertanya soal ia kembali lagi untuk sekolah.
Neira memasuki kamar Edgar dan menemukan Edgar yang sedang memainkan game di hpnya. Neira mendekati Edgar yang sedang duduk di atas tempat tidur.
"Kak?" Panggil Neira dengan suara yang pelan dan lembut.
"Hm?" Jawab Edgar yang tanpa melihat wajah Neira.
"Eum... Aku masih boleh sekolah lagi?" Neira memberanikan dirinya untuk bertanya.
Edgar langsung berhenti memainkan gamenya dan melemparnya ke sembarang arah. Untung saja hpnya jatuh di atas kasur. Kalau tidak, entahlah.
Edgar menatap wajah Neira dengan wajah marah. "Buat apa lagi Sekolah? Kamu mau anak kita kenapa kenapa? Oh aku tau, kamu mau ketemu pacar kamu?" Edgar sedikit membentak Neira.
Neira menciut tidak berani mentap Edgar. Pacar? Sejak kapan ia punya pacar? Teman cowo saja tidak ada, fikirnya.
"Aku... Aku bakal bagi waktu kak. Aku juga gak minta buat bayar sekolah. Aku... "
"Kamu kira aku gak sanggup bayar sekolah kamu?" Edgar membentak Neira. Neira pun lagi lagi menunduk tak berani menatap Edgar. Apa ia salah bicara? Fikirnya.
"Udahlah, aku capek mau tidur!" Ucap Edgar yang kemudian membaringkan tubuhnya dan memejamkan matanya.
Neira pun ikut berbaring di samping Edgar dan posisi mereka saling membelakangi. Neira juga tidak berani meminta kamarnya sendiri setelah apa yang terjadi. Dan tanpa sadar air matanya turun dengan isakkan tangisan. Ia sudah menahan namun air matanya menerobos untuk keluar.
Edgar yang membelakangi Neira pun tahu bahwa Neira menangis. Namun ia menahan dirinya. Biarkan besok saja masalah ini diselesaikan. Ia tahu pasti Neira sama lelahnya dengan dirinya.
'Maafin aku nei, bukan maksud aku buat kamu sedih. Gak tau kenapa aku gak rela kamu sama cowo lain.' batin Edgar.
Setengah jam kemudian mereka sudah terlelap dan sudah berada di dunia mimpi masing-masing.
•••
Annyeonghaseyo!!!
Othor kembali again!!!Huaaaa... Othor minta maaf udah lama gak up... Tapi makasih loh walaupun othor lama gak up,,, tapi readers-nya terus bertambah... Makasih!!! Gomawo!!! 😭 terharu!!!
Untuk part kali ini minta maaf kalau tijel... Othor agak kurang enak badan...jadi fell-nya kurang... Semoga aja kalian suka...!!!
So bagaimana pendapat kalian tentang part kali ini? And othor mau tanya pendapat kalian tentang othor!!!
Yasudah!!! Sekian dari othor!!! Gomawo!!! 😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Wife
Teen FictionSemua karna "Takdir" Yang membuat Neira harus merasakan kehidupan baru di saat ia masih SMA. Dengan kepolosannya dan sifat pendiamnya dia harus merasakan hamil di luar nikah karna seorang Edgar Hyanantyo, seorang direktur muda yang masih bersikap la...