Hari ini adalah hari pernikahan Neira dan Edgar. Tepat setengah jam lalu mereka melaksanakan akad nikah dan sekarang tinggal resepsinya saja.
Tyo menggelar pernikahan Edgar dan Neira di hotel teman dekatnya. Ia menggelar acara ini dengan megah. Banyak tamu undangan yang ia undang. Edgar pun banyak mengundang teman temannya. Namun, Neira hanya mengundang Kiki dan keluarganya saja.
Neira kini sedang duduk dengan salah satunya tangannya menggenggam segelas air putih. Entah mengapa ia merasa sangat letih. Ia duduk dengan ditemani Kiki.
"Nei, perasaan lo sekarang gimana?" Kiki menatap Neira dengan gaun pengantin putih cantik yang melekat pada tubuhnya. Neira mengangguk tanda ia baik baik saja.
"Jujur nei, gw bener bener gak pernah ngebayangin kaya gini. Yang gw bayangin kita berdua gapai mimpi kita, bukan nikah karna cowo brengsek itu!" Kiki melirik Edgar dengan jas putihnya yang selaras dengan baju gaun pengantin Neira. Ia sekarang sedang berbincang dengan teman temannya.
"Mungkin ini takdir ki!" Ucap Neira dengan suara lembutnya.
"Kalo aja tuh si brengsek gak bikin lo hamil saat lo masih sekolah, lo masih bisa capai mimpi lo! Terus lo masih mau sekolah?" Kiki menatap serius Neira yang sedang menunduk sedih.
"Eum... Papanya kak Edgar gak izinin aku buat sekolah lagi ki!" Neira mengeluarkan suara dengan nada sedih.
Kiki menatap Neira dengan perasaan iba. Sudah ditinggalkan kedua orang tua saat kecil, diperlakukan seperti budak oleh bibinya, dibully di sekolah karna orang tidak punya, dan sekarang harus menikah di usianya yang masih dini.
"Ki, kamu jijik gak sama aku?" Tanya Neira tiba-tiba.
Kiki mengernyitkan dahinya tak mengerti pertanyaan Neira, namun ia tau arah pertanyaan itu. "Nei, demi apapun gw gak pernah jijik sama lo. Asal lo tau gw bersyukur banget karna lo jadi sahabat gw. Lo itu sahabat saat gw di bawah ataupun di atas. Gw bener bener bangga punya sahabat kaya lo!" Kiki memegang kedua pundak Neira.
"Lo sahabat gw selamanya nei!" Kiki memeluk Neira. Neira pun menangis dalam pelukan Kiki.
"Ih kok nangis?" Kiki melepaskan pelukannya dan menatap wajah Neira. "Penganti apaan nih, masa nangis?" Kiki menghapus air mata Neira yang tersisa di pipinya.
Neira tersenyum dengan air mata yang terus mengalir di pipinya. Kiki lagi lagi menghapus air mata Neira. "Jangan nangis! Nanti make up-nya luntur! Acaranya belom selesai loh nei!" Peringat Kiki garang.
Neira pun langsung berusaha menghapus air matanya, walaupun nihil. Air matanya terus berjatuhan dari matanya. Dan saat yang bersamaan Edgar menghampiri Neira. Ia mengernyitkan dahinya karna melihat Neira yang terlihat sedang menangis.
"Nei? Kamu nangis?" Tanya Edgar saat ia sudah sampai tepat di hadapan Neira. Neira buru buru menghapus air matanya dan menggelengkan kepalanya.
"Bener gak apa apa?" Neira mengangguk lembut. "Yaudah, ayo aku mau kenalin kamu sama teman teman aku!" Ajak Edgar. Neira berdiri dan menaruh gelas yang ia pegang di meja yang dekat dengan posisinya.
"Ki!" Panggil Neira, Kiki mengangguk. Ia sudah tau kalau Neira minta izin sebentar untuk menemui teman teman Edgar.
Setelah melihat anggukan dari Kiki, Neira dan Edgar pun langsung melenggang pergi dari Kiki menuju teman Edgar yang sedang berkumpul. Edgar merangkul pinggang Neira. Neira hanya diam, seperti biasa dia merasa risih.
Neira sedikit gugup saat sudah sampai di tempat dimana teman Edgar berkumpul. Ia sedikit menunduk dan menggigit bibirnya.
"Jangan gugup!" Bisik Edgar di telinga Neira. Neira pun mengangguk pelan dan menghembuskan nafasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Wife
Teen FictionSemua karna "Takdir" Yang membuat Neira harus merasakan kehidupan baru di saat ia masih SMA. Dengan kepolosannya dan sifat pendiamnya dia harus merasakan hamil di luar nikah karna seorang Edgar Hyanantyo, seorang direktur muda yang masih bersikap la...