26

69.1K 3.5K 93
                                    

Melihat ibu hamil yang sedang cemberut membuat Edgar ingin tertawa. Edgar menyuruh Neira untuk berhenti sekolah mulai hari ini, tetapi Neira terus terusan bernegosiasi untuk hari ini saja ia terakhir sekolah. Lucunya Neira yang pendiam semakin hari semakin banyak berbicara kepada Edgar.

"Ke rumah mba Widya aja ya? Nanti urusan sekolah kamu aku yang urus," Ucap Edgar sedikit menunduk memperhatikan Neira yang duduk di pinggir kasur sambil tertunduk. Namun, Neira hanya menggeleng pelan dan bibirnya sedikit mengerucut.

Edgar berjongkok dan menggenggam tangan Neira yang berada di pangkuannya. "Ayolah, perut kamu juga udah tambah besar nei," Ucap Edgar. "Kita ke rumah mba Widya ya!" Lanjutnya.

Neira tetap diam dan tidak menjawab. Entah kenapa ia ingin sekali untuk sekolah. Perutnya sudah besar dan kemungkinan akan ada yang menyadarinya. Tetapi ia tidak mau jika kemauannya itu dibantah. Entah kenapa rasanya ia ingin melihat teman sebayanya berkegiatan seperti biasa di sekolah. Ia juga ingin batagor yang ada di sekolahnya.

"Tapi aku mau batagor kak," Ucapnya dengan suara pelan.

"Iya nanti kita beli," Setuju Edgar.

"Aku maunya yang di sekolah,"

"Iya nanti aku beliin ya, sekarang kamu siap siap kita ke rumah mba Widya!" Ucap Edgar sambil berdiri. Neira masih diam di tempat. "Si kecil lagi nunggu kamu loh!" Ucap Edgar. Entah kenapa Neira langsung bersemangat mendengar tentang adiknya Ica. Neira pun bersiap siap dan menyusul Edgar yang sudah di ruang tamu.

"Udah?" Neira mengangguk. "Sarapan dulu ya!" Suruh Edgar yang menyediakan roti dan susu ibu hamil untuk Neira.

Neira hanya diam dan tak berminat melihat roti itu. Tak ada selera makan untuknya pagi ini. Yang ada hanya rasa ingin cepat cepat menggendong si kecil adiknya Ica.

"Gak usah makan ya kak," Ucap Neira memohon.

"Gak mau makan, kita gak pergi," Edgar sudah tau pasti Neira tidak mau untuk sarapan, seperti hari hari yang lalu.

Merasa terancam Neira pun menghampiri Edgar dan memakan roti itu. Neira memakannya dengan tidak berselera. Edgar pun tau akan hal itu, yang terpenting Neira sudah mengisi perutnya.

Neira meminum susu yang sudah Edgar buatkan untuknya. Untuk meminum susu Neira tidak keberatan, bukankah itu untuk bayinya. Neira meletakkan gelas itu dan bergegas berjalan ke arah pintu.

"Sabar dong nei, aku ambil tas dulu," Ucap Edgar yang melihat Neira tidak sabar untuk melihat keponakannya.

Edgar mengambil tasnya di kamar dan menyusul Neira yang ternyata sudah ada di depan lift. Edgar menggelengkan kepalanya dan berfikir mungkin ini kelakuan Neira saat ia sudah dekat dengan orang. Edgar senang karna dia laki laki pertama yang bisa dekat dengan Neira setelah Ayah Neira.

•••

Mobil Edgar berhenti di depan gerbang rumah Widya. Edgar berpamitan kepada Neira. Ia langsung pergi ke kantornya karna ada rapat mendadak.

Neira memasuki rumah Widya. Dan ia menemukan Widya yang sedang menjemur si kecil di halaman. Neira menghampirinya dan mencium pipi si kecil.

"Edgar gak kesini nei?" Tanya Widya yang tidak melihat batang hidung Edgar.

"Gak mba, katanya ada rapat," Jawab Neira.

"Oh, yaudah yuk kita masuk!" Ajak Widya. Neira mengangguk dan mengikuti Widya untuk masuk ke kamar si kecil.

Widya menyerahkan si kecil ke tangan Neira karna ia ingin mandi. Neira sangat senang, ia bisa puas menciumi pipi si kecil. Ia yakin nanti anaknya juga lucu seperti keponakannya saat ini.

Tak lama kemudian Widya datang dengan rambut basahnya. Ia tersenyum melihat Neira yang sangat sayang dengan anaknya. Memang orang seperti Neira penuh kelembutan dan kehangatan. Tak salah Edgar untuk menjadikannya istri, walaupun dengan cara yang salah.

Widya menghampiri Neira yang duduk di karpet sambil menggoyangkan mainan untuk menggoda si kecil. Widya mengambil si kecil karna waktunya si kecil untuk meminum ASI. Neira tersenyum betapa lucunya si kecil saat ia sedang menyusu.

"Oh iya nei, kamu ada keluhan gak?" Tanya Widya.

"Gak ada si mba, paling suka kram sebentar aja," Jawab Neira.

"Oh itu mah wajar," Jawab Widya. Lalu ia menjelaskan semua tentang kehamilan. Neira mendengarkannya dengan cermat. Tidak bisa diragukan lagi, karna Widya sudah hamil 2 kali.

"Edgar sering cerita tentang dia gak?" Tanya Widya tiba tiba di sela sela obrolannya tentang kehamilan.

Neira hanya menggeleng, karna memang Edgar tidak pernah menceritakan tentang dirinya. Waktu mengobrol Edgar hanya bercerita tentang Ica atau keluarga besarnya. Dia tidak pernah menceritakan tentang waktu ia sekolah atau kuliah. Kecuali masa kecilnya saat SD. Neira pun tidak berani menanyakannya.

"Kamu tau Edgar beda 180° dari sebelum ada kamu?" Neira merasa tertarik dengan cerita Widya.

"Sejak kuliah Edgar jadi berubah karna dia pacaran dengan Mela. Mba kira Mela itu perempuan baik baik, tapi ternyata dia sering ngehasut Edgar. Dia bikin Edgar jadi kecanduan alkohol dan dia juga yang ngajak Edgar buat balapan liar. Edgar juga jadi perokok aktif." Neira terkejut mendengar Edgar adalah perokok aktif, karna Neira tidak pernah melihat Edgar merokok.

"Sampai satu hari Edgar mergokin Mela tidur dengan orang yang benci sama Edgar, kalau gak salah Rangga," Rangga? Oh Neira sangat takut dengan orang itu. Karna kejadian di hari pernikahan teman Edgar itu, Neira jadi trauma mendengar nama pria itu.

"Edgar marah, dia jadi sering ke club malam. Mama papa dan mba di buat pusing sama dia. Dia juga hamburin uang papa. Sampai Edgar ketemu dengan Claudia. Awalnya Claudia baik sama Mama Papa dan mba. Tapi semakin hari makin keliatan kalo Claudia itu cuma ingin harta Edgar. Apalagi saat Edgar umur 24 tahun dia sudah ngurusin perusahaan papa. Bahkan mba pernah mergokin dia bikin surat untuk menyerahkan sebagian saham perusahaan atas nama dia," Widya terlihat sedih dengan ceritanya.

"Tapi perempuan satu itu gak putus asa buat dapatin harta Edgar. Dia juga terus nguras tabungan Edgar. Bahkan dia bilang dia anak pemilik perusahaan. Padahal mba udah cari tau latar belakang dia, dia cuma anak karyawan biasa. Mba udah suruh Edgar buat liat latar belakang dia. Tapi Edgar bilang dia percaya sama Claudia. Mba gak tau kenapa Edgar bisa percaya banget sama dia,"

"Suatu hari mba sama mama ngasih cek dalam jumlah besar buat si Claudia itu. Mba sama mama suruh dia pergi dari negara ini. Mba suruh dia pergi ke luar negri. Bukan cuma karna alasan dia matre, tapi dia juga sering main main dengan suami orang. Disitu Edgar marah dan merasa kecewa. Dia mulai main dengan perempuan penghibur. Dan yang tau cuma mba aja. Mba berusaha nasihati dia, tapi gak ngaruh apa apa." Neira terhanyut ke dalam cerita Widya.

"Sampai mba denger dari mama, Edgar buat hamil perempuan. Mba kira salah satu wanita penghibur, tapi ternyata kamu. Dan mba juga cari tau, kalau ternyata Edgar dalam keadaan mabuk. Mba juga cari tau latar belakang kamu, mba gak nemuin hal hal yang jelek di kamu. Dan yang buat mba kaget, Edgar mau tanggung jawab sama kamu. Mba juga gak pernah liat dia dari club lagi, mabuk mabukkan bahkan dia berkurang merokoknya." Neira sebenarnya merasa sedih jika mendengar ulang cerita tentang bagaimana dia bisa hamil.

"Mba benar benar bersyukur karna ada kamu nei. Edgar berubah, jadi kepribadian yang baik." Widya menangis dengan tersedu sedu. Neira tersentuh dengan besarnya kasih sayang Widya untuk Edgar.

Mungkin Tuhan sudah menakdirkan seperti ini. Hanya kepasrahan dan berusaha untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Dan dibalik adanya hal negatif pasti ada hal positifnya juga.

•••

Annyeonghaseyo!!!
Othor Imnida again!

Maaf keun othor yang gak nepatin janji😭

Semoga part kali ini gak bikin  kalian kecewa,,, karna banyak urusan dan masalah othor jadi mengabaikan cerita ini  

Maaf banget ya!!!

Sekian dari othor
Gomawo 😘😘😘

Silent WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang