Kejadian tadi siang belum bisa Neira lupakan. Masih berbekas gambaran Edgar dengan perempuan lain. Masih berbekas kebohongan Edgar. Entah mengapa Edgar tega, kenapa ia semudah itu berbohong. Dan masih menjadi pertanyaan, siapa wanita itu.
Kini Neira sedang membuat susu hamil untuk dirinya. Ia juga sudah membuat makan malam untuk Edgar. Bagaimanapun Edgar adalah suaminya, sudah menjadi tanggung jawabnya untuk memasak.
Saat Neira sedang meminum susunya, tiba tiba Edgar pulang. Ia menghampiri Neira yang sedang duduk di dapur. Ia memeluk Neira dari belakang dan mencium pucuk kepala Neira.
"Kamu udah masak ya? Aku mandi dulu ya!" Ucapnya yang mencium sekali lagi pucuk kepala Neira dan pergi menuju kamar.
Neira terdiam dengan perilaku Edgar. Ia menaruh gelas itu sedikit membanting ke meja. Bukan karna perilaku manis yang Edgar berikan kepada dia. Tapi perilaku Edgar yang sangat pandai berpura pura seperti tidak terjadi apa apa. Ia bahkan bertindak bahwa dia tak punya salah sedikitpun. Entah apa yang ada di perasaan Edgar.
•••
Edgar telah selesai mandi. Ia menuju nakas dan mengambil handphone miliknya. Ia membuka notifikasi pesan. 'Aku udah minum obat, aku sayang kamu!' Itulah bunyi pesan itu yang ternyata dari Claudia. Edgar tersenyum dan membalasnya. 'Me too!' Balasnya.
Edgar menaruh handphonenya di atas nakas kembali. Lalu ia sedikit terdiam memikirkan hubungannya dengan Claudia.
"Kalo gw bisa hati hati, gak bakal ketauan kan?" Ucapnya pada dirinya sendiri.
Edgar keluar dari kamar dan menghampiri Neira yang ternyata masih duduk sambil melamun. Edgar menghampiri Neira sambil memeluknya dari belakang. Ia mencium sekali pipi Neira.
"Mikirin apa?" Tanya Edgar, lalu ia duduk di sebelah Neira.
Neira hanya menggeleng. Bohong padahal dirinya memikirkan wanita siapa yang bersama Edgar tadi siang. Jika itu pacarnya, Neira memikirkan bagaimana hubungannya dengan Edgar. Entah sampai kapan Edgar akan berbohong padanya. Entah sampai kapan pernikahannya akan berlanjut.
"Makan dulu, kamu pasti belum makan kan?" Tanya Edgar, Neira hanya menggeleng kecil.
Edgar tersenyum dan lalu mengambil masakan yang telah Neira masak ke atas piring. Ia menyendokkan makanan tersebut dan berniat menyuapi Neira. Neira menggeleng. "Kakak aja yang makan," Ucap Neira pelan.
"Kita makan bareng ok," Ucap Edgar menyuapi Neira, lalu menyendokkannya lagi untuk dirinya.
Neira menahan tangisannya, menahan rasa sakit hatinya. Menahan bagaimana perilaku manis Edgar bagaikan pedang yang menusuk jantungnya. Untuk apa ia bersikap baik kepada Neira, jika di belakang Neira ia tega bohong dan mungkin mempunyai hubungan dengan wanita lain.
Setelah suapan terakhir dilahap Edgar, Neira mengambil piring kotor tersebut dan mencucinya. Saat Neira sedang mencuci piring Edgar memperhatikannya dari sebelah kanannya. Edgar juga memperhatikan perut Neira yang sudah membesar. Lalu ia mengusap perut Neira.
"Besok kita USG ya, biar bisa liat si kecil," Ucap Edgar masih mengelus perut Neira. Neira hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Selesai Neira mencuci piring, ia membersihkan sisa sisa sabun yang ada di tangannya. Edgar masih di dekat Neira memperhatikan Neira. Tanpa mengatakan apapun Neira langsung masuk ke kamar. Edgar pun mengikutinya.
Sebelum Edgar masuk ke kamar, Neira sudah berbaring terlebih dahulu memunggungi pintu. Tak lama kemudian Edgar masuk dan hanya mengambil hpnya dan langsung keluar kamar.
Neira tidak memperdulikan apa yang dilakukan Edgar. Sekarang ia lebih terfokus kepada bayinya dan cara untuk tidak jatuh cinta lebih dalam kepada Edgar. Sekarang ia pasrah dan menerima jika pernikahannya hanya sementara.
•••
Edgar kini duduk di sofa ruang tamu. Ia mengambil hpnya dan mengirim pesan kepada seseorang. Yang tak lain adalah Claudia. Edgar tak berani menelpon Claudia. Ia takut terdengar oleh Neira dan berakibat ketahuan tentang hubungannya dengan Claudia.
Setengah jam berlalu Edgar masih chattingan-an dengan Claudia dan diakhiri ucapan selamat tidur dan emot cium dari Claudia. Edgar tersenyum dan membalas dengan 'me too'.
Edgar menaruh hpnya di atas meja. Ia mulai berfikir bagaimana ia menjalani semuanya. Walaupun ia menutupinya dengan serapih apapun pasti akan ketahuan. Di satu sisi ia sudah menikah dengan Neira dan akan mempunyai anak. Satu sisi ia kasihan kepada Claudia dan mungkin masih ada sisa cinta dia untuk Claudia. Meskipun kini ia juga mulai cinta dengan Neira. Tak tahu lah, Edgar berfikir akan menjalani ini semua terlebih dahulu, baru memikirkan bagaimana selanjutnya.
Saat sedang termenung, Edgar mendapat notif dari seseorang. Ia membukanya dan ternyata dari Galih teman lamanya dan juga dokter kandungan Neira. Edgar membaca pesan dari Galih. 'Bro, jangan lupa ingetin istri lo buat minum vitaminnya. Jangan inget sama kerjaan aja, sampe istri lo periksa kandungan gak bisa temenin'
Edgar terkejut bukan main dengan isi pesan yang dikirim oleh Galih. Pasalnya, jika benar Neira periksa kandungan hari ini, dan rumah sakit yang sama dengan Claudia, jangan jangan Neira melihat ia dengan Claudia. Edgar bingung dan panik.
Ia memasuki kamar dan mencoba bangunkan Neira yang ternyata sudah tidur. Neira langsung terbangun dan wajahnya seperti bertanya tanya kenapa Edgar membangunkannya.
"Kamu udah minum vitaminnya?" Tanya Edgar yang berusaha menutupi kepanikannya.
"Tadi Galih chat aku, kamu periksa kandungan tadi siang? Sendiri?" Tanya Edgar yang masih menutupi kepanikannya.
Neira tau Edgar sedang menutupi kepanikannya. Namun ia berpura-pura tidak peduli. "Iya, tadi aku sama Kiki," Ucap Neira.
"Kenapa kamu gak bilang?" Tanya Edgar.
"Kenapa? Takut ketahuan? Walaupun udah ketauan, aku juga gak peduli kak," Ucap Neira dalam hati.
"Gak apa apa, kakak kan lagi sibuk," Ucap Neira. "Rapat" Lanjutnya.
Walaupun Neira berucap dengan nada pelannya, namun Edgar berasa ada arti dibalik ucapan Neira. Edgar ingin menanyakan apakah Neira melihat ia dengan Claudia, namun ia takut salah. Jika tidak tanya, Edgar takut Neira melihat dirinya dengan Claudia.
"Aku tidur dulu ya kak, aku juga udah minum vitaminnya," Ucap Neira yang langsung berbaring dan memejamkan matanya.
Edgar masih menatap Neira dengan panik. Lalu ia menidurkan tubuhnya di sebelah Neira dan memeluknya dari belakang. Ia berbisik kepada Neira. "Aku sayang kamu," Ucapnya, lalu ia menutup matanya.
Tanpa disadari Edgar, Neira menangis. Kenapa Edgar sejahat ini, kalau memang ia mempunyai wanita yang dicintainya, kenapa harus bersikap seperti ini kepada Neira. Apa karna bayinya? Neira tidak tahu, ia masih berusaha untuk tidak jatuh cinta dengan Edgar.
"Kak, kamu bajingan!" Dalam hati Neira. Lalu ia terus mengeluarkan air mata sampai ia tertidur dengan pulas.
•••
Annyeonghaseyo!!!
Othor imnida again!!!Please jangan komen kalau part kali ini agak gak nyambung,,, karna lagi gak feel dan lagi mikirin tugas yg bejibun T^T
Oh ya, kalian setuju gak kalo cerita Silent Wife diterbitin? Please komen!
Ok sekian dari othor
Gomawo!
😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Wife
Teen FictionSemua karna "Takdir" Yang membuat Neira harus merasakan kehidupan baru di saat ia masih SMA. Dengan kepolosannya dan sifat pendiamnya dia harus merasakan hamil di luar nikah karna seorang Edgar Hyanantyo, seorang direktur muda yang masih bersikap la...