Ch 15

10.3K 336 0
                                    

Sia mulai memasak ramyeon dengan rasa canggung meski kelvan berusaha bersikap santai dan ikut memasak dengan sia, memperhatikan cara sia membuat ramyeon karena ini hal pertama baginya.

"Jika anda ingin makan yang lain saya bisa membeli sekarang" ucapnya pelan dan masih menundukkan wajah.

"Tidak, ini ramyeon pertama yang aku masak dan aku ingin menyantapnya"

"apa ini? Mengapa ia berbeda?" ucap sia dalam hati dan memiringkan kepalanya.

Sia menatap lurus dengan sudut pandang yang lebih rendah dari tatapan kelvan yang duduk tepat didepannya bahkan meski kepulan asap yang berasal dari ramyeon yang telah matang tak mampu mencairkan suasana.

"Silahkan" kelvan mulai membuka suara.

Sia hanya mengangguk dan perlahan mulai meniup ramyeon yang ia tarik ke atas. Beberapa kali kelvan menganggukkan kepalanya menandakan makanan itu setidaknya layak untuk dimakan, begitulah yang sia pikirkan.

"sia aku-"

Ucapan itu terpotong saat sia berdiri secara tiba-tiba dan membuat suara decitan dari kursinya yang terdorong kebelakang.

"Saya sudah selesai dan harus menyelesaikan pekerjaan saya segera, permisi"

Kelvan menatapnya sendu dan hanya mampu melihat punggung sia yang perlahan menjauh tatapannya beralih pada ramyeon yang masih tersisa. Disisi lain sia menahan air matanya mengingat apa yang telah terjadi, itu menyesakkan. Mengingat segalanya dan kembali tersadar tentang nick membuatnya tak dapat menahan air mata itu, kali ini ia menangis cukup kencang. Seorang diri ditemani lampu meja kerja miliknya yang masih menyala.

***

Sia bersandar di dinding lift, matanya terpejam berusaha mengistirahatkan mata yang telah menatap banyak dokumen memuakkan.

Ting~

Pintu lift terbuka begitupun dengan mata sia, ia pikir telah berada pada basement kantornya dan dugaan itu salah. Ia berada pada ground dan melihat dave yang akan memasuki lift, itu mengejutkan.

"Sia, aku kira kau masih di atas" dave mengamati dari ujung kaki hingga kepala, ia dapat menyimpulkan jika sia lembur.

Sia masih tak merespon situasi yang saat ini ia hadapi hingga akhirnya ia teringan tentang ajakan dave dan itu menjadi alasan dave berada tepat di hadapannya.

"Apa dia menungguku sejak sore tadi? Itu tidak mungkin" ucapnya dalam hati dan menggeleng pelan, mungkin ada keperluan dengan kelvan lanjutnya dalam hati.
"Apa ada keperluan dengan pak kelvan? Beliau telah pulang"

"Aku menunggumu untuk makan malam bersama"

Sia tak percaya dengan apa yang ia dengar, ia melihat jam tangannya yang menunjukan pukul 08.37 PM ini janji makan malam yang paling telat. Alisnya berkerut menatap dave, ada rasa bersalah.
Umumnya dave akan marah dengan sikap sia dan sia telah bersiap menerima hal tersebut tapi dave hanya tersenyum dan mencoba membuat sia agar tak merasa bersalah.

"Jangan menatap ku seperti itu, kita bisa mengganti makan malam ini dilain waktu. Lagi pula ini salah ku yang lupa meminta nomor ponsel mu"

"saya akan memberikan alamat email saya, anda dapat menghubungi saya untuk makan malam berikutnya. Saya lebih sering membuka email" sia segera memberikan alamat email-nya.

"Baiklah, sampai jumpa lain waktu" dave mengayunkan tangannya dengan senyuman yang begitu mempesona.
"Sudah ku duga, ia bukan wanita yang mudah" ucapnya dan segera berbalik menjauh dari pintu lift yang telah tertutup.

Saat itu ketukkan dari high heels sia terdengar cukup jelas, tak ada kebisingan dari suara mesin mobil atau bahkan decitan ban. Ia tak merasa takut bahkan resah saat berjalan seorang diri menuju mobil yang terparkir, pikirannya sibuk mengingat wajah dave. Ia menyesal.

Sia mulai merebahkan tubuhnya sesekali ia menghembuskan nafas besar, ia ingat sebuah quote yang pernah ia baca pada sebuah buku "tariklah nafas, ini hanyalah hari yang buruk bukan hidup yang buruk" dan membuat ia lebih bersemangat. Ia sadar jika kandasnya hubungan dengan nick adalah hal yang berat, tapi ia mungkin bisa pelan-pelan mencari nick dan untuk saat ini lebih baik ia mengikuti arus cerita ini. Apapun yang author tulis bukankan itu hal mutlak untuk sia? Hehe

Disisi lain kelvan menarik dasinya secara kasar dan berjalan menuju mini bar mengambil sebotol wine. Pikirannya memutar adegan beberapa saat lalu berulang kali seperti kaset rusak. Kelvan segera meneguk wine yang ia tuang saat mengingat tatapan mata sia yang terlihat sedih ketika ia ingin membahas kecelakaan diantara mereka. Ini sulit baginya karena bagi kelvan menghadapi sia tak sama saat ia menghadapi semua wanita yang telah berhasil tidur dengannya. Sia berbeda, itu yang kelvan yakini.

"Aku rasa aku harus mencari waktu yang pas untuk membahas ini" ucapnya dan segera membersihkan diri untuk bersiap tidur.

Mari kita berdoa agar author mendapat ide yang bagus untuk menulis kelanjutan cerita ini, mulai memikirkan kemana hati sia akan berlabuh. Karena sejujurnya author pun yak mengerti siapa yang akan bersama dengan sia.

selamat tidur dan mimpi indah.

Temporersex (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang