Ravenclaw Or Slytherin
Kastil Hogwarts terlihat indah dikelilingi danau. Ayah angkatnya memang benar, Hogwarts pada malam hari mampu membuat orang terpukau akan keindahannya. Indera pendengaran Harrieta dikejutkan dengan suara seorang memanggil siswa - siswi tahun pertama. Ah itu pasti Hagrid, menurut Ayah angkatnya beliau adalah Keeper Hogwarts.
Para siswa maupun siswi kelas satu tampaknya di haruskan menaiki perahu menuju Hogwarts. Setiap perahu diisi tak lebih dari tiga orang. Harrieta berangkat bersama dengan seorang anak laki - laki yang memperkenalkan dirinya sebagai Theodore Nott dan juga seorang siswi perempuan yang memperkenalkan diri sebagai Daphne Greengrass. Harrieta nyaris tertawa ketika mereka mendengar ia memperkenalkan diri sebagai Harrieta Potter. Harrieta cukup bersyukur baik Theo dan Daphne tidak memintanya menunjukkan bekas lukanya.
Hagrid menyerahkan anak - anak tahun ajaran pertama pada seorang wanita paruh baya dengan topi penyihir. "Selamat datang di Hogwarts. Aku Professor Minerva McGonagall, wakil kepala sekolah,kepala asrama Gryffindor dan guru Tranfugrasi kalian. Hogwarts memiliki empat asrama. Gryffindor,Hufflepuff,Slytherin dan Ravenclaw. Malam ini kalian akan di seleksi berdasarkan bakat dan sifat - sifat kalian. Sekarang ikuti aku"kata Professor Mcgonagall menyelesaikan penjelasannya.
Aula besar Hogwarts terlihat sangat megah dengan langit - langit yang disihir, lilin - lilin berterbangan dan di penuhi oleh siswa - siswi senior dari empat asrama. Professor McGonagall berdiri di sebuah kursi dengan sebuah topi lusuh.
Topi lusuh yang disebut dengan topi seleksi itu mulai menyanyi menyambut kedatangan para siswa - siswa tahun pertama. "Nama yang di panggil silahkan maju ke depan"kata Professor McGonagall.
"Bones,Susan"panggil wakil kepala sekolah tersebut. Seorang gadis berambut cokelat maju dan duduk di atas bangku yang telah disediakan. Professor McGonagall meletakkan topi itu di atas kepala Susan.
"Hufflepuff"
Susan menarik nafas lega dan berjalan menuju asramanya dengan sorak sorai dari asrama tersebut.
"Brown,Lavender"
"Gryffindor"
"Malfoy,Draco"
"Slytherin"
"Greengrass, Daphne"
"Slytherin"
"Granger, Hermione"
"Ravenclaw"
"Patil,Parvarti"
"Gryffindor"
"Potter,Harrieta"panggil Professor McGonagall. Topi Seleksi terdiam sesaat. "Hmm Miss Potter ataukah harus kupanggil Miss Black? Kau telah lulus di sekolah lain untuk apa masuk ke Hogwarts"kata Topi Seleksi.
"Ada yang harus aku lakukan."jawab Harrieta berbisik. "Ah sebuah ambisi, kau akan cocok di Ravenclaw. Tapi Slytherin bisa membantumu. Jadi Slytherin"kata Topi Seleksi. Aula Besar terdiam sesaat. Harrieta berjalan menuju meja Slytherin dan duduk disebelah Daphne. Barulah sorak - sorai terdengar. Harrieta tersenyum tipis.
"Senang kau bergabung bersama kami"kata Marcus Flint. Harrieta mengangguk sambil tersenyum. "Jadi, sang penyelamat dunia sihir masuk ke asrama ular."kata seseorang. Harrieta meneguk jus labunya. "Aku tekankan, Aku Netral dalam hal ini"jawab Harrieta. Jawaban Harrieta itu membuat banyak siswa - siswi Slytherin terdiam. Well aktingnya memang mengagumkan, ia perlu di beri piala oscar.
Tanpa disadari Harrieta, seseorang dari meja asramanya tengah memperhatikannya. Tak hanya satu, dari meja guru, seseorang juga memperhatikan Harrieta. Merasa diperhatikan Harrieta menoleh ke meja guru. Seorang pria berpakain hitam dengan hidung berminyak tengah berbicara dengan seseorang bersorban ungu. Harrieta memijat bekas luka yang terasa perih. "Umm.. siapa yang berbicara dengan pria bersorban ungu itu?"tanya Harrieta.
"Professor Severus, Kepala asrama kita. Beliau juga mengajar ramuan"jawab Adrian Pucey. Harrieta mengangguk. Yang jelas Harrieta harus mengirimkan surat mengenai bekas lukanya yang perih setelah bertahun - tahun tidak menunjukkan gejala apa pun. "Pudding?"tawar Draco. Harrieta menggeleng. "Aku kenyang"jawab Harrieta sambil tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Identity
FanfictionSummary: Harrieta Potter di sortir masuk ke asrama Slytherin padahal banyak orang yang menebaknya masuk ke asrama Gryffindor atau Ravenclaw. Yang orang tidak tahu ia menyimpan rahasia.