Prediction

1.8K 216 8
                                    

Prediction

Daphne dan Harrieta segera ke Aula Besar untuk sarapan dan mendapatkan jadwal pelajaran mereka. Lagi - lagi Draco duduk di samping kirinya sedangkan Daphne duduk di sebelah kanannya. Formasi duduk seperti ini membuat Harrieta memandang Draco sesaat dan kemudian kembali memakan sarapannya.

Kepala Asrama mereka mulai membagikan jadwal.Burung hantu hitam putih milik ibunya, menjatuhkan surat ke pangkuannya. Daphne memandangnya sebentar. " Terima kasih Ame." kata Harrieta. Daphne dan Harrieta pun menuju kelas sejarah sihir. Gadis itu memutuskan untuk membaca surat dari ibunya di kelas. Daphne, Harrieta dan Milicent memutuskan duduk paling belakang. Daphne mempersilahkan Harrieta agar duduk di paling ujung untuk memberikan Harrieta Privasi.

Dear Lyra,

Ibu menulis surat ini agar memberikan peringatan tentang apa yang ibu lihat. Pertama, Jika sesuatu terjadi dan itu membutuhkan persetujuan kami. Ibu berharap kau bisa mengulur waktu dan memberitahu kami sayang. Apa pun yang terjadi, ayah dan ibumu mendukungmu.

Kedua, Bagaimana bila kau bermain koto malam ini? Ibu yakin seekor anjing hitam akan menemuimu dan berhati - hatilah pada tikus.

Salam sayang, Ibumu.

Harrieta mengerutkan dahinya. Ia mengerti malam ini Sirius akan muncul. Apa yang akan terjadi. "Kau tahu? Malfoy bertingkah aneh." kata Daphne. Baik Harrieta dan Milicent memandang gadis berambut pirang itu. "Entah mengapa, Aku merasa Malfoy mencuri pandang pada mu Harrieta semenjak dari Hogwart Express."Kata berpikir sejenak. "Ah karena Daphne menyinggungnya, Di Hogwarts Express, Aku melihat Draco dan Pansy berdebat." balas Milicent. "Padahal mereka berdua tidak pernah bertengkar."

"Sebagai tambahan, Apa kalian menyadari bahwa Draco selalu mengambil kursi dekat Harrieta. ?" kata Daphne. Harrieta dan Milicent mengangguk. "Jadi? Apa kesimpulan kalian?" tanya Harrieta. Daphne menarik nafasnya. "Aku tahu Draco mengincarmu. Untuk tahun ini lebih dalam dari hal tersebut."jawab Daphne.

Waktu cepat berlalu, pelajaran kedua adalah ramuan. Harrieta,Daphne dan Hermione duduk berdekatan. "Aku mendapat gosip terhangat dari Turpin." bisik Hermione. Harrieta dan Daphne memandang sahabatnya yang sekarang ini sangat OOC itu. "Tak seperti biasanya, aku mengurusi gosip Hermione." kata Harrieta yang sudah mulai memasukkan Puffer Eyes ke kualinya.

"Aku masih tidak peduli pada gosip, tapi peduli bila gosip itu berhubungan denganmu."balas Hermione. Daphne menaikkan salah satu alisnya. "Tahu Diggory?" tanya Hermione.

"Seeker team Hufflepuff. Ada apa dengannya?" tanya Harrieta bingung.

"Dia ingin mengajakmu ke Hogsmede minggu ini." jawab Hermione. Mendengar hal itu, Daphne pun menghapus air mata imainasinya seraya berkata, "Aku sangat bangga padamu." Harrieta menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu. "Rasa tak mungkin, ia mengajak anak berusia tiga belas tahun." kata Harrieta. Ia sudah menyelesaikan ramuannya dan mengumpulkan ke Professor Snape.

"Apa yang tidak mungkin? Kau cantik" kata Hermione begitu Harrieta kembali. "Aku dalam masa pertumbuhan." balas Harrieta. Daphne tertawa, membenarkan pernyataan sahabatnya itu. "Sebelum masalah kencan, kau sudah mendapat restu untuk ke Hogsmede?" tanya Daphne. Harrieta mengangguk. "Yang jadi masalah, bolehkah kau keluar?" kata Hermione. Harrieta hanya mengangkat kedua bahunya.

Pelajaran ketiga, pelajaran satwa gaib. Harrieta membawa buku monster dan membaca di bawah pohon selagi menunggu yang lain. "Pertanyaan, bagaimana kau membuka buku itu tanpa kehilangan jari tanganmu?" tanya Blaise Zabini. Harrieta menghela nafasnya. "Sentuh punggungnya saja."jawab Harrieta.

Para siswa dan siswi Slytherin yang mendengar perkataan Harrieta pun segera membuktikan hal tersebut. "Dan bagaimana kau mengetahui hal ini?" tanya Theodore Nott Junior. "Aku bertanya pada penjaga toko." jawab Harrieta berbohong.

Perhatian mereka beralih pada Hagrid yang membawa beberapa Hippogrif. Harrieta tersenyum senang. Hagrid pun menjelaskan bagaimana cara menghadapi Hippogrif. Melihat wajah bahagia Harrieta, Hagrid pun mempersilahkan Harrieta untuk mencoba.

Mengingat - ingat pelajaran tentang Hippogrif, Harrieta membungkukkan badannya menunggu Hippogrif yang bernama Buckbeak membalas membungkuk. "Kerja bagus Harrieta. Sepuluh point untuk Slytherin." kata Hagrid. Tak lama kemudian, Buckbeak pun membungkuk memperbolehkan Harrieta membelai bulu - bulunya.

"Harrieta boleh kami mendekat?" tanya Daphne. Harrieta mengangguk. "Asal kalian jangan menghina hewan cantik ini."kata Harrieta mengizinkan.

Para siswa maupun siswi Slytherin berkumpul di dekat Harrieta. Mereka menanyakan berbagai hal mengenai Hippogrif. "Bukankah mereka gampang di atasi? Mahluk besar jelek."kata Draco meremehkan. Mendengar perkataan Draco, Buckbeak langsung hilang kendali. "DRACO MUNDUR!" teriak Harrieta. Gadis itu sudah berdiri di antara Hippogrif dan Draco. Yang lain sudah mundur. "Buckbeak, gadis manis tenanglah." Kata Harrieta berusaha menenangkan. Goyle dan Crabbe membantu Draco mundur. Daphne meminta bantuan professor Hagrid, namun Buckbeak sudah mencederai tangan kanan Harrieta.

"Gadis manis, tenanglah."kata Harrieta masih berusaha menenangkan Buckbeak. Pada akhirnya Hagrid yang menenangkan Buckbeak. "Kau tidak apa Harrieta?" tanya Daphne khawatir. Harrieta mengangguk. Gadis pemilik bola mata hijau tersebut merobek lengan kemejanya yang sudah basah karena darah. Luka sambaran cakar Hippogrif terbuka lebar. Harrieta hanya mendesah. "Potter, Maafkan aku." kata Draco. Harrieta terdiam. "Tak usah dipikirkan, Malfoy." balas Harrieta.

"Aku akan membawamu ke Hospital Wings."kata Draco merasa bersalah.

"Tidak perlu. Aku butuh bantuanmu, Malfoy."Kata Harrieta. Draco melihatnya dengan pandangan bingung. "Keluarkan tongkatmu dan arahkan pada lukaku sambil mengucapkan mantra Episkey." kata Harrieta

Draco pun melakukan apa yang di pinta oleh Harrieta. Dalam sekejap, Luka Harrieta tertutup.

Another IdentityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang