Erm.. wait What

1.9K 220 7
                                    

Erm .. Wait, What.. Father Mother

Harrieta memulai harinya dengan berpikir tentang ramalan ibunya. Ia menarik nafas panjang, tak biasanya ibunya membahas pengelihatannya secara tersirat seperti ini. "Kau baik-baik saja?" tanya Daphne. Harrieta pun tersenyum dan mengangguk. Gadis berbola mata emerlad itu segera mandi dan memakai seragam Hogwartsnya. "Potter ayo sarapan." ajak Milicent. "Baiklah, aku sedang ingin pancake tumpuk tiga dan sirup maple." balas Harrieta.

Sebelum ia keluar asramanya, Harrieta mendapati Professor Snape dan Draco tengah berbicara. "Draco tidak perlu sampai ke kepala sekolah. Kita akan bicarakan ini kantorku nanti." kata kepala asrama Slytherin itu. Harrieta tidak tahu apa jawaban Draco karena Milicent sudah menariknya menuju aula besar.

Harrieta duduk diapit Daphne dan Milicent. Ia pun memakan dengan lahap pancakenya. Tak lama kemudian, Draco memasuki aula besar. Pemuda berambut pirang platina tersebut duduk di depan Harrieta. "Hei, pagi." sapa Draco.

"Pagi juga." balas Harrieta.

Di meja Slytherin, pembicaraan kebanyakan membahas tentang Dark Lord atau tugas-tugas essay mereka. "Ermm, ada yang bisa beritahu aku siapa siswa maupun siswi di Hogwarts yang memiliki peliharaan tikus?" tanya Harrieta membuat yang lain terdiam. " Well, Michelle Lewin yang memiliki tikus bernama white, Mitchel Karasu Ravenclaw, dan yang terakhir Ron Weasley, kalau tidak salah , tikusnya ia dapatkan dari Percy." jawab Marcus Flint. Harrieta berpikir sebentar dan berterima kasih.

Pelajaran pertama mereka adalah Ramuan. Tugas mereka membuat Fire Breathing Potion. Kali ini professor Snape memasangkan Harrieta dengan Draco. "Potter, untuk apa kau bertanya tentang tikus?" tanya Draco. Harrieta meletakkan mint yang dibutuhkan untuk membuat ramuan di atas meja. "Well, itu rahasiaku." kata Harrieta membuat pemilik nama Draco Malfoy itu cemberut.

Harrieta hanya tertawa kecil melihat expresi Draco. Ahli ramuan yang melihat itu pun tersenyum kecil meski tak terlihat. "Ayolah, Malfoy. Kita masih memiliki ramuan yang harus di kerjakan." kata Harrieta. Draco pun mengangguk. Pembuatan ramuan bisa di bilang menyenangkan bagi Harrieta. Gadis itu senang menggoda Draco yang menurut memiliki raut wajah manis saat wajahnya memerah.

Saat kelas berakhir, Professor Snape meminta Harrieta dan Draco untuk tinggal. Harrieta terlihat bingung sementara Draco tak terbaca. Kepala asrama Slytherin itu meminta mereka untuk mengikutinya ke kantor.

Dikantor ahli ramuan itu, Lucius dan Narcissa Malfoy sudah menunggunya. Harrieta pun memberi salam sesuai dengan tradisi pureblood. "Anak yang sopan. Kau bisa memanggilku bibi Cissa." komentar Narcissa.

"Duduklah nona Potter." kata Lucius. Harrieta pun menuruti perkataan Lord Malfoy. "Katakan padaku nona Potter, apa yang kau ketahui tentang Dracula dan hubungan mate?" tanya Lucius. Harrieta pun menjawab pertanyaan dari Lucius dengan detail dan rinci. Ia masih bingung dengan apa maksud Lucius melempar pertanyaan tersebut.

Lord Malfoy pun menjelaskan keturunan Dracula di keluarga Malfoy. Saat itulah, Harrieta menyadari maksud dari Keluarga Malfoy. "Tunggu, maksud anda. Aku adalah mate dari Draco." kata Harrieta.

"Kau pintar, Nona Harrieta. Tadinya kami ingin membawa langsung masalah ini ke kepala sekolah. Severus ingin masalah ini di beritahukan padamu terlebih dahulu." kata Narcissa. Harrieta terdiam. Ia berpikir bagaimana cara memberitahu kedua orang tuanya tentang ini. Keterdiaman Harrieta membuat Draco takut gadis itu menolaknya.

"Harrieta, Jika kau memikirkan tentang pangeran kegelapan . Aku akan bergabung dengan Order Phoenix. Kau sudah menjadi keluarga Harrieta." kata Lucius membuat Harrieta tersentak kaget dari lamunannya.

"Huwa, aku tidak berniat menolak hanya saja.. " Harrieta menggantung kalimatnya dan melihat ke arah kepala asramanya. "Aku sudah menghubungi mereka. Tenang saja" kata Professor Snape, "Aku juga memasang mantra peredam suara dan privasi"

Harrieta menarik nafas lega. Ketiga Malfoy di hadapannya terlihat bingung. "Lebih baik aku mulai dari memperkenalkan diriku. Namaku Harrieta Dorea Potter itu nama tidak resmiku. Secara resmi namaku, Lyra Ageha Black, Putri angkat dari Regulus Alphard Black dan Alice Symphonia Reed."kata Harrieta.

"Regulus Black sudah meningga'kan?" kata Narcissa ragu - ragu. Bunyi perapian floo terdengar menampilkan Regulus dan Alice. "Aku harap kalian tidak menunggu lama." kata Regulus sopan.

"Reg," kata Narcissa yang segera memeluk sepupunya. Sementara Alice memeluk Harrieta. Seusai mereka melepas kerinduan mereka. Regulus pun menjelaskan bagaimana ia menemukan kelemahan pangeran kegelapan dan bagaimana ia memalsukan kematiannya. Ia juga menceritakan bagaimana ia mengadopsi Harrieta dan membawanya keluar Inggris.

"Kau berada di pihak Dumbledore?"tanya Lucius. Regulus menggelengkan kepalanya. "Kami netral. Kami melawan pangeran kegelapan dengan memusnahkan Hocrux - Hocruxnya, Saat ini Aku dan Lyra berhasil menghancurkan tiga hocrux milik pangeran kegelapan." jawab Regulus.

"Karena itu, Lyra mengambil nama Harrieta. Untuk melacak Hocrux lainya." sambung Alice.

"Buku diary tahun lalu, Kalung milik Salazar Slytherin, Cincin milik Gaunt" Kata Regulus. Lucius terdiam. "Lyra Ageha.. anakmu si jenius lulusan Mahoutokoro" kata Lucius menyadari hal tersebut. Harrieta hanya nyengir.

"Pantas saja," sahut Draco.

"Dugaan aku dan Regulus membuat tujuh Hocrux. Harrieta dan Nagini juga piala milik Hufflepuff dan Diadem Ravenclaw. Alasan ku meminta dua keluarga ini berkumpul. Karena nona Black tidak bisa mengambil keputusan tanpa Regulus dan penting bagi publik untuk tetap berasumsi bahwa Regulus sudah meninggal."kata Severus.

"Paman Sev, kau bilang Harrieta juga Hocrux bukankah ia harus."Draco menelan ludah tidak mampu menyelesaikan kalimatnya. Alice tertawa kecil. "How Cute. Lyra akan menjalankan ritual begitu semua Hocrux hancur" jawab Alice.

"Kami akan membantu." kata Narcissa.

"Well, aku punya ide. Tapi lebih baik kita membahas anak - anak terlebih dahulu."Kata Alice. Baik Lucius dan Regulus mengangguk setuju. Kedua kepala keluarga itu membahas dimana Harrieta tinggal selama musim panas. Sementara Narcissa dan Alice saling berbincang sambil sesekali memberikan masukan pada suami mereka.

Draco yang duduk di sebelah Harrieta pun tersenyum kecil. "Jadi, aku harus memanggilmu apa?" tanya Draco mengulum senyum. "Harrieta sampai semua ini selesai. Tapi saat kita lulus Hogwarts, Kau harus memanggilku Lyra." jawab Harrieta.

"Aku sama sekali tidak menyangka bahwa kau si Jenius." kata Draco. Harrieta hanya tertawa. " Untuk Informasi saja, Daphne dan Hermione sudah tahu identitasku" kata Harrieta. Draco pun mengangguk. Pembahasan para orang dewasa pun berakhir. Mereka mutuskan selama dua minggu pertama Harrieta akan tinggal di Malfoy Manor dan dua minggu berikutnya Draco yang akan tinggal di Grimmauld Place.

Mereka juga berencana menghadap kepala sekolah setelah ini. Harrieta akan pura - pura tidak tahu masalah mate. Professor Snape yakin, hal ini akan membuat Dumbledore ingin merekrut Keluarga Malfoy sebagai mata - mata. Mereka memang akan menjadi mata - mata namun kesetiaan mereka tidak pada dark maupun Light.

Another IdentityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang