Dinner
Seperti biasa, Mereka tiba di Hogwarts saat malam telah tiba. "Aku sangat menyukai Hogwarts, saat malam hari" kata Harrieta. Ia pun ikut naik kereta bersama Daphne,Hermione,Draco dan Blaise. "Aku lapar," keluh Blaise.
Jamuan makan malam dimulai, saat penyortingan anak - anak tahun pertama dan pengumuman dar professor Dumbledore mereka. Sebagian besar pembicaraan mereka adalah mengenai tidak adanya Quindditch tahun ini. Tournament QuardWizard menjadi penyebabnya. Mereka semua bertanya - tanya sekolah mana yang akan berpartisipasi. Selain itu, Kehadiran Alastor Moody dengan penampilan yang esentrik sebagai pengawas tournament turut menjadi topik pembicaraan.
"Entah mengapa aku merasakan aura buruk dari Professor Moody"kata Harrieta yang duduk disebelah Draco.
"Hanya perasaanmu saja. Alastor Moody adalah auror yang handal separuh pelahap maut di Azkaban adalah hasil kerjanya" kata Blaise. Harrieta mengangkat bahunya dan kembali makan.
Hari - hari berikutnya diisi oleh Harrieta dengan mengerjakan Essay yang diberikan. Essay mengenai Ramuan penguat rambut untuk professor Snape, Essay Tumbuhan Belladona untuk Professor Sprout, Essay Bowtruckle untuk Hagrid, Essay mantra Colovoria untuk Professor McGonagall, Essay mantra Depulso untuk Professor Flitwizcx dan Essay mantra bius untuk Professor Lupin. Dengan semua tugas itu, Harrieta lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan. Alasan lainnya adalah ia dan Hermione tengah berusaha mencari bagaimana cara masuk kedalam ruangan datang dan pergi. Mereka masih harus mendapatkan diadem Ravenclaw.
Kesibukan Harrieta membuat Draco sedikit banyak merasa frustasi. Oleh karena itu, Draco memiliki ide. Ia memutuskan untuk mengikuti kemana pun gadisnya itu pergi, layaknya bayangan. "kurasa aku tahu bagaimana kita bisa memasuki ruangan datang pergi" bisik Hermione di perpustakaan. Harrieta mengangguk. "Mau mencobanya?" bisik Harrieta. Hermione mengangguk. Kedua gadis itu pun membereskan buku - buku mereka. Begitu pula dengan Draco.
Mereka bertiga akhirnya sampai di dekat lukisan Barnaby mengajari troll menari. "Kita harus memutar tiga kali dan memikirkan apa yang kita butuhkan."jelas Hermione. Harrieta pun mencoba apa yang dikatakan oleh Hermione. Sebuah pintu pun muncul. "Well kurasa kita berhasil."kata Hermione.
Ketika mereka memasuki ruang datang dan pergi atau yang juga bisa di sebut ruang kebutuhan. Tumpukan barang - barang tak terpakai memenuhi ruangan ini. "Bagus, bagaimana kita mencari diadem diantara tumpukan ini?" kata Draco.
"Accio, Diadem"kata Hermione mencoba namun gagal.
"Manual kalau begitu" balas Harrieta. Trio itu menarik nafas bersamaan tidak tahu harus memulai dari mana. Mereka melangkah lebih dalam. Diadem milik Ravenclaw itu ditemukan diatas sebuah patung dengan wig pirang. Harrieta mengambil diadem itu setelah Hermione mengucapkan mantra melayang padanya.
"Well? Mau menghancurkannya sekarang atau kau akan mengirimnya pada ayahmu?" tanya Hermione. Harrieta hanya tersenyum penuh arti. Ia mengambil belati peraknya dari dalam jubah. "Lebih baik kalian menjauh" kata Harrieta. Baik Draco dan Hermione pun memasang mantra pelindung.
Setelah memastikan mereka aman, Harrieta pun menusuk belati yang telah menyerap racun basilik itu pada diadem Ravenclaw tersebut. Asap hitam dan suara teriakan keluar dari benda yang telah menjadi hocrux tersebut.
"Harrieta, kau tidak apa - apa ?" tanya Draco setengah panik. Harrieta mengangguk. "Hanya lelah."jawab Harrieta. Draco pun menawarkan punggungnya. Harrieta yang mengetahui apa yang diinginkan oleh Draco, ia tidak menolak. Ia membiarkan Draco menggendongnya di punggung. Begitu trio itu keluar dari kamar kebutuhan, Harrieta telah tertidur cepat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Another Identity
Fiksyen PeminatSummary: Harrieta Potter di sortir masuk ke asrama Slytherin padahal banyak orang yang menebaknya masuk ke asrama Gryffindor atau Ravenclaw. Yang orang tidak tahu ia menyimpan rahasia.