JODA 9

4K 226 0
                                    

Vote🌟 & Koment💬.
Happy Reading😘💞.

*****

"Kamu??--" tanya Aira menggantung sekaligus tak percaya.

"Bagaimana bisa?" gumam Aira masih terkejut.

"Kenapa nak? Kamu mengenalinya?" tanya Sarah. Semua orang menatap Aira dengan penuh penasaran, sedangkan lelaki itu hanya tersenyum.

"Umi, dia dia teman kampus Aira" ucap Aira sanbil menunduk.

"Ohh, jadi kalian berdua sudah saling mengenal," ucap Maryam yang merupakan ibu dari Bilal lelaki yang akan mengkhitbah Aira.

"Iya bunda, Aira teman kampus Bilal yang sering Bilal ceritain," ucap Bilal.

"Masya Allah, emang nggak salah putra kita milih calon istri yah bun?" tanya Adam suami Maryam.

"Iya Yah" ucap Maryam.

"Pak Ismail, bagaimana jika acaranya kita mulai saja sekarang?" tanya Adam meminta ijin.

"Oh silahkan saja, Aira sini nak" ucap Ismail menyetujui saran Adam.

Aira duduk di samping Sarah dan Ismail. Aira menunduk tak berani menatap Bilal karena ia yang di tatapnya saja sudah deg-deg'an tidak karuan apalagi jika ia ikut menatapnya, hilang sudah keberanian Aira.

"Pak Ismail, bu Sarah dan nak Aira, maksud kedatangan kami sekeluarga disini yang pertama ingin bersilaturahmi dengan keluarga pak Ismail, yang kedua kami berniat untuk menjadikan nak Aira sebagai menantu kami sekaligus mengkhitbah nak Aira untuk putra kami Bilal Zakaria, jadi nak Aira berkenankah menerima khitbah ini?" ucap Adam memulai acaranya.

Aira yang masih menunduk diam, ia bingung harus menjawab, kegugupannya membuat lidahnya kelu untuk menjawab, sementara Ismail dan Sarah tersenyum.
"Sekarang giliranmu nak, ayo katakan apa tujuanmu kemari pada nak Aira." suruh Adam. Bilal mndongak lalu ia menyiapkan serta mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakan tujuannya.

"Bismillahirrohmanirrohim, baiklah seperti yang baru saja ayah saya katakan, disini saya Bilal Zakaria datang kemari bertujuan untuk meminang dan mengkhitbah Humaira sebagai istri saya nanti, jadi Humaira--" ucap Bilal menjeda ucapannya karena ada sedikit keraguan dalam hatinya bahwa Aira akan menolaknya.

Adam dan Maryam yang sudah menunggu kelanjutan ucapan Bilal, Adam pun menyenggol lengan Bilal pelan.
"Lanjutkan nak," ucap Adam. Ismail, Sarah, Adam, dan Maryam tau bahwa saat ini Bilal masih gugup.

Bilal mengumpulkan keberaniaannya lagi, dalam hati ia berharap bahwa Aira tidak akan menolak khitbahnya.
"Jadi, Humaira maukah kamu menjadi istriku?" lanjut Bilal.

Aira yang sudah dari tadi gugup pun tambah gugup saat Bilal bertanya padanya, tapi ia harus menjawabnya, ia teringat ucapan orangtuanya semalam.
"Aira, Aira--?" ucap Aira sama sama gugup.

Sarah yang melihat kegugupan putrinya langsung menggenggam tangan putrinya untuk memberinya kekuatan, kemudian Aira menatap Sarah yang sedang tersenyum dan pelan pelan Sarah mengangguk.
"Bismillahirrohmanirrohim, Atas izin Allah, saya Humaira Insya Allah menerima khitbah dan Insya Allah saya mau menjadi istri dari Mas Bilal Zakaria," ucap Aira dengan segala keberaniannya.

"Alhamdulillahirobbil alamin," ucap semuanya. Semua orang tersenyum mendengar jawaban dari Aira, Aira yang sudah mengatakan itu langsung sedikit lega setidaknya kegugupannya sudah mereda.

"Syukurlah nak Aira sudah menerima khitbah dari Bilal," ucap Maryam.

Bilal mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku bajunya, lalu ia meletakan kotak kecil itu di meja.
"Humaira, terimalah dan pakailah cincin ini sebagai ucapan terimakasih sekaligus sebagai bukti keseriusanku padamu," ucap Bilal.

Aira menatap kotak kecil yang berisikan cincin putih dengan hiasan menarik, sederhana tapi indah.
"Aira--?" ucap Aira terpotong.

"Terimalah nak, Bilal hanya memintamu untuk menerima dan memakai cincinnya, tenang saja Bilal membeli cincin itu dengan hasil keringatnya sendiri bukan dari kami nak" ucap Adam. Aira mendongak sedikit menatap Bilal yang sedang menatapnya, baru saja mata ia bertemu dengan Bilal, Aira langsung menunduk lagi.

"Ambil lah nak, hargai hasil kerja calon suami'mu," ucap Ismail. Akhirnya Aira mengambil kotak itu lalu perlahan ia memakaikannya di jari manis tangan kirinya.

"Terimakasih mas, maaf kalo Aira jadi bikin mas repot," ucap Aira masih terus saja menunduk.

"Nggak ngrepotin kok," ucap Bilal.

"Alhamdulillah, prosesi khitbah'nya sudah berjalan lancar, sekarang bagaimana jika kita menentukan tanggal pernikahannya? 2 minggu lagi bagaimana?" saran Maryam antusias.

Semua orang yang mendengar terkejut menatap Maryam.
"Ada apa? Yang aku katakan benarkan?" tanya Maryam.

"Apa itu tidak terlalu cepat Bun? Kasian Aira dan Bilal mereka masih sama sama kuliah" ucap Adam.

"Nggak kok, lagipula Bilal juga udah belajar bekerja kan nak buat nafkahin Aira nanti? Lalu tunggu apa lagi?" tanya Maryam.

"Bun, apa itu tidak terlalu cepat? Bilal masih belajar bekerja, belum sepenuhnya bekerja" ucap Bilal.

"Iya bu, saya kira yang dikatakan nak Bilal ada benarnya, biarkan dulu mereka mempersiapkan semuanya sebelum membentuk rumah tangganya, biarkan Aira memperbaiki diri sekaligus belajar menjadi istri dengan di pandu oleh Istri saya, dan nak Bilal biarkan mencoba sekaligus belajar bekerja untuk menafkahi keluarganya nanti," ucap Ismail.

"Saya setuju itu, bagaimana jika kita berikan mereka waktu untuk saling memperbaiki diri dalam waktu 3 minggu? Saya kira cukup bagi mereka," ucap Adam.

"Semua tergantung mereka, karena nak Bilal dan Aira yang akan melaksanakannya, bagaimana pendapat ayahmu tadi nak menurutmu?" tanya Ismail.

"Bilal minta waktu 1 bulan untuk memperbaiki diri, Bilal rasa 1 bulan waktu yang cukup," ucap Bilal mantap.

"1 bulan? Baiklah, kalo nak Aira bagaimana menurutmu?" tanya Adam.

"Emm Aira, ikut mas Bilal aja," ucap Aira.

"Baiklah, jadi semuanya sudah jelas kan? Kita kasih kalian waktu 1 bulan untuk memperbaiki diri masing masing" ucap Adam setuju. Lalu semuanya senang dengan keputusan yang diberikan oleh Bilal dan Aira. Aira diam diam tersenyum.

*****

Keluarga Bilal sudah kembali dari rumah Aira karena sebelumnya mereka mengantar keluarga Bilal hingga depan rumahnya saja. Aira yang ikut mengantar keluarga calon suaminya pun tersenyum sendiri selepas kepergian mereka, Aira menatap cincin pemberian Bilal yang ada di jari manis tangan kirinya.

"Kenapa hemm? Kamu suka cincinnya nak?" tanya Sarah.

"Tau tuh, diliatin mulu perasaan cincin dari calon suaminya" ledek Ismail sambil merangkul Sarah.

"Eh Abi sama Umi apaan sih? Siapa juga yang ngliatin cincinnya mulu? Orang tangan Aira tadi gatal aja kok," elak Aira. Ismail dan Sarah tersenyum melihat sikap dari putrinya yang malu malu.

"Umi,Abi, Aira nggak nyangka kalo ternyata mas Bilal yang khitbah Aira, pantesan aja kalo di kampus pas ketemu bilangnya aneh aneh, ternyata ini maksudnya," ucap Aira.

"Sudahlah nak, jangan memikirkan calon suamimu itu,belum halal buatmu nak, dosa." ucap Ismail mengingatkan.

"Astagfirullahaladzim, maaf Abi, Aira lupa" ucap Aira.

"Sudahlah ayo masuk terus bantuin Umi ngeberesin semuanya," ajak Sarah pada Aira.

"Iya Umi," sahut Aira sambil mengikuti Sarah masuk kedalam rumah.

*****

TBC

JODA (Jodoh Dari Allah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang