Ch 14

11K 354 1
                                    

Sia memiringkan kepalanya, berfikir dengan caranya. Apa ini benar-benar hanya kebetulan?

Kali ini ia melirik keruangan kerja kelvan untuk kesekian kalinya dan terhenti saat lirikannya terkunci pada dave yang juga menatapnya. Sia hampir terjingkat.

Kelvan memasang wajah tenang meski dalam hatinya ia begitu membenci tatapan dave pada sia, terlebih saat ia mendapati kedua orang itu saling bertatapan dan segera menekan remote untuk memburamkan kaca (Q-film) ruang kerjanya.

“Saya tidak menyangka jika anda salah satu investor yang berani menanam modal begitu besar pada project ini”

“Aku buka anak kemarin sore dalam urusan investasi, aku melihat film ini menjanjikan” Dave memberikan senyum khasnya.

Tak lama terdengar suara ketukan dan anna muncul dibalik pintu dengan membawa dua cangkir kopi, wanita itu mengamati dave. Baru pertama kali ini ia bertemu pria yang setara dengan kelvan entah dari latar belakang keluarga, bisnis yang mereka pegang hingga ketampanan. Sebelum anna memasuki ruangan kelvan ia telah mencari informasi terkait dave dan menaruh perhatian pada pria tampan itu. Jika kedua pria itu berambisi menjadi sukses, ambisi anna adalah menikah dengan pria terkaya yang berhasil ia temui. Setiap orang memiliki ambisinya sendiri.

Dave meraih ganggang pintu bersiap meninggalkan ruangan kelvan setelah obrolan seputar pekerjaan, sebelum ia benar-benar membuka pintu kelvan melempar pertanyaan yang membuat dave hanya tersenyum.

“Mengapa harus sia?”

“Karena aku percaya padanya” ucap dave dan segera menghilang dari balik pintu.

Kelvan memicingkan matanya, saingan yang cukup kuat telah muncul walau ia merasa jika kekasih sia yang sebenarnya merupakan saingan terberat tapi melihat sikap dave yang terlihat lebih ambisius dari dirinya membuat ia waspada. Ya, kelvan tak mengetahui kenyataan jika sia dan nick telah berpisah dan nick menghilang dalam semalam.

“Apa kau sibuk?” dave berdiri tepat disisi pembatas meja kerja sia.

“Entahlah, aku rasa tidak” ucapnya ragu dan mengingat janji untuk hari ini.

“Bagus, aku menunggu mu sepulang kerja” dave memperlihatkan deretan giginya yang tampak rapih dan segera berlalu menjauh dari meja sia.

Sia bahkan belum menyetujuinya tapi dave telah menjauh, tak ada pilihan selain menyetujuinya. Kelvan melihat semua sedari tadi, ia mengingat percakapan dengan dave beberapa saat lalu.

“Aku akan menjadi investor utama pada project ini tapi dengan satu syarat” dave menyilang kan kaki dan mulai menyandarkan punggungnya agar terasa nyaman.

“Sebutkan apa syaratnya” sejujurnya kelvan memang tergiur saat mendengar ucapan dave, jika hal itu terjadi bukankah ia tak perlu pusing memikirkan tentang biaya produksi film yang diprediksinya akan membutuhkan banyak biaya.

“Aku ingin fressia ikut andil dalam project ini” dave tersenyum tipis.

Kelvan memang bukan ahli fisiognomi tapi entah mengapa ia merasa dave seseorang yang jauh lebih ambisius dari pada dirinya dan sedikit menyeramkan baginya. Kelvan tak mengerti bagaimana mengungkapkan deskripsi menyeramkan yang berada pada dave, tentunya hal menyeramkan itu tak berhubungan dengan wajah dave, itu tak mungkin. Lebih tepatnya pada kepribadian dave, ada sesuatu pada dirinya.

Sia mulai meregangkan tubuhnya, ia merasa jika punggungnya membentuk huruf C dan begitu menyakitkan.

Hah~

Sia menghela nafasnya dan melihat jam tangan.

“5 menit lagi jam pulang” ucapnya pelan dan mulai memasukkan beberapa barang dan tak menyadari jika beberapa gadis berjalan menghampiri meja kerjanya.

“Sia.. apa kau kenal dengan  pria yang tadi datang keruang kerja pak kelvan?” ucap molly, salah satu karyawan kantor dari divisi lain.

“Kurang lebih” sia mengangguk pelan

“Aku baru tahu jika pria yang ada di sekelilingmu seperti itu, kenalkan satu untuk ku berkencan atau pria tadi pun bisa” goda molly dan membuat beberapa wanita yang mengelilingi sia terkekeh.

“Aku baru mengenalnya saat perjalanan bisnis kemarin dengan pak kelvan”

“Jika aku tahu menjadi sekretaris pribadi akan begitu menyenangkan seharusnya aku melamar posisi itu” ucap nat, salah satu wanita yang mengerubungi sia.

“Apa kamu-“ ucapan molly terpotong saat anna muncul dan membubarkan gerombolan fans dave.

Terlihat dengan jelas wajah anna tampak kesal saat melihat sia, dan sia hanya mengerutkan alisnya tak mengerti dengan tatapan anna. Melihat sia yang telah mengambil mantel bersiap pulang memberikan ide licik pada anna. Segera ia mengambil beberapa dokumen untuk sia dan meminta ia menyelesaikan semua itu, meski sia tahu jika sikap anna begitu kekanakan tapi sejujurnya ia beruntung karena dapat menghindari tawaran dave. Biar bagaimanapun sia tak benar-benar mengenal dave dan terasa asing jika harus dengan mudah menerima setiap tawarannya.

Sia hanya menganggukkan kepalanya pelan dan menerima semua tugas yang anna berikan. Hanya ada sia dan kelvan di lantai itu, sia melihat ruangan kelvan dengan lampu kerjanya masih menyala. Sia mengingat kejadian saat itu dan segera menepisnya dengan gelengan kepala. Ini terasa salah. Setidaknya itu yang sia yakini.

Sia melihat ponselnya yang memperlihatkan pukul 07.14 PM ia tertahan di kantor hampir 2 jam dan mulai merasa lapar. Ia membuka laci kerjanya mengambil ramyeon yang ia simpan sendiri, bukan karena kantor tak menyediakan makanan instan tapi sia cukup rewel jika soal ramyeon. Saat sia berdiri dan bersiap meninggalkan meja kerjanya tatapannya saling bertemu dengan kelvan, pria itu berdiri dengan tegap menatap sia. Mereka terkunci dalam keheningan.

Kelvan mendekat perlahan kearah sia dan genggaman tangan sia semakin kencang saat memegang sebungkus ramyeon, jantungnya berdegup kencang.

“Apa ada tugas yang belum selesai?” kelvan terlihat bingung, ia tahu jika sia bukan tipe yang lambat dalam menyelesaikan tugasnya dan ini pertama kalinya ia melihat sia lembur. Sejujurnya kelvan membenci karyawan yang lembur karena itu pertanda jika karyawan itu kurang cakap menyelesaikan tugas selama jam kerja, tapi untuk sia sebuah pengecualian.

“Anna memberiku beberapa tugas tadi, aku rasa aku harus menyelesaikan itu hari ini” sia menjawabnya tenang meski dalam hati terasa begitu aneh dengan detak jantungnya seakan dirinya telah berlari maraton, ia masih menundukkan wajahnya.

Kelvan menatap sebungkus ramyeon dalam genggaman sia.

“Apa anda bersiap pulang kerja?” ucap sia melihat kelvan membawa tas kerja dan mantel tergantung di tangan kelvan.

“Tidak.. aku ingin beli makan” bohong! Kelvan memang berniat pulang tapi ia mengurungkan niatnya spontan.

“Apa kamu punya ramyeon lagi? Tiba-tiba aku ingin makan itu” kelvan melanjutkan ucapannya, kali ini ia dapat melihat wajah sia dari dekat. Wanita itu mendongak begitu mendengar ucapan kelvan.

“ya?” sia tampak terkejut

“Ajak aku makan ramyeon” kelvan mengulang ucapannya dan terdengar sebuah lonceng yang berbunyi diantara mereka.

Ini mendebarkan saat mendengar kata ramyeon.

To be continue...

Temporersex (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang