Ch 18

8.1K 284 0
                                    

Sia membeku beberapa saat bahkan saat mereka berubah posisi dimana anna membentuk sudut 90 derajat dan kelvan berdiri di belakang anna, memegang pinggul anna sembari mengeluarkan suara seraknya yang terdengar begitu menikmati. Sia menutup bibirnya ketika kelvan dan anna melihat kearahnya secara bersamaan. Ia berlari menjauh, ini seperti dejavu.

Ia segera menginjak pedal gasnya dengan matanya yang masih menangis, tak tahu mengapa ia harus menangis melihat hal seperti itu, bukankan dulu ia pernah melihatnya bahkan saat itu kelvan terlihat sengaja mempertontonkan hal tersebut padanya.

Disisi lain kelvan mengehentikan aktifitasnya dan berniat mengejar sia tapi anna menahannya.

"Ingatlah bagaimana ibu mu menderita karena ulah wanita yang seperti itu menjadi simpanan ayahmu"

Kelvan membatu, ia mengerutkan alisnya tampak sedih mengingat bagaimana ekspresi sia saat menatapnya. Sia menangis dan kedua matanya tampak merah. Anna memutar tubuhnya segera dan mendorong kelvan untuk duduk dikursi kerjanya, dengan sigap dia memasukkan milik kelvan yang terasa tak sekeras beberapa saat lalu meski begitu tak lama kelvan junior kembali mengeras dan memuntahkan semennya. 

Anna menyusul kelvan menuju toilet yang berada dalam kantor kelvan ia memeluknya dari belakang dengan kondisi toples tentunya kelvan dapat merasakan jika ada dua gunung yang terasa lembut di punggungnya. Kelvan memutar tubuhnya dan melihat serangan anna mencoba mencium dirinya tapi berhasil ditahan kedua lengannya, ia tak membiarkan anna menyerangnya kembali.
"Aku akan pulang, cukup untuk hari ini" kelvan berjalan menjauh dan segera mengenakan pakaiannya.

Kelvan menatap nama sia dilayar ponsel miliknya, ia menimbang untuk menghubungi sia atau tidak. Apa dia sampai dengan selamat dengan kondisinya yang tampak kurang baik.
Disisi lain anna mengenakan pakaiannya, wajahnya tampak kesal.

Sia membekap wajahnya dengan bantal tapi isakkan tangisnya tetap terdengar meski samar.
Keesokan harinya ia meminta tommy untuk makan siang bersama, tentunya ia butuh tom untuk mendengarkan keresahan hatinya yang tak tahu muncul dari mana. Sia meletakkan dokumen yang telah ia kerjakan subuh tadi di ruangan kelvan yang masih kosong, berdiam diri beberapa saat dan melihat kursi kelvan mengingatkan tentang kejadian kemarin. Ia menundukkan wajahnya dan mulai berbalik badan, matanya membulat melihat kelvan yang berada di dekat pintu. Pria itu membeku beberapa detik dengan tangannya yang masih memegang ganggang pintu. Mereka tampak canggung, sia memberitahu tentang maksud kedatangannya dan hanya memberikan salam setelah itu ia bergegas pergi, tak jauh berbeda dengan kelvan yang hanya membalas salam sia. Sesingkat itu.

Sia mengalihkan pandangannya, melihat beberapa pegawai membawa kotak kado dan baru tersadar jika kantornya saat ini memiliki tradisi untuk bertukar kado natal yang nantinya akan didapatkan secara acak dan sialnya ia belum membelinya sedangkan setelah makan siang pertukaran kado akan dimulai. 

"Aku akan membelinya setelah makan siang dengan tom" ucapnya dan segera mencari hadiah apa yang nantinya akan dia beli.

Mereka mulai menunggu hidangan yang telah dipesan, sesekali sia menatap tom yang cukup berbeda untuk hari ini. sahabatnya terlihat lebih bahagia.

"Apa ada hal bagus yang terjadi?" ucap sia menyelidik.

"Tentu" tom tersenyum malu, dan hal itu berhasil membuat tatapan sia menjadi aneh.

"Kenapa dengan tatapan mu?" tom terlihat kesal dengan perubahan wajah sia.

"Aku merasa aneh"

"Aku menemukan wanita yang sesuai dengan ku, dia begitu cantik" tom memperlihatkan deretan giginya yang rapih dengan matanya yang membentuk  bulan sabit.

Sejujurnya sia merasa merinding saat mendengar ucapan tom dengan ekspresi yang asing baginya. Tom memang sering tersenyum dengan mata yang membentuk bulan sabit, tapi saat ini tatapan tom berbeda ketika menceritakan wanita yang ia suka terasa asing bagi sia. Ia bahagia sekaligus merinding secara bersamaan.

"Tiba-tiba aku ingat jika dulu kau bernah menyatakan cinta pada ku tapi aku menolaknya karena kelvan haha" sia mengingatkan cerita masa lalu yan sejujurnya begitu tom benci, tom akan malu dan marah-marah jika sia membahasnya.

"Dulu otak ku belum terisi dengan cukup baik, saat sudah dewasa aku sadar jika kau bukan wanita yang dapat aku genggam kau—"

sia menatapnya tajam, sia tahu betul apa lanjutan kata yang akan tom ucap "Jika kau mengucapkan itu aku akan menusukmu dengan garpu ini" ancamnya

"Wanita barbar" tom melanjutkan kalimatnya dan tak lama ia terpekik menahan sakit.

Sia menendang tulang kering tom cukup keras dan membuat sahabatnya meringis kesakitan dan melanjutkan menyantap makanannya dengan tenang sembari tersenyum tipis.

"Aku tak mungkin menceritakan apa yang aku lihat kemarin padanya, itu membuat suasana hatinya mungkin menjadi buruk " ucap sia dalam hati.

Sia sibuk melihat benda-benda lucu yang memungkinkan untuk dia beli, pasalnya ia tak mungkin memberikan kado untuk gender tertentu setidaknya kado ini harus unisex. Matanya menyipit melihat sebuah benda dan segera membawa kekasir tanpa pikir panjang.

Ia mulai menyilangkan kaki beberapa kali terlihat mengobrol dengan jane salah satu wanita yang bekerja di perusahaan tersebut, ya dia sedang berkumpul dengan seluruh pegawai yang berada satu lantai kerja dengannya. Pertukaran kado ini hanya dilakukan dengan rekan yang bekerja setiap lantai karena jika seluruh karyawan dijadikan satu acara ini akan membuat kelvan memberikan kata sambutan yang membosankan dan waktunya akan cukup lama untuk melakukan undian. Acara telah berlangsung 30 menit dan kali ini nama kelvan dipanggil untuk maju mengambil hadiah yang sesuai dengan nomor undian, disisi lain sia membulatkan mata saat melihat situasi tersebut, berusaha untuk kembali memasang wajah datarnya.

Kelvan membuka hadiah tersebut diruangannya seorang diri, ia tersenyum begitu melihat hadiah yang ia terima sebuah tumbler yang bertulis 'spirit for today' tanpa sadar pandangannya mengedar dan mengarah pada sia yang saat ini sedang menatapnya.

Sia menundukan kepalanya ia berusaha menyembunyikan wajah dan berharap tubuhnya pun ikut terbawa menghilang seperti wajahnya. Ia benar-benar terkejut melihat kelvan tersenyum dengan hadiah yang diberikan meski secara teknis kelvan tak mengetahui siapa pemberi tumbler tersebut.

"Baguslah jika dia menyukainya" gumamnya pelan dengan senyum tipis.

Temporersex (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang