Pagi hari ini, Edgar dan kawan kawan alumni dari sekolahnya datang kembali ke sekolah itu. Mereka membicarakan tentang acara untuk bulan depan. Mereka sengaja disuruh datang pagi pagi agar dapat berbicara banyak. Edgar pun menyetujuinya, walaupun kerjaanya masih menumpuk di meja kantornya.
"Jadi, kita cari dana dari bazar kaya yang acara kemarin, kalo kakak kakak ataupun temen temen punya barang bekas yang masih bagus kita jual aja," Jelas ketua panitia acara tersebut.
Acara para alumni ini memang seperti memberikan amal kepada yatim-piatu. Walaupun Edgar dan sahabatnya mempunyai sisi gelap, namun mereka tetap ikut. Mungkin untuk Nathan memang masih mempunyai sisi untuk berbagi. Namun bagi Edgar, acara ini bisa jadi alasan untuk dirinya pergi dari kantor.
"Mmm... Kalo misalkan gak cukup biayanya, gw siap jadi donaturnya. Alumni yang lain gimana?" Tanya Nathan yang mendapat anggukan dari para alumni lainnya termasuk Edgar.
Semuanya kembali merundingkan tentang acara tersebut. Semuanya fokus mendengarkan ketua panitia acara itu berbicara, kecuali Edgar. Edgar menatap segala penjuru sekolah, seperti mencari sesuatu, atau lebih tepatnya seseorang.
Setelah Edgar selesai dengan pencariannya, ia terpaku pada seseorang siswi yang sedang berjalan sedikit berlari. Ia terus memperhatikan siswi itu. Ia terheran karna siswi itu berlari dengan tangan kirinya memegangi perut dan tangan kanannya menutup mulutnya. Akhirnya ia tertarik untuk mengikutinya. Ia pun mengikuti siswi itu yang menuju toilet. Teman Edgar yang melihat Edgar pergi tak menghiraukannya.
•••
"Nei, makan dong! Tadi lo gak sarapan di rumah, nanti perut lo laper!" Kiki yang melihat Neira enggan memakan makanan yang sudah ia beli terlihat kesal. Ia sudah memaksanya namun Neira tetap tidak mau memakan makanannya.
"Neira inget ada keponakan gw di situ!" Bisik Kiki sambil menunjuk perut Neira. Neira yang tergoda dengan omongan Kiki pun memaksa dirinya untuk makan, walaupun ia sangat mual.
Kiki yang melihat Neira sudah makan, berniat pamit karna dia ingin mengumpulkan tugasnya. "Yaudah lo makan! Abisin! Gw pergi dulu ke ngumpulin tugas ke pak Sapto. tunggu disini!" Neira yang mendengarkan ucapan Kiki pun mengangguk dan melanjutkan makannya. Sementara, Kiki sudah pergi menuju ruang guru.
Neira sudah memakan bubur itu dua suap dan saat suapan ketiga, ia mulai merasakan mual yang hebat. Akhirnya ia berlari dengan memegang perut dan menutup mulutnya menuju toilet. Ia memasuki toilet dan memuntahkan makanannya. Setelah semua makanannya di muntahkan, yang keluar dari mulut Neira hanya cairan bening saja.
Neira sudah merasa lebih baik walaupun rasa mualnya masih menyeruak. Ia berjalan menuju wastafel dan mencuci wajahnya. Ia berkaca, wajahnya sangat pucat dan ada rasa pening di kepalanya. Setelah merasa baikkan Neira keluar dari toilet dengan tubuh yang lemas.
"Neira!" Panggil seseorang laki laki dengan suara beratnya setelah Neira keluar dari toilet. Neira pun menengok dan mendapatkan tubuh seorang yang telah merusak hidupnya.
Neira yang melihat Edgar, langsung berbalik dan berniat ingin pergi. Belum sempat Neira berjalan, tangannya sudah dicekal oleh Edgar. Neira berusaha melepas genggaman Edgar namun sia-sia. Edgar menarik Neira untuk lebih dekat dengan tubuhnya dan menatap wajah Neira.
"Lo! Lo sakit? Muka lo pucet!" Ucap Edgar setelah ia melihat wajah Neira yang memucat dan bibirnya mulai memutih. Neira hanya menggelengkan kepalanya lemah. Dan di detik kemudian Neira mulai lemas dan akhirnya ia menutup matanya. Ya, dia pingsan.
Edgar yang melihat Neira melemas akhirnya buru buru menangkap tubuh Neira dan berusaha menyadarkannya. Namun nihil, Neira tidak kunjung bangun. Edgar yang entah kenapa merasa panik, akhirnya membawa Neira menaiki mobilnya dan pergi menuju rumah sakit. Entah, kenapa ia tidak mau membawa Neira ke UKS.
•••
Neira mengerjapkan matanya dan memfokuskan pandangannya yang kabur. Ia menatap sekitarnya dan mendapatkan dirinya berada di sebuah ruangan yang ia yakini kamar rumah sakit. Ia terus menelusuri dan akhirnya ia mendapatkan tubuh seorang laki-laki.
Edgar yang baru memasuki ruangan yang dimana Neira berbaring langsung sedikit berlari setelah melihat Neira tersadar di atas brankar. Neira yang melihat Edgar menghampirinya pun langsung bangkit dari tidurnya dan duduk dengan tubuh yang masih lemah.
Neira berharap kehamilannya tidak di ketahui oleh Edgar. Neira tidak mau Edgar menggugurkan kandungannya. Ia pun mulai panik saat Edgar memegang bahunya. "Gw tau, lo hamil anak gw akibat malam itu," Ucap Edgar.
Neira yang merasa terkejut atas ucapan Edgar pun mulai panik. Ia berharap Edgar tidak akan menyuruhnya mengaborsi kandungannya.
"Gw akan tanggung jawab... " Edgar menunduk dengan tangannya yang masih memegang kedua bahu Neira. "Gw akan nikahin lo!" Lanjutnya dengan helaan nafas yang panjang.
Neira sedikit lega karna semua yang ia fikirkan tidak menjadi kenyataan, anaknya masih bisa tetap hidup. Namun Neira masih bingung dengan ucapan Edgar. Neira hanya terdiam tanpa berkata kata. Neira hanya tak terpercaya dengan ucapan Edgar. Bahkan Neira tidak berminat meminta pertanggung jawaban Edgar. Baginya hanya sia sia saja meminta pertanggung jawaban dengan pria brengsek.
"Kalau emang kakak gak ikhlas, gak usah! Aku bisa berhenti sekolah dan aku akan mencari perkerjaan untuk aku merawat anak ini sendiri. Aku gak mau aku ataupun kakak bakal terjebak dalam pernikahan yang sama sekali gak diinginkan," Nekra berbicara setelah melepas pegangan tangan Edgar terhadap bahunya. Ini kedua kalinya ia berbicara panjang dengan laki laki dan dengan laki laki yang sama.
Neira turun dari brankar dan niat ingin pergi dari ruangan itu. Ia tahu pasti Edgar terpaksa menikahinya. Lebih baik ia dihina, dicaci, dimaki daripada harus merasakan pernikahan dengan atas dasar keterpaksaan.
"Tunggu!" Edgar memegang pergelangan tangan Neira. Ia memeluk Neira tiba tiba. Karna keterkejutannya, sontak Neira mendorong tubuh Edgar.
"Kenapa? Gw mau tanggung jawab! Bagaimana juga itu anak gw, darah daging gw! Gw mohon lo jangan egois! Gw gak mau anak gw lahir tanpa seorang Ayah," Ucap Edgar setelah mendapatkan penolakan saat ia memeluk Neira.
"Gw bakal nikahin lo Neira Kanasya!" Lanjutnya dengan mencoba memeluk Neira dengan erat agar tidak terjadi pemberontakan.
Neira gadis lugu pendiam itu hanya terdiam. Bahkan tak pernah terbayang jika dia akan menikah di usianya yang masih remaja.
"Lo sekarang bakal gw kenalin ke mama papa gw," Edgar berbicara dan mengajak Neira pergi ke rumahnya untuk bertemu dan memberitahukan dengan orang tuanya.
Flashback off
•••
Annyeonghaseyo!Thx yg udh baca!
Sekalian othor mau ngucapin selamat hari ibu!
Terima kasih untuk para ibu di seluruh dunia ini, sudah menjadi ibu yang terbaik walaupun dengan cara cara mereka sendiri. Yang terpenting apapun yang ibu kita lakukan, baik atau buruk pasti untuk kebaikkan kita. Karna sesungguhnya seluruh ibu di dunia ini akan melakukan apapun untuk anaknya, walaupun harus menyerahkan nyawanya sekalipun. (Ok fix, othor nangis nulis ini!) I love you my mom😍😙
Oke lah kalo begitu, sekian dulu dari othor! Gomawo!
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Wife
Teen FictionSemua karna "Takdir" Yang membuat Neira harus merasakan kehidupan baru di saat ia masih SMA. Dengan kepolosannya dan sifat pendiamnya dia harus merasakan hamil di luar nikah karna seorang Edgar Hyanantyo, seorang direktur muda yang masih bersikap la...