Prolog

519 37 2
                                    


Yebin menemukan note lagi didalam kotak kadonya.

'Yebin-ah, tunggu aku sampai musim dingin. Waktu musim dingin dateng, aku bakal jemput kamu di depan toko roti itu.
-M'

Dan ponselnya berbunyi.
-

Mereka semua cemas sambil mendengar nada tunggu dari speaker ponsel.

"Halo?" Suara itu membuat perasaan Minkyung nggak karuan.

"O-oh.. Yebin-ah.. ini aku." Suara Minkyung bergetar.

Berbeda dengan reaksi Minkyung, terdengar kebahagiaan di suara Yebin.

"Kim Minkyung! Aku baru aja nerima kadomu, aku suka bangeeeeeeeetttt. Makasih ya! Kamu nih."

Lalu Minkyung berpura-pura bahagia.
Yang lain bertukar pandangan karena mendengar Yebin yang terlampau senang tanpa tau apa yang bakal terjadi selanjutnya.

"Aku seneng kalau kamu suka- "

Yebin memotong pembicaraan Minkyung,
"aku seneng seneng bangeeeeet, dari kemarin kamu kasih surprise terus."

"Yeb-"

Di potong lagi

"Baru sehari pergi udah telfon aja-"

"Kang Yebin, aku mau ngomong dulu."

Lalu, Yebin baru berhenti menyela pembicaraannya Minkyung. Kalo lagi seneng, Yebin emang suka gitu.

"Iya, mau ngomong apa?" Mendengar itu, Minkyung memandangi semua orang.. meminta dukungan. Jiqieong mengelus lengan Minkyung.

"Yebin, aku mau kita putus. Aku nggak bisa ngelanjutin hubungan kita."

Suara Minkyung jelas, tapi nggak ada respon dari Yebin.

"Yebin?"

Minkyung yakin saluran telfonnya masih nyambung.

Lalu yang terdengar malah.. suara kaca yang pecah.

Semua orang di dorm kaget. Nggak percaya sama yang mereka denger. Minkyung mulai panik,
"Kang Yebin?! Halo?! Yebin-ah!"

"Hmm?" Jawabnya lembut, seperti nggak terjadi apa-apa.

"T-tadi k-kamu, kamu nggak papa kan?" Pertanyaan bodoh dari Kim Minkyung.

Yebin tertawa.
"Pertanyaan macam apa itu. Kamu baru aja minta putus dan berharap aku nggak papa?"

"Kamu percuma capek-capek bikin suprise sejak kemarin-kemarin."

"Aku tau, mulai hari ini nggak ada Kim Minkyung. Selamat ya, kamu officially Kim RoA."

Sambungan telfon tertutup. Mereka semua masih tegang.

Minkyung terdiam. Mencerna apa yang barusan terjadi.

-
Berkali-kali ketukan dipintu kamarnya terdengar.
"Kang Yebin! Kang Yebin!"

"Kang Yebin buka pintunya!"

Dengan senyum tipis dan mata merah ia membuka pintu kamar. Laki-laki dengan wajah yang panik menyambut saat pintu kamarnya terbuka.

"Ada apa?!" Ia mencengkeram kedua lengan Yebin. Yebin hanya tertawa kecil.

"Sejak kapan kau peduli?" Laki-laki itu melirik ke dalam kamar Yebin, kaca berserakan dimana-mana. Benar, sesuai yang ia dengar.

Yebin membanting pintu tepat di hadapan laki-laki itu. Untung saja, wajah tampannya tak menjadi korban. Tak lama, adik perempuannya itu keluar.

"Yebin-ah, kau mau kemana?" Ia menarik pundak Yebin.

A | Rore • MinkyebinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang