18

81.1K 3.8K 98
                                    

"Jangan cape cape ya! Nanti aku gak bisa jemput, kamu naik taksi aja! Aku juga bakal pulang telat, jadi kamu makan malam aja duluan! Dan harus!" Edgar memberi pesan kepada Neira setelah mereka sampai di depan sekolah Neira. Neira menganggukan kepalanya faham.

Edgar mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan 5 lembar uang berwarna merah. Lalu ia menyodorkannya ke arah Neira. Namun, Neira menggeleng tidak menerima uang itu. Dan itu membuat Edgar bertanya tanya.

"Kenapa? Kurang?" Edgar mengeluarkan dompetnya kembali dan mengambil 10 lembar uang merah untuk menambah uang yang tadi ia ambil terlebih dahulu.

Neira menggelengkan kepalanya. "Aku ada uang kok kak!" Ucapnya. "Aku masuk dulu ya!" Neira langsung keluar dari mobil Edgar.

Edgar tersenyum melihat tubuh Neira dari belakang. "Neira, kamu emang beda! Kamu spesial dan kamu malah nikah sama bajingan kaya aku yang udah ngerusak mimpi kamu," Edgar langsung tersenyum kecut. Dan menjalankan mobilnya menuju kantornya.

•••

Neira memasuki kelasnya dan menemukan Kiki yang sedang memainkan hpnya. Neira menghampiri Kiki. "Ki!" Panggilnya.

Kiki yang merasa namanya terpanggil langsung menengok ke arah sumber suara. "Neira? Lo sekolah lagi?" Kiki  terkejut bukan main. Kemarin di pernikahan Neira, Neira bilang kalau ia tidak lagi sekolah.

"Iya kak Edgar izinin aku buat sekolah lagi," Neira menduduki kursi sebelah Kiki yang memang tempat duduknya.

"Serius? Tapi perut lo?" Kiki mengecilkan suaranya.

"Setau aku sih, orang hamil perutnya bakal besar nanti waktu 4 bulan. Daripada aku cuma diem aja di apartemen, mendingan sekolahkan?"

"Lo itu aneh ya nei! Orang mah seneng bisa libur sekolah, tapi lo malah minta sekolah!" Kiki menatap Neira heran.

"Aku juga gak tau aku bakal bisa terus sama kak Edgar atau engga. Walaupun cuma sampe kelas 2 SMA aja, tapi seenggaknya aku masih punya ilmu. Aku bisa kerja ngumpulin uang walaupun kerjanya semrautan, nanti aku bisa ikut paket C," Neira tersenyum kepada Kiki. Itulah Neira, ia hanya akan bicara banyak dengan orang terdekatnya saja.

"Lo dewasa banget nei!" Ucap Kiki. Neira hanya tersenyum kecil.

"Oh iya, kemaren gw ke cafe tempat lo kerja nganterin sepupu gw. Bos lo nanyain lo. Dia bilang lo udah seminggu ini gak kerja. Kalo emang lo gak mau kerja lagi, bos lo mau cari pengganti lo!"

Neira nampak menimang nimang omongan Kiki. Benar, ia mempunyai perkerjaan yang sudah seminggu ini ia tinggalkan tanpa bilang kepada bosnya. Ia juga bingung, apakah harus melanjutkan atau berhenti.

"Lo gak mau kerja lagi kan nei?" Kiki yang melihat Neira nampak memikirkan apa yang baru ia bicarakan, merasa ada yang aneh.

"Kayanya aku bakal lanjutin deh ki!" Neira mengeluarkan keputusannya.

"Nei? Yakin? Kak Edgar?" Kiki menaikkan kedua alisnya dan menatap ke arah Neira.

"Ya, aku kan kerja cuma sampe jam 6. Kak Edgar pulang kerja jam 7. Masih ada waktu kok!" Neira berbicara seakan semuanya sudah difikirkan secara baik baik.

Kiki tersenyum dan mengusap pundak Neira. "Gw tau lo itu mandiri, lo bukan cewe matre, gw bakal bantuin lo, nanti gw yang anter jemput lo!" Kiki memang bisa mengendarai motor. Jadi untuk urusan mengantar dan menjemput Neira itu hal yang mudah baginya.

Neira tersenyum. "Makasih ki!" Kiki hanya menganggukan kepalanya.

Bel pun berbunyi dan guru mata pelajaran pertama memasuki ruang kelas Neira. Semuanya pun mengeluarkan buku mereka masing-masing.

•••

Kini Edgar sedang bergelut pada kertas kertas yang menumpuk di atas mejanya. Begitu banyak perkerjaan, padahal baru ditinggal 2 hari saja. Sungguh Edgar sangat lelah.

Saat Edgar sedang mengetik di laptopnya, Cindy, sekretaris Edgar mengetuk pintu ruangan Edgar. Edgar menyuruh Cindy masuk.

"Maaf Pak! Sekitar jam 3 sore ada rapat dengan Pak Radit di Cafe Mentari," Cindy menyampaikan informasinya setelah memasuki ruangan Edgar.

Edgar mengernyitkan dahinya. "Cafe Mentari?" Ucapnya.

"Iya, pak. Menurut informasi yang saya tahu, pak Radit orang yang sederhana. Ia mengajak bapak kesana, sekalian mengingat kenangannya bersama istrinya yang sudah meninggal,"

"Oh, ya sudah!" Edgar awalnya heran, pengusaha besar akan rapat di sebuah cafe kecil itu biasanya tidak mungkin. Namun lain dengan Pak Radit yang merupakan pengusaha yang murah hati dan setia kepada istrinya walaupun sudah meninggal. Sebenarnya Edgar sudah mengenal Pak Radit, karna ia sahabat Papa Edgar.

"Ada lagi?" Tanya Edgar.

"Tidak Pak! Hanya itu saja yang ingin saya sampaikan, saya permisi dulu Pak, selamat pagi!" Cindy keluar dari ruangan Edgar.

Edgar kembali lagi kepada pekerjaannya. Namun ia mengingat Neira. Edgar berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan seperti Pak Radit. Gila sungguh gila jika saja ia berkhianat kepada perempuan spesial seperti Neira.

•••

"Oh My God! Si cewe miskin yang kecentilan ini masuk lagi? Kirain udah mati lo!" Suara perempuan yang sudah tidak asing lagi bagi Neira.

"Eh maksud lo apa?" Bukan Neira yang marah, melainkan Kiki yang mendorong bahu perempuan itu.

"Ets! Jauhin tangan kotor lo dari gw!" Perempuan itu menepis tangan Kiki dan menatap jijik ke arah Neira dan Kiki.

"Beruntung lo ketemu gw pas waktu pulang sekolah, kalo ngga, udah gw abisin lo!" Perempuan itu yang tak lain adalah Natya menunjuk wajah Neira. Kemudian ia meninggalkan Neira dan Kiki yang berada di parkiran menuju mobilnya.

"Ih!" Kiki mengepalkan tangannya dan ingin menghampiri Natya, namun Neira menahannya. "Ki!" Ucapnya.

"Gw kesel nei!" Kiki sudah sangat marah. Perbuatan Natya semakin lama semakin menjadi jadi. Ya, Natya selalu menghina dan mengejek Neira hampir setiap hari di sekolah maupun di tempat lainnya. Entah apa sebabnya Natya berbuat seperti itu kepada Neira.

"Yaudah, yuk!" Ajak Neira. Kiki mengangguk dan menaiki motornya. Kiki menyalakan motornya dan menjalankannya menuju cafe tempat Neira kerja.

•••

Annyeonghaseyo!!!
Other come back again!!!

Maaf untuk malam ini satu part dulu ya! Sumpah abis tryout badan othor ngedrop,,, tapi janji besok sampe hari minggu bakal up.

Mau dikit cerita, sebenernya Othor itu gampang sakit, jadi kecapean atau banyak fikiran bakal ngedrop. Apalagi kemarin hari rabu itu hari yang menyedihkan bagi othor... Sumpah othor hari itu gak berasa jadi manusia... Gimana sih perasaan kalian kalo gak dihargain? Dan lagi othor ngerasa kaya banyak yang bully othor... Terutama cowo2 sumpah sakit deh... Pengen banget bikin cerita tentang masa masa othor di bully dan ini real! Kalo cerita silent wife abis ada yang mau cerita tentang bully othor gak? (Answer: Gak!!!)  ya sudah deh:'(

(Jadi curhat!) gpp ya!

So gimana part kali ini?
Semoga suka dan gak bosen ya!

Sekian dulu dari othor!
Gomawo! 😘

Silent WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang