Ch 19

8.3K 242 1
                                    

Sia melamun, tatapannya kosong beberapa saat ketika menata pakaian yang nantinya akan dikenakan selama di Boston. Pikirannya terbang bebas mengingat kelvan lalu berakhir pada nick, hal itu membuatnya lemas dan tersadar pada kenyataan.

Disisi lain tampak kedua pria yang memasang wajah cemas. Dave melihat map hitam berlapis kulit, ia membukanya pelan dan melihat selembar tiket penerbangan menuju Boston esok hari. Kelvan mengerutkan alisnya saat membaca sebuah email, tentunya itu email dari sang ayah. Pria yang hampir 5 tahun ini tak pernah ia temui. Ayahnya meminta kelvan kembali ke Boston natal ini sejujurnya pria tua itu begitu merindukan kelvan hanya saja mereka berdua begitu keras kepala untuk saling mengakui kesalahan dan pada akhirnya orang tualah yang mengalah.

"Apa aku harus mencobanya?" Ucapnya dalam hati menimbang keputusan yang akan ia buat dengan tatapan yang masih terkunci pada layar laptop membaca email dari sang ayah.

Sia dan tom menyibukkan diri selama diruang tunggu meski sesekali tom akan membahas wanita bernama jessie dan memperlihatkan foto pujaan hatinya pada sia dan sahabatnya akan merespon dengan anggukan yang cepat, menyetujui apapun yang tom katakan tentang wanita itu.

Brag~

Tom menimbulkan suara keras saat mengeluarkan koper sia dan meletakkannya di aspal membuat sia membulatkan mata saat melihat sikap tom.

"Aku akan menahannya (amarah) karena kau berniat menolong ku" ucap sia dengan senyum yang menyeramkan, ia mengucapkan kalimat itu dengan wajah tersenyum dan tak membuka bibirnya ketika mengatakan hal tersebut. Aku harap kalian dapat membayangkan.

"Maaf tapi ini sunggu berat, apa kau akan tinggal disini selama sebulan?"

Sia melempar tatapan tajam pada tom, ia menerima permintaan maaf tom tapi tidak dengan ucapannya di akhir.

"Ok sorry" tom mengucapkannya dengan cepat dan membawa koper sia masuk kedalam sebuah rumah dengan gaya cape cod yang tampak sederhana dan hangat mungkin karena cerobong asap yang terlihat cukup besar jika kalian berdiri di depan rumah tersebut di tambah sebuah taman kecil yang menghiasi pekarangan membuat kita mampu menghabiskan beberapa cangkir teh hangat sembari melihat pejalan kaki yang lalu lalang.

"Apa kau tidak kembali ke rumah mu?" Sia menatapnya ragu melihat tom yang memilih menahan diri di rumahnya dan tak berlari menuju ibunya, bisa dibilang tom adalah anak mama.

"Apa maksud mu? Ini rumah ku juga" ucapnya santai.

Sia mengerutkan alisnya "sejak kapan ibu ku mengadopsi mu?"

Ucapan sia membuat wanita cantik yang terlihat jauh lebih tua dari sia terkekeh. Wanita itu memiliki bekas garis halus di sekitar bibirnya, garis senyum yang begitu dalam mungkin karena ia sering tersenyum. Kedua bola mata berwana biru itu menyipit disertai senyuman yang memperlihatkan deretan gigi yang rapih.
Carol, ibu sia mendekat memeluk sia.

"Ibu merindukan mu sayang"
Suaranya terdengar bergetar dan itu membuat sia segera melepaskan pelukan untuk melihat wajah sang ibu.

"Jangan menangis, aku tidak ingin hal indah ini terasa menyedihkan. Lagipula aku ingin menanyakan tentang kapan ibu telah mengadopsi tom tanpa persetujuan ku?" Ucap sia bercanda dengan wajah ketus yang ia buat-buat.

"Aku telah menjadi anaknya saat ibu meminta ku untuk menemanimu ke california, bukan begitu bu?"

"Ibu mana yang kau maksud?!" Sia meninggikan suaranya dan membuat tom dan carol tertawa terbahak-bahak.

***

Dave mengenakan hem tanpa mengancingnya, memperlihatkan 8 pack miliknya yang begitu menggairahkan. Ahh menulis sembari membayangkannya mampu membuatku menelan saliva. Ia menelfon robby yang merupakan sekretarisnya, memberikan laporan jika sia telah berasa di Boston dan dave mengiyakan dengan senyuman mendengar laporan merinci bahkan tentang tempat tinggal sia. Tiba-tiba seorang wanita muncul memeluk dave, tak ada sehelai benang yang menutupi tubuh wanita itu.

Temporersex (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang