Ch 35

5.7K 189 4
                                    

Suasana lobi hotel terlihat tenang, meja resepsionis tampak lebih lengang tak seramai kemarin. Beberapa tamu menduduki kursi tunggu, ada yang sibuk dengan ponselnya juga mengobrol sambil menunjuk majalah yang sebelumnya tergeletak di atas meja. Dave mengedarkan pandangannya melihat semua, langkah kaki yang awalnya terasa ringan kini berhenti seketika. Menatap wajah pria yang saat ini berdiri tak jauh dari posisi dave, wajah pria itu penuh amarah. Kelvan melangkah dengan cepat mendekati dave begitu jarak mereka menjadi cukup dekat, kelvan menarik kerah baju dave dengan kedua tangannya. Kalian dapat melihat urat yang berkelok muncul di dahi kelvan tergambar jelas.

"Dimana sia?!" Suaranya menggema, memenuhi lobi. Hal itu menarik perhatian setiap tamu juga staff hotel.

Dave memasang wajah tenang bahkan tangan kirinya masih berada di dalam saku tak berusaha mendorong atau melepas genggaman kelvan. Mengedarkan pandangannya melihat beberapa orang yang sebelumnya sibuk dengan aktivitasnya kini melihat kearahnya dengan pandangan terkejut meski beberapa memberikan tatapan terganggu. Menjadi pusat perhatian saat ini tak membuat dave berbangga, ia sama sekali tak menyukainya.

"Kita bicarakan di kamar ku, aku tak ingin kita membahasnya disini dengan nada tinggi seperti mu"

Kelvan tak merespon.

"Bukankan kau kekasihnya? Kenapa bertanya pada ku?"

Kalimat dave berhasil memancing emosi kelvan, kini genggaman pada kerah bajunya semakin erat memperlihatkan otot di kedua tangan kelvan yang terbuka lebar karena lengan panjang itu sengaja di gulung hingga siku.

"Aku tanya sekali lagi dimana sia!!" Kelvan berteriak, kedua matanya memerah.

Kini dave menatap kelvan penuh muak, ia mengepalkan tangannya yang kini berada di luar saku celana. Menahan hasrat yang ingin menonjok wajah kelvan.

"Aku tak ingin memberitahu mu"

Sebelum kelvan melayangkan tinju pada dave, beberapa staff keamanan mulai menarik dirinya menjauh. Sangat jauh hingga kini kelvan tak dapat melihat punggung dave. Ya.. ia diseret keluar oleh tiga petugas berbadan besar dengan wajah datar, badan yang ukurannya dua kali lebih kekar darinya dan mustahil untuk melawan mereka bertiga.
Dave memutar tubuhnya, melihat kelvan dengan tatapan puas dengan menyeringai. Kini ia melanjutkan langkahnya yang tertunda beberapa saat karena kelvan, ia merapikan kerah bajunya sembari melihat meja resepsionis. Dua wanita cantik yang berdiri dibalik meja tersebut menatap dave tegang, ketegangan yang terjadi beberapa saat lalu masih membekas di ingatan mereka tapi dave mengedipkan matanya dengan senyum menggoda, membuat kedua wanita itu menunduk tersipu.
Dave mengambil ponselnya, memberikan perintah pada sekretarisnya untuk menjaga sia dengan baik.

Tok tok tok

Pintu terbuka, dave mendapati seorang pria berkulit gelap yang mengenakan kacamata bening berdiri tegap mengenakan suit biru gelap. Ia belum membuka suaranya dan masih mengamati pria tersebut.

"Perkenalkan saya sean direktur baru hotel ...."

Dave masih membisu, ia tetap menatap datar kearah sean meski sejujurnya sean telah selesai memperkenalkan diri.

"Maksud kedatangan saya untuk meminta maaf tentang kejadian di lobi tadi"

Tatapan dave masih datar, kini ia mengerti maksud kedatangan sean sang direktur hotel. Jika kalian penasaran mengapa sean meminta maaf pada dave jawabannya mudah, tentunya dave memiliki posisi yang cukup berpengaruh. Ya dia seorang pemilik saham terbesar dengan jumlah 38% karena jika di bandingkan para pemegang saham lainnya mereka hanya memiliki saham tak lebih dari 10%.

"Apa kau tau jika dia telah menarik kerah baju ku?"

"Ya saya mendengarnya dari salah stau staff saya, saya mohon maaf atas kejadian..."

Temporersex (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang