Ch 2

27.6K 597 2
                                    

Fressia mulai merebahkan tubuhnya, ia merasa setiap sendinya akan terlepas dengan sendirinya padahal baru sepekan ia bekerja dengan kelvan tapi pria itu begitu sibuk ah bukan hanya begitu tapi sangat teramat sibuk hingga ia merasa seperti kerja rodi.

Ternyata dia pria pekerja keras, aku kira ia hanya tahu cara menerbangkan burungnya secara bebas, batin sia.

Meski baru sepekan bekerja tapi ia termasuk sosok yang mudah bergaul sehingga dengan cepat pula ia menerima beberapa info gosip seputar karyawan yang bekerja di sana, juga tentang tabiat kelvan yang hobi mencelupkan sosis panjangnya pada banyak wanita entah itu karyawannya sendiri atau bahkan model yang menjalin kerjasama dengan perusahaannya.

Tring~

Sia mengambil ponsel di dalam tas dengan penuh usaha karena punggungnya seakan telah merekat di atas ranjang, sebuah pesan masuk dari tommy, sahabatnya.
Ya sia memiliki seorang sahabat dan itu pria, mungkin untuk kebanyakan orang beranggapan bahwa pria dan wanita tak bisa berteman tapi hal itu tak berlaku untuk sia karena ia benar-benar tidak memiliki perasaan pada tommy walau hanya seukuran biji wijen. Persahabatan mereka telah terjalin saat keduanya berusia 10 tahun, mereka tumbuh besar bersama saat itu sia baru pindah di Boston setelah diadopsi oleh keluarga barunya. Sebelumnya ia seorang yatim piatu disalah satu panti asuhan di Thailand hingga akhirnya saat ia kecil seorang wanita paruh baya memanggilnya 'putriku' diiringi sebuah pelukan hangat. Kata sederhana itu mampu membuat dirinya menangis bahagia. Selama ini sia hanya membayangkan bagaimana rasanya jika memiliki orang tua, bagaimana rasanya di peluk setiap terbangun karena mimpi buruk di tengah malam, bagaimana rasanya sarapan dengan susu hangat juga rasanya memanggil mama dan papa.

'Sedang apa?' ia membaca pesan tommy dengan nada datar dan segera membalasnya.
"Aku sedang memperbaiki setiap sendiku yang hampir terlepas" balasnya segera

"Haha turunlah, aku membawakan sesuatu"

Segera sia mengintip dibalik tirai kamarnya yang berada di lantai dua, tom selalu punya cara untuk membuat sia bangkit dari ranjang. Ia melihat sosok pria dengan rambut terang sedang mengangkat sebuah kotak di bawah sana dengan senyum pepsodent.

Klek~

Daun pintu berwarna coklat gelap semakin dekat dalam jangkauan sia yang terus melangkah maju. Wanita itu membuka pintu dengan cela yang tak lebar dan segera membalikkan tubuh tanpa menunggu tom muncul. Beberapa detik kemudian tom muncul membuka pintu dengan lebar dan menggoyangkan kotak membuat suara yang terdengar srek...sek...serk...

"Masuklah"

Ia tak sanggup jika harus berdiri lebih lama lagi atau bahkan duduk dengan sopan, begitu melihat sofa dengan cepat ia mulai merebahkan tubuhnya di atas sofa berukuran panjang meski tak sesuai dengan tingginya karena sofa itu membuat kedua kaki sia tergantung. Tangannya mulai menggerayangi meja yang berada tak jauh dari posisinya mencari remote control dan mulai menyalakan televisi melihat acara keluarga yang penuh dengan tawa renyah, ini begitu ampuh untuk meramaikan rumah yang hanya ia tinggali sendiri.

"Apa begitu melelahkan?" Tommy tampak ingin memastikan sekali lagi seakan tak puas melihat sikap sia.

"Sangat, aku bahkan tidak menyangka mendapat kerja di California ternyata sesibuk ini."

"Aku pun tidak menyangka bisa mengikuti mu yang ingin pindah ke California seorang diri dan membuat ibu mu memintaku untuk menjaga mu"

Sia dan tommy adalah seorang pendatang, mereka telah berada di california hampir satu tahun. Tentunya tommy lah yang mengekori sia kemanapun wanita itu pergi dan karena hal itupun tommy pada akhirnya membuka cabang perusahaan ayahnya di kota ini. Membahas tentang ibu membuat wajah sia tampak sedih, ia memang tak mengatakan jika merindukan ibunya tapi mimik wajah tersebut mampu menjelaskan semua.

Temporersex (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang