Edgar sekarang sedang memperhatikan Neira yang sedang duduk di sofa dengan tatapan tajam. Neira sedari tadi hanya diam tak berani menatap Edgar. Di perjalanan pulang pun Edgar hanya diam tak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Kenapa kamu kerja? Kamu mau beli sesuatu? Aku sanggup Neira buat biayain semua kebutuhan kamu! Kamu apa lagi?" Akhirnya Edgar mengeluarkan suara walaupun dengan nada sedikit marah.
"Maaf kak, aku tau kakak pasti malu tapi... "
"Aku gak malu karna kamu pelayan nei! Aku cuma gak mau kamu kerja. Aku gak mau kamu dimarahin kaya tadi! Aku juga gak mau anak kita kenapa kenapa!" Edgar memotong ucapan Neira.
"Sekarang kamu jelasin kenapa kamu kerja?" Tanya Edgar. "Jawab nei!" Suruhnya karna Neira hanya diam.
"Kak, aku yatim piatu. Aku gak yakin hubungan kita bakal terus. Aku udah gak punya siapa siapa lagi. Aku kerja buat tabungan aku dan anak aku nanti," Jelas Neira.
"Anak kita!" Tegas Edgar.
"Nei, aku udah bilang kita gak akan pisah. Kamu kenapa sih? Percaya nei! Kita gak akan pernah pisah!" Edgar duduk dekat Neira. Ia menarik dagu Neira untuk menatapnya karna Neira masih menunduk menatap lantai.
"Aku janji nei, kita gak akan pernah pisah. Aku, kamu, sama anak kita nanti, bakal terus bersama. Aku tau susah buat kamu percaya. Tapi jujur aku gak akan pernah tinggalin kamu!"
Neira menangis dengan terisak isak. Edgar pun langsung sigap membawa kepala Neira ke dadanya. Ia membiarkan Neira menangis dalam pelukannya. Edgar juga mengelus kepala Neira.
"Denger omongan aku, kalo aja aku ingkar janji, aku gak bakal bahagia nei selama hidup aku. Pegang omongan aku nei!" Ucap Edgar yang masih mengelus kepala Neira.
Neira sedikit tertegun dengan ucapan Edgar. Ia pun merasa nyaman dengan posisi seperti ini. Entahlah, biasanya ia risih namun sekarang tidak.
Edgar mendorong pelan tubuh Neira dan menangkup kedua pipinya. Ia menghapus jejak jejak air mata Neira. Dan ia menatap wajah Neira.
"Nei, muka kamu pucet banget! Kamu sakit?" Neira hanya menggelengkan kepalanya.
"Apa kamu belum makan?" Neira hanya diam tak berani menjawab. Namun, Edgar mengartikan diam Neira sebagai jawaban bahwa ia belum makan.
"Nei, kamu itu lagi hamil. Jangan lupa sama makan!" Neira hanya diam dan menundukan kepalanya. Edgar menghela nafasnya. Ia mengangkat dagu Neira untuk menatap wajahnya.
"Aku masakin ya!" Neira mengangguk sambil tersenyum kecil. Edgar pun bangkit dan mengacak rambut Neira.
"Kamu mandi dulu sana!" Ucap Edgar menatap Neira dengan berdiri dan memasukkan tangannya di salah satu kantong celananya. Neira mengangguk dan memulai ritual membersihkan diri.
•••
Edgar kini sedang berusaha memasak nasi goreng. Walaupun ia masih melihat di internet. Kalau bisa dibayangkan, saat Edgar memasak, lebih terlihat seperti peperangan.
Neira pun sudah selesai dengan mandinya. Ia sekarang berada di dapur melihat Edgar memasak. Edgar yang merasa Neira berada di dapur, menyuruh Neira untuk duduk. Neira pun duduk.
Edgar masih berusaha memasak nasi goreng itu. Walaupun banyak benda yang jatuh dan kotor, tapi ia masih berusaha.
Neira menatap Edgar yang memasak dengan kemeja yang dibuka dua kancing atasnya dan lengannya digulung. Neira merasa nyaman menatap Edgar. Entahlah, biasanya ia akan menunduk jika melihat laki laki.
Edgar sudah selesai dengan masakannya. Ia menaruh nasi goreng itu di piring dan memberikannya ke Neira yang sudah duduk. Ia menaruh nasi goreng itu di atas meja makan dan memberikan sendoknya.
"Cobain! Aku gak yakin ini enak, tapi ini hasil yang terbaik sih, mungkin!" Edgar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Neira mengangguk dan tersenyum. Ia mulai memakan nasi goreng itu dengan lahap.
Edgar yang melihat Neira memakan masakannya dengan lahap, merasa bangga dengan masakkannya. 'Seenak itu masakkan gw?' batin Edgar.
"Nei, enak ya? Boleh cobain?" Edgar penasaran dengan masakkannya karna ia belum mencicipinya sedikitpun.
Neira mengangguk dan mendorong piring itu ke arah Edgar. Edgar pun mulai mencicipinya.
Satu suap sudah ada di dalam mulut Edgar, namun belum sempat ia kunyah makanan itu harus keluar dari mulut Edgar. Edgar mengeluarkan makanan itu dari mulutnya di wastafel. Ia berkali kali berkumur dengan air namun rasa aneh itu tidak hilang.
'Ini mah bukan nasi goreng, tapi nasi laut. Mana bawangnya belum mateng, Neira kok bisa suka sih?' batin Edgar.
"Nei gak usah dimakan lagi!" Suruh Edgar yang menghampiri Neira di meja makan.
"Gak apa apa kak!" Jawab Neira.
"Gak apa apa gimana? Ini rasanya aneh! Buang aja, kita delivery aja!" Edgar mengambil nasi goreng itu dan berniat ingin membuangnya.
Neira yang melihat nasi goreng itu ingin di buang, merasa sedih. Entah kenapa, namun ia mau makan nasi goreng itu hingga habis, walaupun rasanya tidak karuan.
"Kak, jangan! Biarin aku aja yang habisin!" Mohon Neira.
"Tapi nei..."
"Gak apa apa kak!" Neira mengambil nasi goreng itu dari tangan Edgar.
Edgar merasa heran. Neira suka dengan masakannya, yang bahkan mungkin tikus pun tidak mau.
"Nei, kamu gak mual gitu?" Tanya Edgar yang sedari tadi memperhatikan Neira makan.
"Gak kak! Kakak kan udah usaha masak ini!" Ucap Neira tulus.
Edgar tersenyum dan mengacak rambut Neira. "Yaudah lanjutin!" Ucapnya.
Neira melanjutkan makannya dengan tuntas. Setelah selesai makan, ia mencuci piring dan membereskan dapur yang hancur karna Edgar. Tentu dibantu Edgar.
Setelah mereka selesai membereskan dapur, mereka menlanjutkan kegiatan mereka masing masing.
•••
Annyeonghaseyo!!!
Part kali ini pendek? Selanjutnya panjang kok!
Gomawo 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Wife
Teen FictionSemua karna "Takdir" Yang membuat Neira harus merasakan kehidupan baru di saat ia masih SMA. Dengan kepolosannya dan sifat pendiamnya dia harus merasakan hamil di luar nikah karna seorang Edgar Hyanantyo, seorang direktur muda yang masih bersikap la...