Ch 10

13.7K 403 0
                                    

Tom kesulitan saat berusaha meraih ganggang pintu dengan posisi kedua tangannya penuh membawa barang belanjaan dan beberapa makanan.

Klek~

Ia berhasil membukanya. Langkah kaki itu semakin dalam dan suhu dingin semakin terasa menusuk, puncaknya saat berada di ruang tamu    kedua bahu tom terangkat tinggi bahkan sejajar dengan bibirnya.

"Bagaimana bisa dia tidak menyalakan heater? Padahal tubuhnya akan sakit semua saat suhu dingin" Tom mulai menggerutu menyalakan penghangat ruangan dan menaiki anak tangga menuju pintu berwarna gelap.
Pria itu melihat sosok yang meringkuk dalam selimut, tak ada suara sahutan saat dirinya mulai memanggil nama sosok tersebut. Sia bergeming pada posisinya.
Kali ini tom berdiri tepat disamping sia dan melihat cahaya samar dari dalam selimut, tanda bahwa sia sibuk memainkan ponselnya.

"Aku sudah menelepon dan mengirim pesan pada mu berkali-kali tapi tak ada respon, sedangkan kamu menggenggam ponselmu" nada suara tom terdengar kesal.

"Sorry" suara sia terdengar lesu dan bergetar

Wajah kesal tom seketika berubah, kali ini ia menatap sia dengan tatapan lembut dan segera melangkah mendekat pada heater.

"Jangan!! Matikan tom" sia meninggikan volume suaranya.

"Hmm" tom segera mengikuti perintah sia "aku membelikan ice caramel macchiato dan hot chocolate dari sbux. Aku belikan dua macam karena kau tidak membalas pesan ku"

"Apa hanya itu yang kamu bawa?" Sia sedikit mengintip meski hampir seluruh wajahnya masih tertutup selimut.

"Ada spicy tuna bread" tom mulai berbaring di samping sia, melihat wajah sahabatnya yang tampak tak bersemangat.
"Berapa lama izin sakit?"

"Dua hari, lusa aku akan mulai bekerja" ucap sia yang masih membungkus diri dibalik selimut.

"Lalu apa yang akan kau lakukan hari ini?"

"Entahlah, mungkin aku akan bermalas-malasan dirumah. Besok aku ingin melakukan sesuatu diluar, sekarang aku ingin menata perasaan ku" ucapnya datar dan mulai mengingat beberapa kejadian saat bersama dengan kelvan.

"Aku akan menemanimu"

Sia mulai menitihkan air mata, kali ini ia tak mampu membendung rasa sedihnya. Ia bingung dengan perasaanya, ia merasa marah dan kecewa pada kelvan juga pada dirinya. Mengingat bagaimana hubungannya dengan nick membuat rasa sakit tersebut semakin mencabiknya.
Tom mulai mendekap sia dalam pelukannya, perlahan ia penepuk punggung sia lembut.

"Menangislah sepuasnya, dan segeralah bangkit. Aku tidak ingin kau terlalu lama larut dalam keterpurukan ini"

"A-ku me-ra-sa ber-sa-lah deng-an nick" ucapnya sesenggukan.

"Ia aku mengerti, kita akan hadapi bersama. Soal nick kita pikirkan nanti, lebih baik kamu fokus menenangkan perasaan mu" ucap tom lembut. Ia tak membelai sia atau bahkan menepuk lembut punggungnya, itu bisa membuat sia semakin menjadi. Yang sia butuhkan hanya pelukan.

***

Kelvan mengetuk pen miliknya dengan tatapan menerawang. Ia tak fokus bahkan ketika tengah melakukan rapat. Beberapa manajer mulai menatap kelvan untuk menunggu pendapat dari hasil presentasi.

"Pak kelvan?" Pria paruh baya yang duduk disisi kanan kelvan berusaha menarik kesadaran kelvan.

Kelvan tampak gelagapan mendapati semua mata tertuju pada dirinya dan tak tahu harus memberi respon seperti apa hingga direktur yang telah berhasil menarik kesadarannya itu memberikan kode untuk menjawab.
Ini baru pertama kalinya kelvan tak fokus dengan pekerjaan, selama ini ia tak akan pernah lalai jika berhubungan dengan urusan kerja, ia akan berubah menjadi pria tegas dengan insting yang sangat tajam.

"Apa anda sedang tidak enak badan?" Ucap jimmy, pria paruh baya yang menjabat posisi direktur di kantor kelvan.

"Sedikit" ucapnya singkat dan kembali teringat tentang sia, apakah dia baik-baik saja, apa dia telah minum obatnya, apakah dia telah makan. Ahh begitu banyak pertanyaan yang berputar dalam benaknya menerka kondisi sia saat ini.

"Anda bisa pulang lebih awal, saya akan mengurus pekerjaan disini"

Kelvan menatap jimmy, tak butuh waktu lama kelvan mengambil kunci mobilnya dan segera menginjak pedal gas. Ia segera mengemudi menuju rumah sia.

Sia duduk diruang tamu, sesekali ia menatap keluar jendela melihat salju pertama di tahun ini. Saat ini salju memang belum menutup seluruh jalan bahkan pohon di luar sana tapi hampir semua telah ternoda dengan warna putih.
Sia mulai menyalakan televisi dan mengenakan sepasang kaos kaki tebal dan panjang, ia setuju untuk menyalakan heater meski sempat berdebat dengan tom.
Kelvan mulai menarik hand brake, ia memarkirkan mobilnya dekat dengan rumah sia. Perlahan ia bisa melihat wanita yang berhasil membuatnya tak fokus seharian ini menatap keluar jendela, kelvan memutuskan untuk menahan dirinya keluar dari mobil dan memilih untuk melihat sia dari kejauhan dari dalam mobilnya. Senyuman itu mengembang dengan sendirinya saat melihat sia tersenyum melihat salju tapi beberapa detik kemudian wajah kelvan berubah 180 derajat, ia memberikan death glare menatap pria yang tertawa disamping sia sambil membawa mug dikedua tangannya.

"Makasih tom" sia menghirup aroma coklat batang favoritenya yang dilelehkan.
"Saat salju turun, paling sempurna jika ditemani makanan manis dan hangat. Lalu saat hujan paling cocok dengan makanan pedas dan hangat" sambungnya dan kembali melempar pandangannya keluar jendela.

Tom hanya menganggukan kepalanya, tanda setuju dengan ucapan sia.

"Sia"

"Ya?"

"Minggu depan kamu akan dapat libur natal, bagaimana jika kita kembali ke Boston?"

__________________
Aku akan up saat 👁 430
Mohon maaf karena terlambat up 🙏🏼

Temporersex (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang