Ch 37

5.7K 183 6
                                    

"Dulu aku pernah mencinta wanita bernama Emma, perasaan ini bertahan cukup lama meski wanita itu mencintai pria lain dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena pria yang begitu ia cintai. Pria itu berhasil menjadi pusat dunianya. Apa kau bisa menebaknya? Siapa pria brengsek itu?" pertanyaan Dave berhasil membuat pupil mata Sia bergetar.

Sesungguhnya sebuah nama berhasil muncul dalam pikirannya tapi Sia terlalu takut untuk membayangkannya dan memilih menunggu cerita Dave hingga selesai.

"Alasan ia mengakhiri hidupnya saat dirinya bahkan sedang hamil tua karena pria yang ia cintai berselingkuh dan meninggalkan dirinya. Saat itu Emma menjadi pusat dari perhatian ku, melihat dirinya tak bernyawa membuat hatiku dipenuhi rasa dendam dan itulah alasanku ingin merebut mu dari Kelvan, aku ingin Kelvan merasakan apa yang telah aku rasakan beberapa tahun ini tapi nyatanya aku benar-benar jatuh cinta pada mu. Aku ingin memulai semua bersamamu, tanpa ada perasaan dari masa lalu yang masih terbawa ji—" kalimat Dave terpotong dengan pertanyaan sia.

"Apa Kelvan tau jika Emma telah meninggal?" suaranya bergetar, ia menahan air matanya untuk tumpah.

"Tentu"

Sia tersedu-sedu mengingat semua ucapan Dave. Ia tahu rasanya di buang oleh orang yang berarti, tahu rasanya kesepian dan ia tak ingin hal itu terjadi pada dirinya juga anaknya. Ia merasa bodoh karena meski mendengar cerita menakutkan itu hatinya masih tetap merindukan Kelvan. Sia tak ingin di tinggalkan. 

"Maaf jika niat awal ku buruk tapi saat ini aku ingin memiliki hubungan yang indah dengan mu. Mungkin saat ini kau akan sulit untuk memulainya bersama orang baru tapi aku mampu menunggunya...kapan pun kau siap" matanya berbinar, terlihat sebuah kejujuran juga ketulusan di dalam sana. Untuk pertama kalinya Sia melihat sosok Dave yang terasa berbeda. 

Hatinya masih tak goyah tapi pikirannya mulai bimbang, memikirkan setiap ucapan Dave membuat berharap di cintai sepenuhnya. Sebuah kalimat muncul dalam pikiran menanyakan apakah salah jika dirinya berharap menerima cinta yang lebih banyak dari seseorang? apakah salah jika ia lebih memilih bersama pria yang rela melakukan apapun untuk dirinya di banding pria yang sangat ia cintai tapi setiap detiknya dia harus bersiap kehilangan pria tersebut untuk seorang wanita yang mungkin lebih baik dari dirinya?. Bimbang? pasti, bukankah sebuah sikap alami untuk seseorang membuat pertahanan diri? ia hanya tak ingin tersakiti lebih dari ini.

"A-aku..." pandangan matanya mulai sedikit buram, ia tak mampu menahan air matanya.

"Aku tak bisa menerima perasaan mu dave, sekuat apapun aku berpikir hati ku tak mampu. Aku merasakan sesak disini" Sia menunjuk dadanya, "mama ku selalu berkata...jika kebohongan akan membawa ra-s-sa sa-kit" kalimatnya mulai terbata-bata karena isak tangis "d-dan a-a-ku ra-sa tak mam-pu j-ji-ka ha-rus me-na-ha-n-nya".

Dengan segala pertimbangan Sia mulai memikirkan segalanya dan terus mengutuk hatinya yang masih tetap mencintai Kelvan. Ini sangat sulit, hubungannya bersama Kelvan memang tak selama Nick tapi semua itu tak bisa dinilai berdasarkan 'berapa lama waktu' yang dihabiskan bersama bukan?.

Hari ini cuaca tak begitu bagus, rintik hujan mengawali pembukaan hari hingga saat matahari berada di puncak namun awan berhasil menutup sinarnya yang hangat. Kelvan mulai melingkarkan mantel pada sikunya, begitu menuruni anak tangga ia di sambut Liam yang telah menyiapkan sarapan. Melihat kopi panas dengan kepulan uap mengingatkan pada Sia, wanita itu sangat menyukai coklat hangat di cuaca seperti ini, sudut bibirnya tertarik mengingat wanita yang selalu ia rindukan. Disisi lain Sia mematung di depan meja rias dengan tatapan kosong dan salah satu tangannya menggenggam sisir. Detik jam dinding mengisi kesunyian hingga akhirnya getaran ponsel menyita semua perhatian.

"Iya, baik, aku berangkat" begitu menyudahi panggilan singkat itu Sia beranjak dari kursi.

Derap langkahnya menjadi pusat perhatian, beberapa orang akan membungkuk menyapa dirinya. Ekor matanya melirik meja kerja Sia yang tampak kosong membuat Kelvan melihat jam tangan yang menunjukan jam masuk kantor telah berlalu hampir satu jam yang lalu.

Temporersex (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang