22

84.9K 4.1K 158
                                    

Neira sudah diperbolehkan pulang ke rumah oleh dokter. Setelah menginap satu hari di rumah sakit, kondisi Neira sedikit membaik. Walaupun bayinya masih lemah, namun itu sudah lebih baik dari sebelumnya.

"Kamu gak usah sekolah lagi ya nei!" Ucap Edgar yang sedang merapihkan barang Neira.

Neira yang sedang diam duduk di pinggir brankar hanya diam tak berkata. Dia menunduk dan menunjukkan wajah sedih.

"Kalo kamu masih mau belajar, kamu bisa home schooling!" Bujuk Edgar karna Edgar merasa sedih melihat Neira yang terlihat sedih karna usulannya.

"Aku, gak mau repotin kakak!" Ucap Neira dengan nada pelan dan lembutnya.

"Nei, aku suami kamu! Buat apa kamu merasa repotin aku?" Edgar yang tadinya sedang merapihkan barang Neira, kini ia berdiri di depan Neira dan  menatap Neira yang tertunduk.

"Tapi... " Neira masih tidak mau untuk menerima usulan Edgar. Home schooling sangat mahal biayanya. Dia tidak mau, kalau ia dicap sebagai seorang yang suka memanfaatkan harta orang.

"Sekarang aku tanya sama kamu. Kamu sekolah, nanti perut kamu besar, gimana? Kamu juga bakal dikeluarin nei!" Kini Edgar sudah duduk di samping Neira dengan masih memperhatikan Neira.

"Aku bisa jaga diri kak, aku mau habisin waktu semasa aku SMA. Nanti kandungan aku udah 4 bulan aku juga udah gak sekolah lagi. Setelah anak aku lahir, aku juga harus jaga dia, aku gak bisa buat sekolah lagi," Jelas Neira.

"Nei, anak kita!" Sanggah Edgar.

"Kamu nyesel nikah sama aku?" Tanya Edgar tiba tiba. Neira buru buru menggelengkan kepalanya.

"Nei, aku tau aku salah. Aku minta maaf. Aku tau kamu harusnya habisin waktu kamu untuk belajar. Tapi nei, semuanya udah terjadi. Aku sama kamu juga gak bisa nyangkal lagi." Neira masih terdiam.

"Aku mohon sama kamu, aku tau kamu nolak ajakan aku buat home schooling, karna kamu gak mau pake uang aku kan? Nei aku tau kita baru kenal. Pasti ada rasa gak enak di hati kamu. Tapi, kita udah menikah nei! Aku suami kamu, kamu istri aku. Aku wajib nanggung semua keperluan kamu."

Neira hanya diam. Ya memang Edgar sekarang suaminya. Namun, kenyataanya mereka baru kenal. Pernikahannya juga masih bisa dihitung dengan jari.

"Tapi kak, aku bisa jaga diri!" Ucap Neira.

Edgar menghela nafasnya. Neira masih bersikukuh untuk sekolah. Tunggu! Apa jangan jangan..., fikir Edgar.

"Aku tau, kamu mau sekolah karna pacar kamu itukan?"

Neira merasa bingung dengan ucapan Edgar. "Pacar?"

"Ya, cowo yang di supermarket dan juga yang tolong kamu kemarin!"

"Tapi aku gak... "

"Udahlah! Ayo cepetan pulang!" Edgar memotong ucapan Neira. Suaranya pun terdengar seperti bentakkan. Lalu ia berjalan terlebih dahulu dengan wajah kesal.

Neira hanya menghela nafasnya. Tak menyangka turun satu tetes air mata yang diikuti oleh yang lainnya. Ia mengusap air matanya dan berjalan dengan tertatih-tatih karna perutnya masih sakit.

Neira masih berjalan dengan sangat pelan. Edgar pun tidak menunggunya. Neira menahan dan terus menahan air matanya agar tidak jatuh.

Tak selang beberapa lama, Tiana ibu Edgar datang menghampiri Neira. Tiana sangat kuatir saat tau Neira masuk rumah sakit. Ia bersikukuh untuk datang, padahal Edgar sudah memberitahunya bahwa Neira tidak apa apa dan akan segera pulang.

"Neira!" Panggil Tiana. Ia melewati Edgar yang sudah terlebih dahulu jalan. Neira yang melihat Tiana datang menghampirinya tersenyum.

"Neira kamu kenapa?" Tanya Tiana. Neira tiba tiba langsung menangis. Tiana pun langsung memeluknya.

Silent WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang