Ch 20

8.8K 284 4
                                    

Tanpa disadari langkah kaki itu mengantarnya pada rumah bergaya cape cod, rumah sia. Diam-diam kelvan berharap jika sia masih tinggal dirumah ini dan ketika ia hendak melanjutkan langkah kakinya dengan menatap lurus kedepan, ia terhenti melihat sosok wanita yang ia harapkan beberapa saat lalu kini berada tepat di hadapannya. Mereka membeku untuk sementara.

Sia menatap kelvan tanpa mengedipkan matanya.

Salah tingkah? Itu pasti. Mereka menjadi kikuk dan memutuskan untuk masuk kedalam cafe, cuaca diluar terasa begitu dingin.
Kelvan memulai percakapannya seperti menanyakan kabar sia meski baru kemarin mereka bertemu dikantor. Hingga akhirnya percakapan itu menjadi lebih dalam.

Sia pura-pura terkejut saat mendengar jika Kelvan berasal dari Boston. Ia bahkan mengatakan jika sempat bersekolah di dekat sini dan itu membuat sia menegang. Ia tak tahu harus memberikan respon seperti apa, mungkin pura-pura terkejut lagi? Tidak, itu tak cocok pikirnya.
Sia mengangguk pelan mendengar ucapan itu, ia memilih tak berkomentar apapun.

"Aku telah mengenal mu sejak dulu"

Mata itu membulat, ia berharap jika saat ini apa yang didengarnya hanya sebuah halusinasi dari pendengarannya.

"Apa kau lupa dulu pernah menyatakan cinta pada seorang pria bernama kelvan?" Lanjut kelvan menunggu sia membuka bibirnya.

Kali ini sia mulai menundukkan wajahnya dan tangannya mengepal. Ia berharap siapapun bisa menariknya keluar dari situasi ini.

"Sebenarnya aku mengingat mu sejak awal, mungkin kamu telah melupakan aku. Itu cerita masa kecil kita" kelvan menyeruput kopinya, tatapannya masih tertuju pada sia.

"Mana mungkin aku melupakan cinta pertama ku yang menyakitkan" ucap sia dalam hati.

Hening beberapa saat...
Kelvan sibuk menerka apa yang sedang sia pikirkan ia masih tak mendengar apapun dari bibir sia.

Sia sibuk dengan segudang pertanyaan yang berputar-putar dalam kepalanya. Ia begitu penasaran dengan sikap Kelvan selama ini.
Sia menguncinya begitu rapat hingga akhirnya sebuah pertanyaan mendarat secara tiba-tiba.

"Mengapa kau mencium ku tiba-tiba saat ditempat gym?"

Seketika wajah kelvan tampak bingung mendengar pertanyaan sia
"Aku hanya ingin mencium mu saat itu"

Kedua alisnya mengerut begitu mendengar jawaban kelvan. Itu mengejutkan bagi sia.

"Apa? Hanya menginginkan?"

Ulangnya dalam hati.
Sia kembali menarik nafasnya cukup dalam dan menghembuskan nya secara perlahan.
Ia berusaha menahan hatinya yang terasa mendidih.

"Lalu kejadian saat di Thailand apa itu juga karena 'hanya ingin' ?"

Kelvan memasang wajah bingung dan kali ini terlihat dengan jelas, hal itu membuat sia beranjak dari kursinya. Ia benar-benar sakit hati terlebih saat ia berada pada posisi sejajar dengan kelvan, samar-samar menangkap permintaan maaf dari kelvan.

Air mata itu membasahi wajahnya, ia masih mengingat bagaimana wajah kelvan yang terlihat bingung dan ucapan maaf yang samar ia dengar.

"Bagaimana bisa ia melakukan itu hanya karena ingin? Apa perasaanku tak penting?" Ucapnya pelan.
"Dia pikir aku pelacur yang ia tiduri hanya karena ingin?"

Sia berjongkok dan tangisannya meledak dengan keras.

"Pria jahat!! Benar-benar jahat!! Hiks hiks" sia menutup wajahnya dan tangisan itu semakin menjadi.

Tom mengedarkan pandangannya.
"Apa dia tersesat? Kenapa lama sekali hanya untuk berbelanja beberapa bahan makanan" ucapnya kesal
"Tapi itu tidak mungkin terjadi, ini tempat yg telah ia tinggali sejak kecil" tepisnya tiba-tiba berharap apa yang barusan ia ucapkan tak akan terjadi pada sia.
Tiba-tiba tom menyipitkan matanya, ia tak asing dengan mantel bulu angsa berwarna putih.

Temporersex (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang