Ch 6

17.8K 496 2
                                    

Sia mulai membuka iPadnya dan sibuk menata jadwal pekerjaan kelvan serta membuat janji selama perjalanan bisnis mereka besok tapi entah mengapa sia masih belum menerima laporan tentang client yang akan ditemui selama di Thailand. Kelvan melempar semua pada Anna membiarkan wanita itu mengurus segala bahan presentasi juga dokumen penting nanti  dan sia hanya mengiyakan hal tersebut.

Sepasang sepatu pantofel mengilap melangkah cepat sang pemilik tak menggubris sapaan sia yang ramah mengucapkan 'selamat pagi' pria itu masih marah dengan kejadian semalam dan sia tak ambil pusing akan hal tersebut. Dengan acuhnya sia membalik tubuhnya dan segera kembali duduk menatap dokumen yang harus ia arsip.

Kelvan mengusap wajahnya kasar mengingat kejadian beberapa menit lalu saat dirinya bertemu sia, itu memang pertemuan yang singkat tapi bagi kelvan hal singkat tersebut mampu menghancurkan suasana hatinya di pagi hari ini. Sejak semalam kelvan masih mengulang kejadian yang terjadi di tempat gym, mengulang setiap ucapan sia dan ekspresi wajah wanita tersebut. Biasanya setiap ada hal yang mengusik pikiran atau bahkan perasaannya kelvan selalu mencari wanita yang dapat mengalihkan hal yang mengusiknya tapi entah mengapa kelvan benar-benar tak dapat melakukannya. Ia semakin gila. Sesekali kelvan melirik kearah kaca yang menyuguhkan pemandangan tentang kesibukan sia di meja kerja.

"Dia tak secantik itu untuk jual mahal pada ku, bukankah dulu dia bahkan menyatakan cinta pada ku? mengingatnya membuatku semakin kesal. Apa dia sedang tarik ulur membalas penolakan ku dulu?" ucapnya lirih dan menatap sia dari kejauhan.

Disisi lain sia merasakan hawa asing seakan ada seribu mata yang menatapnya dan membuat rasa tak nyaman. Begitu pandangannya mengedar tanpa sengaja tatapan mereka bertemu, ia mendapati pria itu menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan secara bersamaan mereka berdua segera mengalihkan pandangan satu sama lain. Ini benar-benar canggung.

Hari ini berjalan dengan tenang dan sia bernafas lega. Mengingat soal Nick cukup merisaukan hati sebenarnya sia ragu untuk menginjak pedal gas nya, bimbang? tentu... tapi setelah beberapa menit membenamkan wajah pada setir mobil wanita itu memutuskan untuk pulang. Ia harus memberikan waktu pada Nick juga dirinya, mengambil keputusan dalam kerisauan hati bukan hal mudah terlebih harus menahan semua yang ingin di lakukan. Sesungguhnya Sia ingin datang pada Nick memberikan sebuah penjelasan yang bahkan telah Nick hafal atau meminta Nick menunggu hingga dirinya siap tapi sikap seperti ini tak benar setidaknya membiarkan situasi cukup tenang meski dalam hati gemuruh itu tetap kencang merisaukan. Perlahan ban mobil mulai melambat, matanya menyipit melihat sosok yang membelakanginya, semakin dekat sia mulai mengenali punggung tersebut. Sosok tinggi yang sedari tadi menunduk seakan ada koin yang jatuh di sana.

"Apa yang kau lakukan Nick? Kau bahkan tidak menghubungiku jika akan datang" Sia tampak bingung dan berusaha mengingat apakah ia melupakan janji dengan kekasihnya.

"Tak apa, aku hanya ingin memberikan ini" Nick menyerahkan bunga tulip kuning cerah.

"Kau tak perlu repot-repot melakukan ini"

"Tidak, aku harus melakukannya selagi aku memiliki kesempatan untuk memperbaiki masalah kemarin"

Tanpa sadar Sia tersenyum begitu lebar dengan mata berkaca-kaca langkah kakinya lambat tapi wanita itu melangkah tanpa keraguan mendekatkan diri pada Nick memberikan ciuman manis pada sang kekasih dengan penuh cinta. Terkadang tak semua masalah akan selesai dengan sebuah penjelasan atau bahkan sebuah janji untuk tak membiarkan masalah tersebut terulang lagi, cukup sebuah sikap manis juga hadia kecil sederhana dan tanpa penjelasan apapun masalah ini berakhir dengan sikap dewasa Nick.  

***

Sia mulai menyibukkan dirinya dengan iPad yang selalu ia bawa. Bukan untuk bermain sosial media, tapi membaca e-book miliknya walau sesekali ia akan melirik kearah kelvan yang sejak awal sibuk dengan ponsel dan earphone miliknya. Entah lah pria itu tampak tenang, sia menebak jika kelvan mungkin saja sedang menonton video porn* dan memasang wajah sok cool. Selama penerbangan mereka tak membuka suara meski hanya sekedar basa basi semata.

"Ahh akhirnya" Sia meregangkan tubuh begitu pintu kamarnya tertutup, matanya mulai menyusuri setiap sudut kamar hotel yang ia huni selama perjalanan bisnis. Itu bukan sembarang kamar, ia bahkan terkejut jika perjalan bisnis akan semewah ini. Sebuah lukisan besar berada disisi dinding dekat pintu jika melangkah sedikit maju ia mampu melihat ruang tamu dengan kaca besar. Sinar mentari mengisi seluruh ruangan, terasa hangat dan ia sangat menyukai hal ini. 
"Aku bahkan baru tahu jika perjalan bisnis akan disediakan kamar suite seperti ini" ucapnya yang sibuk berkeliling melihat setiap sudut kamarnya. Melakukan room tour dadakan, sedikit kampungan memang meski ia telah beberapa kali menginap di beberapa hotel tom dan menerima pelayanan special karena berlabel 'sahabat' dari sang pemilik tapi sia tetap saja takjub.

Tok tok~

Dengan polosnya sia segera membuka pintu kamar begitu mendengar ketukan, reaksi alami setiap mendengar ketukan di pintu kita akan berlari mendekat untuk membuka pintu tapi bukankah kita selalu mengeluarkan pertanyaan seperti 'siapa?' atau bahkan melihat layar interkom terlebih dahulu. Begitu pintu terbuka ia membatu melihat kelvan berdiri tepat di hadapannya.

"Ada apa?" begitu melihat Kelvan tanpa sadar ia mendorong pintu untuk mengurangi celah dan menyisakan setengan tubuhnya terlihat di balik pintu.

"Aku ingin berkeliling melihat hotel ini karena mungkin perusahaan kita akan membeli beberapa saham milik inCube, apa kau tertarik berkeliling bersama?"

Apa?, Ucapnya dalam hati sembari mengangkat satu alisnya. Tentu dirinya tak dapat menolak hal tersebut apa lagi ini masih jam kerja walau mereka tak berada di kantor tapi ini sebuah business trip bukan holiday.
"Tentu, saya akan berganti pakaian. Anda bisa menunggu di lobi"

"Aku akan menunggu dikamar ku, kamu bisa meneleponku saat semua sudah selesai" kelvan berjalan membuka pintu yang berada tepat di samping kamarnya.

Ya, mereka akan menjadi tetangga tiga hari kedepan selama di Thailand.

Sia mulai menyusuri setiap sudut hotel bersama dengan kelvan. Mengamati jika hotel tersebut dapat berkembang lebih, tidak hanya dalam perhotelan tapi juga wahana hiburan dan itu bukan hal yang tidak mungkin untuk direalisasikan.
Mereka berdiskusi cukup lama dan memperkirakan tentang keuntungan jika membeli beberapa saham juga memeriksa harga saham perlembarnya.

"Besok kita akan bertemu dengan calon rekan bisnis kita, aku berharap besar untuk memenangkan tender ini"

"Kalau boleh tahu perusahaan apa yang sedang anda incar? Karena saya sampai detik ini belum menerima laporannya"

"Kau akan menerimanya nanti malam" ucapnya singkat

"Baik akan saya tunggu, kalau begitu saya permisi karena ini sudah sore dan jam kerja saya berakhir" Sia mulai menundukkan kepalanya dan segera bergegas menjauh.

"Aku ingin kau menemani ku makan malam karena aku tak mengerti apapun tentang Thailand, maukah kau membantu ku?"

Sia membalikkan badan menatap kelvan penuh selidik dan menimbang keputusannya.

"Ok"

"Aku akan mengetuk pintu kamar mu nanti" Kelvan memperlihatkan deretan giginya ia tampak senang saat sia menerima ajakan itu.
"Yes akhirnya langkah pertama akan dimulai, aku akan mendapatkan mu sia" ucapnya pelan melihat punggung sia yang telah menjauh.

TBC—

______________________________
Ternyata kelvan ingat kalau sia dulu pernah nembak dia, wahh jadi selama ini dia pura-pura gak tau ternyata.

Jangan lupa vote, itu tidak merugikan kalian jadi beri aku semangat yah 😉
Terimakasih ❤️

Temporersex (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang