Ch 36

5.7K 204 6
                                    

Kelvan memejamkan matanya, dengan sengaja memutar adegan dimana ia bertemu sia. Tubuh sia terlihat lebih kurus. Tanpa sadar dahinya berkerut, kini wajahnya seakan menahan rasa sakit. Selama tiga bulan ini sia dan kelvan memang jarang bertemu, sia sibuk dengan project bersama dave dan hampir setiap hari ia akan berada di luar kantor, kelvan pun sibuk dengan pekerjaannya. Jika kalian penasaran dengan anna, wanita itu masih berada di samping kelvan meski anna terlihat menyebalkan tapi ia begitu pandai mengatur segala urusan kelvan dan inilah alasan ia bisa menjabat sebagai ketua sekretaris. Semua memiliki alasan. Setelah kejadian video tersebut kelvan mengurangi intensitas bersama anna, meski untuk urusan pekerjaan. Tentu anna tak menerima situasi ini dengan cuma-cuma, ia masih bersikeras membuat kelvan kembali pada dirinya tapi itu hanya bertahan 2 bulan, setelah itu ia angkat tangan.

Terdengar ketukan ringan beberapa kali, liam melangkah masuk membawa makan malam. Hampir satu bulan ini kelvan selalu makan di ruang kerja di banding meja makan dan juga ia lebih sering tidur di sini di banding kamar utama. Dari waktu ke waktu ia semakin kesepian bahkan setiap berada di tempat yang dipenuhi oleh bayangan sia ia semakin tersiksa dalam kesalahan yang dibuatnya seorang diri. Kelvan belum menceritakan hal ini pada liam tapi meski begitu liam tau jika sesuatu telah terjadi diantara pasangan muda ini.

Sia masih berusaha membuka kedua matanya meski saat ini ia sedang menuruni tangga, salah satu tangannya memegang kayu yang menjadi pembatas. Ia mencari tom. Terkadang sia akan menginap di rumah tom terlebih jika itu akhir pekan, ia tak ingin berada di rumah yang bahkan masih memiliki aroma tubuh kelvan. Dia tak suka melihat ranjangnya, melihat kulkas bahkan sofa dekat jendela, ia sangat membenci setiap tempat yang meninggalkan kenangan indah yang menyakitkan bersama kelvan meski ia tahu itu bukan salah sofa atau bahkan ranjang. Ia mencari tom di kamar utama dan ternyata pria itu sedang sibuk dengan laptopnya dengan keadaan shirtless. 

Butuh beberapa menit untuk membuat tom sadar jika sia sedang berdiri di sisi pintu menunggu dirinya untuk melakukan rutinitasnya, membuat sarapan. Jangan berpikir jika sia lah yang menyuruh tom, semua ini adalah kebiasaan karena tom tak begitu menyukai masakan sia, lagi pula ia pernah mengikuti kelas memasak jadi jangan ragukan keahliannya begitu memegang teflon juga spatula.

"Sudah bangun?" Tom tersenyum hangat kearah sia.

"Seperti yang terlihat"

"Aku akan buatkan sarapan, duduklah" sebelum ia menyelesaikan kalimatnya tom bahkan telah menutup laptopnya dan beranjak dari ranjang.

Matanya mengedar melihat beberapa kaktus yang berjajar rapi di atas rak buku, melihat ruang tv yang membiarkan sinar mentari menghangatkan sofa. Sia sangat menyukai kenyamanan seperti ini, jika kalian ingat sia memiliki tubuh yang tak bersahabat dengan suhu dingin.

"Hari ini aku harus pergi melakukan perjalanan bisnis"

Sia mengurungkan niatnya untuk menggigit roti yang saat ini berada tepat di depan bibirnya.
"Berapa lama?"

"Mungkin 2 minggu atau bahkan lebih cepat" kini tom duduk berhadapan dengan sia "aku mendengar dari dave jika besok kalian akan jalan berdua" lanjutnya.

Sia mengangguk, ia terlihat tak bersemangat setelah mendengar tom akan pergi cukup lama.

"Aku harap kau bisa segera bangkit"

Sia mendongak menatap tom yang sibuk dengan sarapannya.

"Ini terlalu sulit"

"Sesulit apa? Bukankah kau terbiasa dengan situasi seperti ini?" Tom menatap sia dengan tajam.
"apa kau lupa jika telah memiliki beberapa mantan kekasih yang sikapnya tak jauh berbeda dengan kelvan?"

Tak~

Sia meletakkan gelas berisi susu dengan kasar hingga membuat tangannya kotor terkena tumpahan susu.
"Untuk pria yang bahkan tak pernah berpacaran bahkan mencintai seseorang dengan tulus aku rasa kau tak seharusnya berkomentar, apa yang aku rasa pada kelvan berbeda dengan pria ku di masa lalu"
Sia mendorong kursinya dan segera masuk kekamar. Ia membanting pintu dengan kasar.

Tangan itu mengepal, rahangnya mengeras mengingat ucapan sia tanpa mengetahui kenyataan tentang perasaan tom.

Aku memang tak pernah berpacaran tapi untuk mencintai seseorang dengan tulus aku rasa diriku lebih mengetahuinya, karena telah mencintai mu sejak pertemuan pertama kita sia, ucap tom dalam hati melihat punggung sia yang menghilang saat menaiki tangga.

Tanpa mencoba memperbaiki situasi yang memburuk saat sarapan tadi, tom meninggalkan sia seorang diri di rumah. Mereka bertengkar untuk kali pertama dan hari itu berlalu begitu saja dengan rasa kesepian juga dingin yang menusuk tubuh secara bersamaan.

Dave tersenyum tipis begitu membawa potongan buah yang di masukkan ke dalam wadah bening.

Dave tersenyum tipis begitu membawa potongan buah yang di masukkan ke dalam wadah bening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka sedang menghabiskan waktu di Santa Monica, kota kecil yang berada di California. Sesekali dave melontarkan kalimat 'dulu aku suka duduk di sana' atau bahkan 'semua masih terlihat sama'. Sia tau jika dave besar di kota kecil ini seorang diri, meski sebenarnya sia yakin jika orang tua dave akan sangat mampu membiayai dirinya di kota yang lebih besar. Mungkin dave memiliki alasannya.
Mereka berjalan di tepi pantai, menikmati sunset dengan sinar orange kemerahan yang begitu indah.

"Sia, apa kau tak penasaran mengapa aku tinggal di kota kecil seperti ini?"

Sia mendongak menatap dave bingung.
"Apa aku perlu mengetahuinya?"

Dave tersenyum mendengar kalimat dingin dari sia, tapi itu tak membuat dirinya mengatupkan bibirnya justru sebaliknya. Dave mulai menceritakan sebuah kisah sedih tentang masa lalunya.

"Dulu aku mencintai seseorang wanita dan aku mengikutinya hingga harus tinggal di kota ini..." pandangannya mengarah pada hamparan laut luas.
"tapi wanita itu lebih memilih bunuh diri saat pria yang ia cintai melukai perasaannya. Wanita itu tak pernah melihat ku dan aku tak ingin hal seperti itu terjadi lagi. Aku telah hidup dengan rasa dendam juga amarah selama ini, aku ingin melepas semua itu dimana semua bermula" Dave menatap sia, tatapan itu terasa hangat sehangat sinar senja.
"Sia aku mencintai mu dan aku harap kau bisa mendengar semua yang aku ceritakan".

Dave membukakan pintu mobil begitu berhenti didepan rumah sia. Wajah sia masih menegang, ia bahkan tak menatap mata dave bahkan saat pria itu mengucapkan 'selamat malam' sia tak menggubrisnya dan segera masuk kedalam rumah.
Di sudut kamar dalam kegelapan Sia meringkuk memeluk kedua lututnya, ia enggan menyalakan lampu. Kalimat Dave masih berputar dalam ingatannya. Ia mendengar semuanya tanpa terkecuali, terisak mengingat sikap kelvan pada emma, ia terlalu takut jika hal itu terjadi padanya. Sungguh Sia benar-benar tak ingin. Mendengar cerita tentang emma dan kelvan, ia tak ingin miliki suami seperti kelvan. Pria jahat yang tega membuat wanita yang mencintainya mengakhiri hidupnya.

Temporersex (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang