5

113K 4.4K 23
                                    

Tetesan demi tetesan air mata jatuh dari mata Neira dan menelusuri pipi mulus Neira. Ia kini sedang berada di pojok ruangan itu sambil menekuk kakinya dan memeluknya. Ia menatap benci laki laki yang sedang tertidur pulas di atas kasur. Lelaki yang dengan mudahnya mengambil mahkota yang sangat berharga bagi perempuan, termasuk Neira.

Neira mencoba berdiri sejak 15 menit ia menangis. Ia mengambil pakaiannya yang sedikit robek akibat laki laki itu. Neira mencoba berjalan keluar dari ruangan itu. Jalannya tergontai lantaran selangkangannya berdarah dan terasa nyeri. Ia tetap mencoba berjalan.

Neira keluar dari ruangan tersebut dan berniat akan pulang. Ia tidak bisa memikirkan apapun lagi. Ia juga tidak menunggu Kiki lagi. Neira berjalan dengan menangis sejadi jadinya. Walaupun ditatap aneh, Neira tidak peduli. Keperawanannya sudah sirna oleh lelaki brengsek itu.

Neira keluar dari ruangan acara tersebut dan menaiki bus menuju rumah bibinya. Ia duduk di dekat jendela masih dengan tangisannya. Ia meratapi hidupnya yang sangat kelam itu.

'Tuhan, kenapa kau tidak adil padaku? Aku sudah kehilangan kedua orang tuaku, aku sudah merasakan sakitnya di hina oleh bibiku dan orang orang di sekitarku dan sekarang aku sudah tidak suci oleh laki laki brengsek itu. Ku mohon tuhan, apalagi cobaan yang akan kau berikan padaku?' batinnya.

•••

Berkunjung untuk acara kumpul antara alumni tak pernah terlewatkan oleh Edgar dan kawan-kawannya. Karena alasan itu Edgar bisa beralasan keluar kantor dari Ayahnya. Semenjak ia dipekerjakan di kantor ayahnya, Edgar jadi susah untuk keluar bersama teman-temannya. Kini mereka berada di kantin karena sedang menunggu teman seangkatan mereka yang lainnya.

"Semalem puas nih lo dgar?" Ucap Nathan yang sedang asik meminum es-nya. Ia juga berbicara dengan bisikan karena takut terdengar dengan para siswa tentang obrolan yang tak pantas. Tak ada sautan dari Edgar, melainkan menaikan kedua alisnya tanda ia setuju.

"Tumben, biasanya lo bete," Sahut Kevin.

"Masih perawan," Singkat Edgar. Kedua temannya itu langsung terbatuk lantaran terkejut mendengar ucapan Edgar.

"Beneran? Gue gak yakin," Nathan tampak berfikir karena ucapan Edgar.

"Terserah lo mau yakin atau enggak, yang penting gue puas," Edgar tak perdulikan ucapan temannya. Ia lebih memilih memainkan handphonenya.

"Neira, jujur sama gw! Kemarin lo kemana? Dan kayanya lo abis nangis ya semalem? Mata lo bengkak! Jujur lo kenapa?" Ucap Kiki yang mendapat gelengan dari Neira.

Edgar yang merasa tertarik pada ucapan dua orang yang sedang membeli makanan tersebut pun menengok. Edgar melihat ada dua orang perempuan yang satu dengan gaya tomboynya dan satunya lagi... Edgar langsung membulatkan matanya setelah melihat perempuan yang satu lagi atau yang mempunyai nama Neira itu.

Matanya menyelusuri wajah dan bentuk tubuhnya. Benar, dia. Dia perempuan yang Edgar tiduri semalam. Kenapa dia di sekolah ini? Itulah pertanyaan yang ada di benak Edgar sekarang. Edgar masih benar benar mengingatnya. Walaupun semalam di acara itu ia mabuk, namun mabuknya tidak terlalu berat. Ia masih benar benar ingat setiap lekukan tubuh anak perempuan itu.

Edgar memperhatikan anak perempuan itu. Setelah membeli makanan, kedua anak perempuan itu pergi. Edgarpun mengikutinya.

Nathan yang melihat Edgar pergi bertanya kepada Kevin. "Mau kemana tuh anak?" Dan mendapat jawaban angkatan bahu dari Kevin. Nathanpun berniat akan menyusul Edgar namun ia menghabiskan makanannya terlebih dahulu.

•••

"Neira, gw ke toilet dulu ya! Tunggu gw disini!" Perintah Kiki pada Neira. Setelah menitipkan makanan pada Neira, Kiki pun melenggang pergi menuju toilet. Neira pun menunggunya di depan pintu toilet tersebut.

Selang beberapa detik kemudian, Neira mendapat sentuhan di pundaknya. Ia pun berniat membalikkan badannya dan melihat siapa yang menyentuh pundaknya. Matanya membulat sesudah ia melihat siapa yang menyentuh pundaknya. Ia ketakutan. Ia berniat pergi namun tangganya di cekal oleh sosok lelaki tersebut yang mempunyai nama Edgar.

"Lo! Lo cewe yang semalemkan? Ngapain lo disini?" Tanya Edgar. Neira melihat ke arah tangannya yang dicekal dan memalingkannya ke arah wajah Edgar.

"Lo siswi disini? Terus kenapa semalem lo ngelayanin cowo? Lo gak malu kalo lo ketauan jalang? Apa lo baru? Lo butuh biaya banyak? Oke gw bakal kasih uang tips buat lo, karna lo masih baru!" Ucap Edgar yang melepas cekalan tangannya, beralih mengambil dompetnya dan mengeluarkan beberapa jumlah uang.

Neira menatap benci lelaki yang ada dihadapannya sekarang. Jelas jelas dia itu bukan jalang, malahan dia adalah korban pemerkosaan. Neira merasakan sakit hati dengan ucapan Edgar. Matanya tanpa sengaja sudah membendung air mata.

"Nih buat lo! Cukup gak?" Edgar memberikan uang kepada Neira. Namun, Neira tidak juga kunjung mengambilnya dan akhirnya dia mengambil tangan Neira dan menaruh uangnya di atas tangan Neira.

"Gw saranin lo jangan jadi jalang! Lo bisa jadi model, lo cantik ya walaupun lo pendek, tapi gw rasa gak pendek pendek amat. Thank untuk yang semalem, gw bakal jaga rahasia lo kok... Dan_"

Plak!
Edgar mendapatkan tamparan yang keras dari seorang Neira. Edgar memegang pipinya bekas tamparan Neira dan menatap bingung Neira.

"Maaf kak, saya bukan jalang! Iya memang saya miskin, tapi bukan berarti saya bakal jual diri saya untuk laki laki brengsek kaya kakak. Saya... Jelas jelas disana saya sudah menolak kakak, tapi kakak memaksa saya. Saya wanita walaupun dengan seluruh kekuatan saya, tubuh saya tidak sebanding dengan kakak. Jelas jelas disini saya korban pemerkosaan kakak. Saya harap hanya kakak laki laki brengsek di dunia ini." Neira menangis sejadi jadinya. Baru pertama kali ia berbicara panjang pada laki laki. Selebihnya ia tak pernah.

Neira mendorong uang yang Edgar berikan padanya, pada dada Edgar. Ia pun melenggang pergi dengan sedikit larian. Edgar menatap punggung Neira yang semakin lama semakin kecil karna ia sudah pergi cukup jauh.

"Woy dgar ngapain lo disini?" Tanya Nathan yang tiba tiba datang dari belakang Edgar. "Eh itu Neira kan ya?" Lanjutnya setelah melihat Neira sebelum Neira akhirnya berbelok.

"Lo kenal dia?" Tanya Edgar setelah mendengar pertanyaan Nathan.

"Dia itu pujaan hati gw banget. Dia itu paling pinter tau gak. Piala aja banyak, gara gara dia. Dia itu pinter banget fisika sama matematika. Ah sayangnya dia itu pendiem banget. Padahal mau gw jadiin pacar gw tuh. Aduh Neira aku tuh cinta sama kamu!" Ucap Nathan sambil memandang kosong hadapannya. Ia berkhayal bahwa Neira akan menjadi kekasihnya.

"Kenapa lo tanyain Neira? Lo suka ya? Jangan dia pasti bakal milih gw dari pada lo!" Mendengar ucapan Nathan Edgar mendengus dan meninggalkan Nathan sendirian di tempatnya.

'Berarti gw yang udah perkosa dia? Apa gw sebrengsek itu? Pantes aja dia nolak, gw kira dia baru. Ah bodolah gak bakal terjadi apa apaan, orang cuma sekali kok' batin Edgar sambil berjalan ke arah kantin.

•••

Hai Hai!!!

Gimana?
Kalo merasa nih cerita tijel, please comment!

Sudah dulu! Bye!

Votenya ya!

Thx:'*

Silent WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang