Sebulan sudah Edgar berusaha mencari Rangga, namun semuanya nihil. Rangga tidak ada dimana mana. Di apartemen, di basecamp hingga rumah besar keluarganyapun tidak ada. Ada yang bilang ia pergi ke luar negeri untuk mengurus perusahaan Papanya. Edgar tidak peduli, jika memang dia pergi, itu lebih baik bukan?
Hari ini adalah hari minggu. Neira ataupun Edgar tidak ada kegiatan. Untuk minggu yang lalu lalu pun sama. Kini mereka hanya bersantai di dalam kamar sambil menonton DVD.
Tak lama kemudian Neira berdiri. Edgar pun bertanya. "Nei, mau kemana?"
"Aku mau nyuci kak," Ucap Neira sambil mengambil keranjang cucian kotor. Ya, memang setiap minggu Neira akan mencuci dan membersihkan apartemen mereka. Edgar sebenarnya sudah melarang, namun Neira tetap keukeuh.
"Nyuci? kita laundry aja nei. Nanti kamu kecapean," Sekarang Edgar berada di samping Neira sambil mengambil keranjang cucian itu.
"Gak apa apa kak," Neira mengambil kembali keranjang tersebut dan berjalan menuju mesin cuci. Bagi Neira ini mudah, toh juga menggunakan mesin cuci, jadi Neira tidak perlu menyikat bajunya.
Neira memilih milih baju yang berwarna dan memisahkan dengan yang berwarna putih. Ia terlebih dahulu memasukkan pakaian yang berwarna. Tanpa sadar ternyata Edgar sudah memerhatikannya dari pintu.
'Kamu emang beda nei. Disaat banyak wanita yang takut tangannya rusak karna nyuci, kamu malah pengen nyuci sendiri,' batin Edgar sambil menyender di dinding dan tangannya dimasukkan kedalam saku celananya.
"Aku bantuin yah?" Edgar mengambil pakaian kotor tersebut dan memasukinya ke dalam mesin cuci. Mereka melakukannya dengan ceria dengan lelucon Edgar yang tak lucu dan Neira hanya tersenyum.
Edgar kembali ke kamarnya karna mendengar suara dering telepon. Ia pergi ke kamarnya dan 15 menit kemudian ia kembali.
"Nei, Ica sakit. Sekarang dia di rumah sakit dan harus dirawat. Kita jengukin, tinggalin aja cuciannya, nanti kita laundry aja." Yang hanya bisa dilakukan Neira hanya mengangguk menyetujuinya.
Mereka bersiap siap dan langsung jalan ke rumah sakit.
•••
"Ica sayang, kamu makan dulu ya!" Bujuk Widya terus menerus. Ia sekarang semakin susah bergerak karna perutnya yang semakin besar.
"Nggak, Ica gak mau mami!" Tolak Ica dengan bentakkan.
"Sayang, kalo kamu gak mau makan, nanti sakitnya gak sembuh sembuh," Widya terus menyodorkan sendok yang berisi bubur ke mulut Ica walaupun selalu di tolak.
"Kenapa gak mau makan princess?" Edgar datang dengan Neira di belakangnya.
"Om!" Teriak Ica. Ia langsung memeluk Edgar setelah Edgar sampai di dekat brankarnya.
"Kenapa gak mau makan? Hmm?" Tanya Edgar sambil mengelus kepala Ica.
"Ica sebel sama mami, mami udah gak sayang sama Ica lagi. Mami selalu marah marah kalo Ica ajak main. Mami takut dedek bayi kenapa kenapa. Ica gak mau punya dedek bayi lagi. Ica gak suka!" Suara Ica melengking dan dilanjutkan dengan tangisan.
"Ica, mami sayang sama Ica. Sekarang mami susah buat bergerak, mami gak bisa terus terusan main sama Ica. Nanti dedek Ica kenapa kenapa. Kan Ica mau punya adik," Widya terus berusaha membujuk Ica.
"Mami gak pernah sayang sama Ica. Dulu waktu belum punya dedek bayi, mami gak pernah di rumah, selalu di kantor. Ica cuma main sama mba Nana. Ica gak mau sama mami!" Ica berteriak histeris.
Neira dan Edgar pun terkejut dengan ucapan Ica. Walaupun ia masih kecil namun ia mengerti kasih dan sayang. Edgar melepas pelukannya dengan Ica dan sekarang Neira yang memeluk Ica. Edgar membawa Widya keluar dari ruangan Ica.
Kini Neira sedang menenangkan Ica. "Ica sayang, Ica gak boleh kaya gitu ya sama mami!" Bujuk Neira.
"Ica sebel sama mami kakak,"
"Ica gak boleh teriak kaya gitu ya sayang," Entah kenapa Neira ingin sekali berbicara banyak kepada Ica.
"Sekarang, kalo mami kenapa kenapa siapa sedih? Ica kan?" Ica masih menangis dalam dekapan Neira.
"Sekarang, Ica makan ya! kakak yang suapin," Neira menyelipkan rambut Ica yang terurai di telinganya.
Neira mengambil bubur dan menyuapi Ica dengan perlahan dan lembut. Setelah selesai ia memberi Ica minum dan menidurkan Ica hingga ia lelap.
•••
"Mba emang gak becus jadi ibu dgar!" Kini Widya menangis dalam dekapan Edgar di depan kamar rawat Ica.
"Ssstt, mba gak boleh ngomong gitu. Mba juga jangan stres, inget mba masih ada bayi di perut mba!" Ucap Edgar mengingatkan.
"Mungkin Ica ngomong kaya gitu karna dia mau punya adek, mungkin dia fikir mba gak bakal lagi sayang sama dia kali," Edgar berusaha menenangkan Widya, walaupun Widya masih menangis.
Tak lama kemudian Neira keluar dari kamar rawat Ica. Ia langsung menghampiri Edgar.
"Gimana Ica?" Tanya Edgar.
"Dia udah tidur kok kak," Jawab Neira.
Tiba tiba Widya memegang perutnya. "Dgar, mba mules dgar!" Teriak Widya. Dan dari selangkangannya keluar cairan putih.
"Mba, mba gak apa apa?" Tanya Edgar yang kuatir tak terkecuali Neira ia juga tampak kuatir.
"Suster!" Teriak Edgar.
Tak lama kemudian 3 suster pun datang dengan membawa kursi roda. Widya pun dibawa ke ruang bersalin.
Edgar mengambil handphonenya dan menghubungi Rayhan, suami Widya. Ia tak lupa menghubungi Tiana dan Tyo.
Sekarang Edgar dan Neira menunggu di depan ruang bersalin. Neira tampak kuatir dan ketakutan.
"Kenapa kamu ketakutan gitu nei?" Edgar memegang pundak Neira.
"Mba Widya gak kenapa kenapa kan kak?" Tanya Neira.
"Gak, pasti mba Widya baik baik aja," Edgar memeluk Neira.
Tak lama kemudian Rayhan, suami Widya dateng dan disusul Tiana dan Tyo.
"Widya gimana dgar?" Tanya Rayhan panik.
"Mba Widya ada di dalem mas," Jawab Edgar yang kini sudah melepaskan pelukannya dengan Neira.
"Gimana sih ceritanya dgar," Tiana nimbrung.
"Tadi Ica marah, karna dia kira Widya gak sayang sama dia lagi. Dan mba Widya sedih dia nangis, tiba tiba mba Widya mules," Jelas Edgar.
"Terus Ica gimana?" Tanya Rayhan.
"Ica udah tidur tadi sama Neira."
Tak lama setelah itu, suster keluar untuk memanggil suami dari Widya. Rayhan pun masuk dan yang lain hanya menunggu di luar.
•••
Annyeonghaseyo!
Othor come back again!Maafkan othor yang gak bisa menepati janji ini! 😭
Tiba tiba pas mau nulis, aplikasinya error dan gak bisa buat nulis.
Huhuhuhu!!!
Tolong maafkan othor!
Kan lagi bulan Ramadhan, harus saling memaafkan.Yaudah semoga part kali ini seru ya,,, othor sih berharapnya gitu,,, soalnya lagi gak ada feel,,, gara2 aplikasinya error,,, udah males untuk nulis,,, tapi demi kalian othor nulis,,, yaudahlah biarkan othor yang gak jelas ini.
Sekian dari othor!
Gomawo 😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Wife
Teen FictionSemua karna "Takdir" Yang membuat Neira harus merasakan kehidupan baru di saat ia masih SMA. Dengan kepolosannya dan sifat pendiamnya dia harus merasakan hamil di luar nikah karna seorang Edgar Hyanantyo, seorang direktur muda yang masih bersikap la...